Kedua pemuda tampan kini tengah duduk anteng dengan berbagai jenis makanan dan beraneka ragam cake dengan rasa yang berbeda-beda yang sangat menggugah selera.
Alan dan Aldi masih diam karena terpesona dengan semua makanan itu. Lain dengan Bunda Aldi yang tampak bingung karena kedua manusia didepannya tak kunjung memakan hidangan yang ia siapkan.
"Kalian kenapa, sih?" tanya Bunda Aldi.
Alan dan Aldi langsung tersadar dari keterpesonaannya.
"Uwwaaahhh buanyak bangetttt," girang Aldi sambil mencomot satu cake coklat.
"Bismillah dulu, Aldi" tegur Rania. (Aku lupa uda pernah ngasih nama bundanya Aldi atau belum😆)
"Uda kok bun" celetuk Aldi dengan bibir blepotan.
Alan diam tak banyak bicara, namun mulutnya terus mengunyah. Biarlah kali ini ia banyak makan.
"Alan ganteng banget walaupun lagi makan. Rapi, gak blepotan kaya, Aldi." ujar Rania sambil melirik Aldi yang tak menggubris.
Alan tersenyum malu.
"Bunda tadi aku ujiannya lancar kaya jalan tol. Tenang bunda, Aldi bakal dapat juara karena Alan tadi uda doain,"
"Kalau makan jangan ngomong mulu" Alan menyenggol lengan Aldi sedikit kasar.
Aldi berdecak kemudian diam tak melanjutkan ucapannya.
Rania tersenyum karena Alan sangat baik selalu mengingatkan Aldi yang suka ceroboh dan tak tau aturan.
"Nanti kamu harus belajar lagi yang giat. Mumpung Alan disini, Aldi belajar bareng Alan aja. Kata bunda Alika, Alan bakal nginep disini karena bunda Alika pergi sama ayah Arlan. Dan bunda dipesenin sama Alika agar kalian gak main sampai larut malam kayak kemarin." jelas Rania dengan serius.
Aldi mengangguk lesu karena harus disuruh belajar.
"Siap bunda" ucap Alan dengan lantang. Dalam dia dia tersenyum sinis karena akan membuat kamar Aldi hancur seperti kapal pecah.
***
Sore ini Alan sudah mandi dengan baju Aldi yang ia comot asal dari lemari Alan. Tak perduli karena baju yang ia ambil masih baru. Alan juga memakai sabun cuci muka Aldi tak kira-kira.
Alan merebahkan badannya dikasur empuk milik Aldi dengan selimut yang meliliti badannya. Jika dilihat Alan sudah seperti kepompong.
"Nyaman juga, kaya lagi deket Ayana, sangat nyaman," gumam Alan.
Aldi sedari tadi meliriki Alan yang sama sekali tak mengajaknya berbicara. Dari semua aktivitas yang Alan lakukan di kamarnya, ia sama sekali tak sedikit pun ditegur oleh Alan. Aldi sedari tadi hanya diam sambil terus memperhatikan gerak-gerik Alan yang sangat mengundang perhatian.
"Kata bunda lo harus belajar bareng gue" rengek Aldi karena sedari tadi ia dikacangi.
Alan diam dan tetap santai rebahan sambil menikmati empuknya kasur Aldi dan dinginnya kamar ini. Kalau boleh menilai sebenarnya lebih nyaman dikandang sendiri, namun kamar Aldi juga tak buruk-buruk amat.
Aldi merengut sebal. Dia sudah duduk dimeja belajar sambil nenatap tajam Alan yang sangat santai sambil bermain ponsel. Karena kesal Aldi pun menghampiri Alan dengan penggaris yang sudah ia pegang ditangannya.
Alan yang melihat ada situasi buruk pun langsung bangkit sambil menatap Aldi tajam. "Mau apa lo?!" tanya Alan tajam.
Aldi pun mengangkat tangannya tinggi-tinggi yang memegang penggaris itu. "Mau muluk" Aldi langsung memuluk pantat dan juga badan Alan dengan kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy Alim
Teen Fiction"Boleh dipanggil sayang aja gak?" Ini kisah Alan yang terkenal dengan gelar badboy alim. Seumur hidupnya tak pernah sekalipun ia merasakan jatuh cinta dan pacaran. Setelah dia berjumpa dengan gadis dengan hijab panjang hatinya berdebar karena merasa...