**– Jangan lupa vote, komen, dan follow akun wattpadku, oke!
[Happy Reading🗝]
"Manusia tidak bisa mendapatkan apapun tanpa mengorbankan sesuatu."
"Sebenarnya bahagia itu gampang dan gratis, hanya terkadang rasa iri hati dan tidak puaslah yang membuat kita merasa bahagia itu mahal." —Mardy Saputra.
****
Ngikutin gaya artis luar negeri
Tapi selera tak sesuai salary..Pengen gaya hype tapi muka beast
Mau hidup high dompet tipis
Ngikutin gaya artis luar negeri
Tapi selera tak sesuai salary..Lagu rapper dari Ecko Show yang berjudul "Selera tak sesuai salery" terdengar sangat jelas. Dengan penuh semangat Mardy berdiri di atas sebuah bangku panjang yang ada di teras Wartels, bernyanyi dengan suara keras mengikuti alunan lagu dari speaker musik lengkap. Tangannya ia gerakkan seperti seorang penyanyi rapper yang sedang bernyanyi diatas sebuah panggung megah.
Wartels adalah singkatan dari Warung Teh Lilis. Warung sederhana yang letaknya berada tepat di belakang SMA Dharma Nusa, bisa di bilang tempat ini adalah tongkrongan sekaligus markasnya anak-anak Scorpions. Teh lilis asli dari bandung, orangnya cantik dan masih muda, ia mempunyai dua anak laki-laki, suaminya bernama Pak Eddy, salah satu satpam di SMA Dharma Nusa.
"Acara barbeque tapi hawanya kayak konser dadakan." Celoteh Paul, cowok itu baru saja datang bersama seorang gadis manis disampingnya. Ia menghampiri Denis dan Aldo yang sedang duduk tidak jauh dari tempat Mardy bernyanyi.
"Mabok kopi, dia. Udah habis dua gelas makanya kayak gitu." jawab Denis asal, Paul mengelengkan kepalanya menatap prihatin pada Mardy.
"Hallo Amay." Denis beralih menyapa Amay yang berdiri kikuk disamping Paul.
"H-hai Nis." Balas Amay membuat Paul menoleh dan menatapnya dengan teduh.
"AMAY!"
Yang dipanggil menoleh ke samping dan mendapati Audia yang sedang berdiri bersama Sandra sambil melambai-lambaikam tangan mereka, "sini may!" ajak Sandra.
Dengan ragu Amay balik mendongak menatap cowok disampingnya yang ternyata sedang memperhatikannya.
"eum.. Paul." panggil Amay pelan dengan suara lembutnya.
"Iya Amay?"
"eum.. Itu... A-amay boleh kesana gak?" tanya Amay sedikit gugup sembari tangannya menunjuk kearah teman-temannya yang ternyata juga hadir di Wartels malam ini.
Dengan gampang dan sadar Paul mengulas senyum tulusnya dan mengangguk, "iya, boleh."
Sejenak Amay terdiam di tempatnya, ia terpesona dengan senyuman yang diberikan cowok disampingnya ini, semyuman yang sangat jarang cowok itu tunjukan. Bahkan Denis dan Aldo pun ikut membisu melihat hal yang menurut mereka sangat langkah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEY
Teen Fiction"𝚂𝚎𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚒𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚗𝚌𝚞𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚢𝚊, 𝚜𝚊𝚢𝚊 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚍𝚒𝚑𝚊𝚗𝚌𝚞𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚊𝚛𝚐𝚊 𝚜𝚊𝚢𝚊." (Key)van Sagitta A. Gadis penyuka musik. Baginya hidup hanyalah sia-sia yang...