67. Hari terakhir

1.6K 211 6
                                    

"Kalian hati-hati yah. Jangan ngebut. Jaga diri dan tetap rajin ibadah seperti yang bunda kenal." Alika berucap kepada kedua putranya.

"Bunda tenang aja, Alan dan Aldi bakal nurut semua yang bunda bilang. Yakan, Al?" Aldi mengangguk kemudian merangkuk Alan.

"Kalian pulang langsung kerumah jangan ngeluyur. "ucap Arlan dan yang lainnya mengangguk.

Alan dan Aldi langsung berjalan menuju mobil Alan yang terparkir cantik disana. Acara telah selesai dan mereka sudah di perboleh kan pulang. Sudah di pastikan betapa lega dan bahagianya mereka karena lulus dan mendapat nilai yang terbaik.

Sementara di mobil lain kedua orang tua Aldi dan Alan menaiki mobil bersama. Mereka memang berangkat bersama menaiki mobil Arlan yang cukup besar dan mewah. Didalam mobil semuanya berbincang hangat menceritakan anak-anak mereka yang memberi mereka kebanggaan.

"Gak nyangka ya,  Alan dan Aldi berubah secepat itu. " ucap Rania.

"Iya. Mereka beneran udah tumbuh dewasa." Arlan berucap dengan nada serius.

"Aku sudah beliin Aldi mobil dan sedang di kirim kerumah." saut Ayah Aldi.

"Ayah gak beliin bunda mobil juga?"

"Alika, mobil dirumah sudah banyak." jawab Arlan terkekeh.

Mereka terlalu asik tertawa dan berbincang hangat sampai tak sadar ada mobil besar yang menabrak mobil yang mereka naiki.

Kejadian itu terjadi secepat kilat. Dalam hitungan detik semuanya hancur dan tak tersisa. Kecelakaan beruntun itu menewaskan kedua orang tua Alan dan Aldi.

****

Alan dan Aldi sampai dirumah dengan selamat. Mereka saling memeluk karena hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan. Dering telpon dari ponsel Alan membuat pelukan itu terlepas.

Alan mengangkat telpon itu kemudian membanting hp aipon nya dengan keras karena merasa tak menyangka.

"Kenapa?" tanya Aldi khawatir.

"Aldi... gue yakin ini cuma mimpi!" Alan berucap ngegas.

Aldi kalang kabut sendiri dan mengambil ponsel itu yang masih tersambung dengan penelpon.

"Halo? Ada apa?"

"Keluarga pak Arlan? Mereka semua meninggal dalam kecelakaan beruntun. Anda bisa datang kerumah sakit Andina."

Aldi membanting ponsel Alan tak kalah keras. "Aarggghh Bunda, Ayah!"

Alan memeluk Aldi dan kedua pemuda itu menangis bersama. Bisa di bayangkan betapa hancurnya mereka karena kehilangan kedua orang tua sekaligus dalam satu waktu. Hari bahagia itu berubah menjadi duka yang paling teramat menyakitkan.

Seketika bayang-bayang tentang Alika yang suka mengomel membuat Alan mencengkram bahu Aldi kuat. Tentang Ayah Arlan yang selalu mengajaknya sholat kemasjid sedari kecil membuat tangisannya semakin kencang.

Dalam batin Alan berharap bahwa ini hanya mimpi seperti mimpinya tentang Ayana.

"Bunda, Alan. Ayah kita! Bunda kita, Alan!" Aldi menangis kencang.

"Den, kenapa?" semua ART rumah Alan bertanya khawatir karena anak majikan mereka menangis histeris.

"Bibi, Pak, Ayah bunda kami meninggal."

Badboy AlimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang