Aldi membawa satu bucket bunga dan coklat yang Alan serahkan tadi. Dia berlari menyusuri semua tempat untuk mencari Masha. Setelah pertemuan terakhirnya di danau, dia tak lagi bertemu dengan Masha meskipun itu di sekolah.
Aldi berlari membuka semua pintu kelas. Mulai dari kelaa 10-12 namun tak menemukan gadis bernama Masha. Setelah itu dia pergi ke semua kantin namun lagi-lagi tak menemukan Masha.
"Lo dimana?!" Aldi mengacak rambutnya kesal.
Dia kembali mencari Masha dan menemukan gadis itu duduk seorang diri di taman belakang yang sangat sepi. Aldi melebarkan senyumnya karena berhasil menemukan gadis pujaan hatinya saat ini.
"Akhirnya gue nemuin lo." Aldi berdiri di hadapan Masha dengan senyum menawan.
Masha mendongok untuk melihat siapa yang berhasil menemukannya. "Ternyata kamu."
Hati Aldi mencelos karena nada lirih dan mata berair milik Masha. Dia tak tega karena sudah kedua kali pertemuan mereka dan Masha pasti selalu menangis.
"Lo kenapa lagi?" tanya Aldi hati-hati.
Aldi duduk di samping Masha dan menatap gadis itu dari samping.
Masha menoleh dan menatap Aldi dengan sendu. "Masha kangen Ayah sama Ibu."ucapnya lirih.
Aldi memberikan bucket bunga dan coklat itu. "Ini buat Masha yang cantik. Jangan nangis lagi, Masha gak sendiri. Ada Aldi disini." ucap Aldi dengan penuh kasih sayang.
Masha langsung mengambil pemberian Aldi dan memasang senyumnya. "Makasih karena kakak selalu ada," ucapnya lirih.
"Boleh peluk kamu lagi, gak? Aku butuh pelukan."
Perlahan Aldi mengangguk ragu. Masha langsung memeluk erat Aldi dan menangis disana. Dia nyaman dengan pelukan hangat Aldi yang membuat bebannya sedikit terangkat.
Aldi mengelus rambut coklat Masha dengan lembut. Disatu sisi dia takut sama Allah karena berdosa banget. Dan disisi lain dia sangat tak tega dengan gadis kecil seperti Masha yang menderita padahal masih terlalu muda.
"Setelah ini pasti kita gak bertemu." gumam Masha.
"Suatu hari nanti gue pasti bakal temuin lo dan selalu ada buat lo."
"Kak, Masha kangen sama Ayah Ibu." Aldi menangguk dan mempererat pelukan itu.
"Masha kelas berapa?" tanya Aldi berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Masha kelas 11 Ipa 3. Kakak sudah tamat dan yang terbaik ketiga kan?" Masha melepaskan pelukannya.
Aldi mengangguk.
"Kakak hebat. Masha bangga." Masha tersenyum membuat hati Aldi bergetar.
"Setelah gue gak ada di sekolah ini, lo harus bisa lebih tegar dan jangan nangis. Lo sebut nama gue 3 kali kalau lo lagi sedih. Karena setau gue orang langsung bahagia kalau ngingat nama gue."
"Masha suka sama, Aldi."
***
Jeni berlari menghampiri Dani yang tengah asik tertawa bersama teman-temannya. Jika dia lihat Dani tampak bahagia bahkan tanpa ada dirinya disana.
"Dani," panggil Jeni pelan.
Dani menoleh kemudian menghampiri gadis itu. "Ada apa, Jen?"
Jeni menarik tangan Dani menuju tempat sepi. "Maaf kalau dulu gue nyakitin lo. Maaf dulu gue selalu mikirin Alan padahal gue lagi pacaran sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy Alim
Ficção Adolescente"Boleh dipanggil sayang aja gak?" Ini kisah Alan yang terkenal dengan gelar badboy alim. Seumur hidupnya tak pernah sekalipun ia merasakan jatuh cinta dan pacaran. Setelah dia berjumpa dengan gadis dengan hijab panjang hatinya berdebar karena merasa...