🌼|23|🌼

2.8K 189 10
                                    

Warning typo!!
Awalan Di Februari yey!!
🌻🌻🌻


Berminggu minggu telah berlalu, kini kandungan Raina sudah memasuki minggu ke-enam dan pertanggung jawaban dari Gara akan digelar dua minggu lagi.

Selama beberapa minggu ini, Gara dan Raina nampak semakin menempel. Ke-posesif-an Gara semakin menjadi. Gara yang setia disamping Raina selalu sampai tiada celah untuk Bintang mendekat.

Pernah sekali Bintang mendatangi Raina ke kelas wanita tersebut saat Gara pergi melaksanakan rapat OSIS.
Bintang yang saat itu gencar sekali ingin mengenal Raina lebih dalam membuat Raina was was dengan lelaki ini. Hingga saat Bintang mengelus kepala Raina, Gara datang dan langsung memberi bogeman mentah pada wajah tampan Bintang.

Sejak saat itu, ruang gerak Raina semakin sempit. Ia tak bisa berkumpul bersama teman teman nya, tak bisa leluasa seperti saat ia masih sendirian. Rasa risih Raina rasakan namun ia masih bertahan dengan Gara. Tapi jika Gara sudah keterlaluan mengekangnya, maka ia akan menegur saja.

Pukul 12:27, Gara dan Raina baru selesai fitting baju pengantin, kini keduanya akan mampir ke mansion Faiz.

"Makan dulu aja, ya?" Raina menggeleng menjawab pertanyaan Gara. Gara yang mendapat gelengan pun menghela nafas.

"Aku kangen Bunda" Raina meletakkan kepalanya di jendela pintu mobil. Gara hanya diam.

Tangan kiri Gara merogoh dashboard mobil nya mencari earphone yang biasa ia gunakan jika menelepon seseorang.

"Ale, sambungkan telepon ke kontak Ayah Faiz" ucap Gara pada Lamborghini kesayangan nya yang di panggil Ale setelah memasang earphone yang ia dapat ke telinga kiri nya.

"Disambungkan" suara perempuan yang terdengar seperti robot pun menjawab dan beberapa detik kemudian suara Faiz terdengar.

"Ada apa, Gara? " Raina hanya mengerjapkan matanya, canggih sekali mobil Gara.

"Sebelum ke mansion, Gara sama Raina mau ke makam Bunda. Boleh?" tak terdengar suara beberapa detik namun kemudian Faiz menjawab.

"Ke mansion dulu," diam beberapa saat kemudian "Kita pergi bersama" mata Raina berkaca kaca mendengarnya. Tenyata Ayah nya tak seburuk yang saat itu ia kira.

"Siap meluncur" dan panggilan pun terputus.

Gara menoleh ke arah Raina sebentar kemudian kembali menatap jalanan yang tengah ramai.

Raina kembali menyandarkan kepalanya di jendela pintu mobil dengan senyuman yang terbit di bibir pink nya. Menyadari itu, Gara ikut tersenyum.

***

Maybach Exelero hitam terparkir indah di parkiran khusus.

Faiz, Gara dan Raina keluar dari mobil bersamaan. Supir yang mengendarai tetap didalam menjaga mobil.

Buket mawar putih yang cantik sudah ada digenggaman Raina. Tiba tiba saja jantung nya berdetak cepat, mungkin karena ia sudah mempunyai tekad tak akan menangis di depan makan sang Bunda. Ia akan tetap tersenyum, namun entah mengapa ia jadi was was jika air mata nya jatuh.

Raina memimpin perjalanan menuju makam mendiang bunda nya dengan senyum yang terlihat bergetar.

Sampai di depan makam, Raina benar benar kalah akan tekad nya. Air matanya jatuh begitu membaca nama sang Bunda. Berlari, Raina langsung memeluk nisan keramik makam Ririn dengan erat.

Kedua laki laki yang melihat tentu merasakan sesak di bagian dada. Tangis Raina terus mengalir, isakan yang menyesakan terdengar membuat Faiz tak sadar menjatuhkan air mata nya. Meski sudah tujuh tahun lama nya ia ditinggalkan orang yang paling dicinta nya, rasa tak rela tentu saja masih dirasakan namun Faiz sadar dengan cepat bahwa Ririn sudah bahagia di surga.

RAINA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang