Jangan lupa vote, follow and subkrep😆
Happy reading gaess❤
.
.
.
.
.
."Gimana"tanya Alan cepat.
"Ayana tidak apa-apa sekarang dia lagi tidur, kalian jangan berisik kalau mau lihat"ucap dokter penjaga sambil berlalu.
Alan, Alin dan Aldi masuk kedalam untuk melihat Ayana. Rasa khawatir menyelimuti perasaan Alan sebab bidadari komplek nya sedang terluka karenanya. Maafin siAlan yah wkwk.
"Lu si Lan jalan gak liat-liat"ucap Aldi
saat melihat wajah pucat dari Ayana, seketika dia juga jadi tak tega.Sedangkan Alan hanya diam dan memandangi gadis cantik itu yang terpejam, cantik dan manis pikir nya. Ah mungkin otak nya sudah rusak karena terlalu kagum pada bidadari sekaligus tetangganya ini.
"Woy Alan, apaan lu liat-liat Ayana gitu banget"ucap Aldi sambil menepuk-nepuk pundak Alan.
"Berisik banget lu "judes nya lalu kembali menatap Aya.
"Aya cantik maapin Alan yah"ucap nya penuh penyesalan, ingin menggenggam tangan gadis itu tapi ia sudah gemeteran duluan. Tahan Alan belum halal.
"Boleh gak sih pegang tangannya bentaran doang"ujarnya sambil memandang tangan mungil Ayana. Rasanya ingin sekali dia menggenggam erat tangan mungil itu.
Sedangkan Aldi dan Alin yang mendengar itu langsung melotot tak terima. Alan gila pikirnya, permintaan apa itu.
"Gak" ujar Alin ngegas sambil mendekati Ayana lalu digenggamnya tangan sahabat barunya itu.
"Yauda sih jangan ngegas Lin "ucap Alan sebal dan menatap iri kearah Alin yang dengan bebas menggenggam tangan Ayana.
"Lo gak boleh pegang Lin"ucap Alan kesal dan menatap tajam Alin.
"Nih liat wlleekk"ujar Alin mengejek dan mengangkat pelan tangannya yang menggenggam Ayana membuat Alan semakin panas.
"Gerah"ucap Alan kesal san membuka seragam sekolahnya menyisakan kaos hitam.
"Sabar dulu kali Lan, ntaran lagi tamat dahh lu nikahin si Ayana biar bisa mantap-mantap "ucap Aldi lalu tertawa ngakak melihat ekspresi kaget dari Alan.
"Lu ape kabar sama Alin "ucap Alan memancing emosi Aldi.
Aldi mati kutu dibuat Alan, sebab ia dan Alin memang memiliki rasa yang sama tapi biarlah alur dari takdir tuhan yang menentukan. Tunggu tanggal mainnya.
"Kampret"balas Aldi mendengus.
"Alin diem diem bae"tanya Alan menggoda Alin karena gadis itu langsung kicep dengan wajah memerah entah malu atau emosi.
"Diem siAlan"ucap Aldi mendengus.
"Etss anak papa gak boleh ngomong kasar"ucap Alan akting menjadi seorang Papa yang menasehati anaknya.
"Gila"ucap Alin dan Aldi.
"Kompak niyee"ejek Alan.
Setelah acara saling mengejek ketiga manusia ini sama-sama diam dan tak bersuara. Lama kelamaan masuk kedalam alam mimpi.
Hal pertama yang Aya lihat saat terbangun dari tidurnya adalah kesunyian didalam ruang uks. Dia bingung dan ingat waktu dia ditabrak kuat oleh tubuh Alan yang lebih besar darinya dikoridor tadi. Dan mendengar suara Alan yang begitu mengkhawatirkan nya tadi. Tapi kemana pria itu? Atau bahkan Alin pun tak ada.
"Loh"ucap Aya kaget saat menoleh kesamping kanan dan mendapati Alan, Aldi dan Alin menemaninya dan sekarang ketiganya sedang tertidur pulas. Aldi tidur disofa dan Alin ternyata tidur dikasur sebelah Aya. Dan Aya baru menyadari bahwa Alan tidur tepat disebelah tangannya dengan wajahnya yang diletakkan dilipatan tangan.
"Uda jam berapa ini"gumamnya, dan ternyata sudah jam istirahat pertama. Yang artinya dia sudah terlalu lama bolos.
