14. ♐🎵

552 56 4
                                    

**— jangan lupa Vote, komen & follow akun wattpad Enthup.

[Happy Reading🗝]

"Di depan Lab Bahasa, SMA Dharma Nusa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di depan Lab Bahasa, SMA Dharma Nusa.
Dibawah langit sore 11 Agustus.
Terimakasih semesta, atas kerja sama yang baik."

****

"Ke lab bahasa, sekarang!"

"Hah!?"

Key menjauhkan ponsel dari telinga dan beralih menatap layar ponselnya melihat nama si penelepon yang tertera dilayar.

"Siapa yang nelpon?" tanya Bima pada Key yang masih menatap ponselnya.

"Hallo!"

"Ke lab bahasa sekarang atau gue yang kesana!?" ujar orang itu dari seberang sana.

"Nggak! Gue nggak mau!" ujar Key memelankan suara.

"Oke! Kalo gue yang kesana, siap-siap gak selamat!"

"Ck, lo ada dendam pribadi ya sama gue? Maksa-maksa gue mulu!"

"5 menit udah harus sampe sini."

Keyvan memberenggut kesal saat si penelopon mematikan sambungan telepon begitu saja.

"Seenaknya banget tuh bocah!" gumam Key. Ia beranjak pergi dari tribune tanpa pamit pada Bima yang menatapnya aneh.

"Mau heran tapi itu Keyvan." Monolog Bima.


Setelah keluar, Keyvan berbelok kearah lorong samping lapangan indor. Disanalah berjejer sekumpulan lab yang ada di Dharnus, mulai dari Lab Biologi sampai yang paling ujung adalah Lab Bahasa.

Key berjalan pelan dengan sedikit rasa takut yang menghantui hati dan batinnya. Suasana disini sangat sepi, berbeda dengan didepan lapangan indor tadi.

Dari jauh Key melihat segerombolan cowok sedang berkerumun tepat didepan Ruang Lab Bahasa. Key memelankan langkah saat jaraknya sudah semakin dekat dengan gerombolan para cowok tersebut, dan ia berhenti tepat di dekat mereka saat mereka tertawa keras karena membahas sesuatu.

Mendadak Key jadi takut dengan segerombolan cowok berbadan besar yang sama sekali Key tidak mengenal siapa mereka. Ia hanya mengenal satu diantara banyak orang disana yaitu dia, cowok yang tadi meneleponnya, yang sedang duduk di kursi kayu dengan satu kaki yang diangkat naik keatas kursi, yang memakai hoddie hitam dengan tudung hoddie menutup kepalanya, dan sebatang rokok yang terselip diantara jari telunjuk dan jari tengahnya yang panjang.

Rasa takut didalam diri membuat Key berniat kembali ke lapangan indor saja, apalagi sekarang hari mulai gelap. Ia berbalik badan dan hendak pergi tapi tiba-tiba suara berat seseorang menghentikan langkahnya.

KEY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang