12. Mood

3K 339 2
                                    

Sayang jangan lupa follow yah.
Vote juga, comment bila perlu heheh.

Happy reading❤
.
.
.
.
.
.

Di dalam kamar Alan hanya diam memandangi langit-langit kamar nya.Malam ini dia tengah galau memikirkam nasib nya besok jika bertemu dengan Ayana.

Alan memejamkan mata nya dan mengelah nafas kasar. Dia tak bisa tidur karena pikirannya terus melayang memikirkan apakah Aya menyukai hadiah yang ia beri atau tidak. Apakah akan diterima dengan senang hati atau dibuang ke got depan rumah, atau bakal dikasih ke uminya, atau justru besok akan di kembalikan lagi kepadanya.

Alan mengacak rambutnya kasar. Dia bangkit dari tidur nya dan mendudukkan dirinya dengan lesu.

"Aahhh jadi galau begini gue, semoga aja dia suka" ucap Alan kuat. Menurut nya jatuh cinta itu sangat ribet apalagi harus menahan rindu. Sekarang pikirannya terus memikirkan surat yang tadi ia tulis untuk Ayana. Apakah gadis itu akan jijik atau suka? Ah dia malu sekali, kenapa bisa tangan nya ini begitu lancar menulis surat menye-menye itu. Kejadian itu sungguh diluar kendalinya.

"Nak kenapa "ucap bunda yang datang tiba-tiba ke kamar nya.

"Ahh bundaaa Alan lagi galau nih, tadi Alan ke mall buat beli kado untuk neng gelis. Alan belikan set gamis plus printilannya sama Alan beli juga gelang sama kalung buat dia, Alan takut ntar gak diterima Aya atau malah besok dikembalikan sama Alan "ucap Alan merengek sambil memeluk sang bunda. Badboy ini sangat lah manja jika dengan Alika. Wajar lah yah dia anak satu-satunya, apalagi bundanya itu memang sangat sayang dengannya.

"Ih anak bunda sudah besar ternyata, uda pinter pilih cewek, lagian kamu juga gak boleh suudzon dulu mending besok tanya ke Aya tentang hadiah dari kamu itu" ucap bunda sambil mengelus lembut rambut Alan yang sangat lembut dan halus.

"Iya deh bun yauda Alan mau tidur lah"ucap nya sambil mencium kedua pipi bunda.

"Iya, yauda bunda ke kamar dulu"ucap bunda sambil meninggalkan Alan.

Setelah bunda keluar, Alan masih belum tidur juga melainkan malah diam termenung menatap pintu kamarnya yang berwarna putih. Entah lah apa yang ada dipikirannya sekarang adalah hari esok saat bertemu dengan Ayana.

"Huhh santuy jangan dipikirin kali"ucapnya pelan dan menjalankan kakinya menuju kamar mandi untuk berwudhu sebelum tidur.

-------

Pagi ini Alan begitu lesu dengan rambut acak-acakan dan seragam sekolahnya dibiarkan keluar tanpa dimasukkan kedalam celana. Dasi ia sampirkan di bahu kiri dan tas dibahu kanan. Wajahnya datar dan dingin, matanya menajam menatap siapapun yang ia jumpai disekolah pagi ini.

Sifat aslinya sepertinya keluar saat ini juga. Karena sejatinya Alan hanyalah orang yang cuek dan dingin kepada siapapun kecuali orang itu memang sudah sangat dekat dengannya. Selain itu mulutnya juga jangan tajam seperti pisau. Ingat tidak saat ia mengomel dan menghina habis-habisan nenek lampir Jeni. Itulah yang akan ia lakukan jika ada yang mengusiknya atau orang tersayangnya.

Dengan kedua tangan yang berada disaku Alan berjalan dengan santai dikoridor. Padahal jauh didalam lubuk hatinya masih terus memikirkan nasibnya saat bertemu Ayana nanti.

Mata Alan melotot saat tak sengaja melihat Ayana tengah berjalan didepannya menuju kelas. "Ehhhhh Aya "panggl Alan dengan berlari untuk menyamai langkah gadis itu.

"Gim.." belum juga Alan menyelesaikan ucapannya Ayana memotongnya terlebih dahulu.

"Makasih ya Alan, Aya suka banget hadiahnya"ucap Aya pelan namun masih terkesan jutek, sambil berlalu dari hadapan Alan dengan berjalan terburu-buru dan menundukan pandangannya dalam-dalam. Dia sangat malu.