Ayana tersenyum mengingat betapa sosweet nya teman-temannya itu yang menemaninya hingga tertidur.
"Bangun"ucap Aya pelan, kepalanya semakin nyut-nyutan saat sedang berbicara.
Alan merasa terganggu dalam tidurnya, matanya terbuka dan melotot senang saat Aya sudah membuka matanya.
"Loh Aya sudah bangun? Mana yang sakit? Pusing gak? Darahnya masih keluar? Atau laper, haus, atau apa bilang aja jangan bengong gitu"tanya Alan beruntun dan berdiri dari duduknya dan menatap lekat wajah Ayana. Membuat Ayana bingung dan malu bersamaan. Dia harus menjawab apa seketika dia menjadi linglung.
"Pusing"ringis Aya pelan dengan tangan yang memegang kepalanya.
"Aduuu yauda bobok lagi! Tunggu! Aku beli makanan sama minum habis itu nanti minum obat. Tetap disini dan jangan bergerak. Alan kekantin dulu"ucap Alan lalu berlari kencang bak dikejar setan.
Ayana tersenyum geli melihat tingkah Alan yang terlalu tergesah-gesah.
"Ada-ada aja. Kenapa lagi ini dua bocah kompak banget gak bangun-bangun"ujar Ayana dan bergerak untuk membangunkan Alin dan Aldi. Kata Alan gak boleh gerak Aya.
"Bangun Lin"ujar Aya menggoyangkan lengan Alin. Dan gadis itu tak bergerak sama sekali bahkan tak merasa terganggu dengan suara Aya. Dasar kebo!
"Aldi bangun"ujar Aya dan menoel lengan Aldi dengan hp miliknya.
"Kok pada kebo semua sih, mana barengan lagi. Jodoh pasti"ucap Ayana terkekeh geli lalu kembali menidurkan badannya dikasur uks.
"Huhhh capek, pusing banget lagi"gumamnya dengan tangan yang memijat pelan pelipisnya.
Sekitar 10 menit lamanya Ayana menunggu Alan, akhirnya pria itu datang dengan tampilan yang semakin berantakan dan rambut yang semakin acak-acakan. Tangannya membawa 1 piring berisi makanan dan 1 plastik besar berisi roti dan cemilan lain. Mata Ayana membulat saat melihat begitu banyak makanan yang Alan bawa. Apa maksudnya? Itulah yang ada dipikiran Ayana.
Alan mengambil duduk didekat Ayana dan meletakkan plastik makanan di sofa dekat Aldi.
"Aya ayo makan dulu Alan suapin yah. Dan gak ada penolakan"ucapnya dan langsung menyodorkan satu sendok kemulut Ayana.
Aya bingung harus apa dan dia hanya bisa pasrah menerima suapan itu. Lagian kepalanya masih sangat pusing.
"Gitu dong. Makan yang banyak! Habis itu minum obat, nanti pulang sekolah bareng Alan karena Alan juga bawa mobil dan besok jangan pergi sekolah dulu. Dan Alan minta maaf uda buat Ayana sakit begini apalagi sampai luka"ucap Alan dengan nada penyesalan sembari terus menyuapi Ayana.
"Aya juga salah karena tadi juga terburu-buru"ucap Ayana dengan senyum tipis, ntah kenapa saat ini dia sangat bahagia walaupun fisiknya terluka.
Badan Alan membeku, merinding dan jantungnya berdetak sangat kencang. Alan terpaku dan tak bisa berkata-kata lagi karena melihat senyuman dari bibir Aya walau sangat tipis. Senyuman tipis dari neng geulisnya bidadari kompleknya dan senyuman itu itu yang sangat menggetarkan hati dan jiwa Alan. Selama ini dia tak pernah sampai merasakan hal ini hanya karena melihat senyuman dari Aya yang membuatnya kikuk. Alan salting ya.
"Kenapa"tanya Aya.
"Ah eh gak, nih makan lagi"ujar Alan gugup dan kembali menyuapi Ayana.
"Makasih"ujar Ayana dan Alan membalas dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy Alim
Teen Fiction"Boleh dipanggil sayang aja gak?" Ini kisah Alan yang terkenal dengan gelar badboy alim. Seumur hidupnya tak pernah sekalipun ia merasakan jatuh cinta dan pacaran. Setelah dia berjumpa dengan gadis dengan hijab panjang hatinya berdebar karena merasa...