Mata Alan tak berkedip sekali pun saat melihat Aya yang sedang berbicara dengannya"Hah apa wah serius yeesssssss"ucap Alan kaget dan berteriak kesenangan. Jantungnya berdetak tak karuan saat mendengar ucapan neng geulisnya itu. Alan sangat bahagia sekali hari ini. Seketika pikiran buruk yang mengusiknya dari kemarin lenyap seketika.

Aya yang sudah jauh dari Alan masih mendengar ucapan pria itupun hanya bisa tersenyum tipis. Ingat hanya tipis karena dia masih ingin mengontrol perasaannya ini.

"Eh Alan sayang"ucap seseorang memegang tangan Alan.

"Lepas"ucap Alan dingin.

"Gamau"ucapnya manja.

"Lepas gue bilang" ucapnya sambil menyentak kan tangan sang cewek.

"Ih kok kamu gitu sih sama aku. Sama cewek sok alim itu baru manis banget" ucap cewek itu manja, yaa diaa Jeni si nenek lampir yang suka sekali mengganggu.

"Lo gak tau aturan dalam agama hah!, jangan pernah sentuh gue dan jangan pernah nunjukin wajah lo didepan gue kalau gamau gue depak dari sekolah ini" ucap Alan marah. Kali ini dia benar-benar hilang kesabaran, lihat lah betapa tak tahu dirinya wanita ini karena sudah merusak moodnya yang tadi sangat bagus.

"Kenapa sih, apa karena si jalang itu yah" ucap Jeni sinis.

"Sadar diri! lo itu yang jalang, liat penampilan lo melebihi tante girang"ucap Alan sambil menunjuk-nunjuk muka Jeni. Alan sudah kehilangan kendalinya jika disuguhkan Jeni didepan wajah tampannya. Wanita ini memang selalu membuatnya selalu emosi. Sabar Alan.

Namun belum selesai Alan puas ingin memarahi Jeni tiba- tiba muncul hawa-hawa setan yang sudah jarang Alan rasakan akhir-akhir ini.

"Alaannnnkaaaaaaa"teriakan menggelegar dari pak Edi membuat Jeni langsung kabur dan meninggalkan Alan sendiri. Lihatlah katanya wanita itu mencintainya tapi dirinya malah ditinggal dalam keadaan sulit seperti sekarang. Jeni benar-benar menyusahkan, padahal ini karena ulahnya.

"Dasar jalang, malah kabur lo"gumam Alan sambil cengar cengir melihat pak Edi lebih tepat nya melihat rambut botak pak Edi yang mengkilau karena paparan sinar ultraviolet.

"Kamu, uda bagus-bagus sekarang mulai jarang berulah, ini kenapa mulai lagi, ngapain juga kamu teriak teriak sama si Jeni malah ngomong - ngomong jalang"ucap pak Edi beruntun saat sudah berada dihadapan Alan.

"Hahahaa" balas Alan malah tertawa jujur dia sudah tak tahan untuk tak tertawa. Lagian pak Edi sangat pantas untuk ditertawakan. Maaf pak.

"Heii, kenapa kamu malah tertawa"tanya pak Edi heran.

"Huftt hahaha gak pak, saya cuma lucu aja dan jadi silo mata saya pak kenak cahaya dari botak bapak "ucap Alan sambil tertawa kencang. Pak Edi memang moodnya.

"Ohh mulai gak sopan ya sekarang, kamu juga gak sadar uda bel dari tadi dan apa guna nya kamu sekolah Alan kalau gak masuk kelas"ucap pak Edi sambil memuku-mukul bokong Alan dengan penggaris yang di bawa nya.

"Aduu pak gelii ahahahaha, iya pak ampunn aduu geli bangett pakkk, guna saya sekolah cuma buat liat neng Aya kok"ucap Alan lalu melarikan diri.

"Alann kurang ajar kamu yaa, liat aja saya adukan ke bunda kamu" ancam pak Edi sambil teriak.

"Silahkan pakk, monggooo" balas Alan dengan teriak juga. Menurutnya mengganggu pak Edi adalah hal yang menyenangkan. Terimakasih pak Edi mood Alan jadi membaik.











Vote and komen

Badboy AlimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang