🌼|13|🌼

4.2K 278 33
                                    

Gara jadi tak ikut memeriahkan perlombaan, tapi ia tak masalah sedikit pun. Karena dengan ia tak ikut, ia jadi tau tentang Raina dan anaknya.

Gara memasuki rumah kediaman orang tua nya, di ruang tamu ada Papa nya yang sedang mengurus anak anak nya yang lain, ikan cupang.

"Gara pulang." Papanya menoleh lalu kembali menatap pada cupang kesayangan nya.

"Lah tumben, katanya mau ada acara disekolah lain?" Gara duduk disofa yang ada di sana sembari sedikit tersenyum.

"Gak jadi, Pa." Papanya tak menyaut lagi.

"Pa, nanti ada yang mau Gara omongin sama Mama juga." kali ini Papanya menoleh lalu melangkah menuju ia berada.

"Hmm... Tumben. Ada apa?" Papanya kini menyandarkan tubuh di sofa single.

"Nanti juga Papa tau." setelah itu Gara melangkah menuju kamar nya setelah mengerlingkan matanya kepada sang Mama yang baru memasuki ruang tamu.

"Anak kamu kenapa, tuh?" Febria, Mama Gara. Meletakkan nampan yang berisi teh dan cemilan.

"Anak kita, sayang. Katanya nanti ada yang mau dia omongin." Harun, Papa Gara. Mengambil cangkir berisi teh lalu menyeruputnya.

___________

Sepulang nya Raina setelah di antar Gara, Raina langsung menuju kamar nya.

"Gue beneran hamil?" tanya nya menatap pantulan dirinya di depan cermin sambil memegang perut nya yang masih rata.

Tersenyum miris melihat dirinya. Padahal ia kan sudah pernah bilang bahwa ia akan menerima apa yang akan terjadi kedepan nya saat itu. Ia tak kecewa saat mengetahui bahwa ia tengah mengandung, ia hanya terkejut saja dan juga tadi 'katanya' Gara akan bertanggung jawab, ia sedikit tak percaya saja karena 'kan wajah Gara yang berbicara saat itu seperti bercanda. Atau memang muka Gara jarang terlihat serius.

Ntah lah, ia sekarang harus menjaga dirinya dan juga buah hati nya.

"Kamu baik baik ya di dalam, bantu Mama biar bisa menjaga kamu sampai kamu melihat dunia." Raina mengelus perut nya seraya tersenyum.

***

Matahari sudah terbenam sedari tadi. Gara dan kedua orang tua nya kini sedang duduk di sofa yang ada diruang keluarga.

"Tumben kamu mau ngomong tapi pake acara beginian?" Ria membuka obrolan terlebih dahulu.

"Emm.. Sebelumnya, Papa kenal Om Faiz kan?" Harun mengangguk.

"Kenapa?"

"Gara... Hamilin anaknya Om Faiz." Kedua orang tua nya membulatkan matanya menatap tak percaya anak mereka satu satunya.

Tak lama suara tawa terdengar dipendengaran Gara yang membuatnya mengernyit.

"Jangan bercanda, Gara." Harun menetralkan kembali wajah nya.

"Gara serius, Pa, Ma." melihat wajah Gara yang tak ada unsur bercanda, Ria mulai mendekati Gara.

"Kamu? Hamilin Raina?" tanya Ria yang memang mengenal Raina.

Gara mengangguk seraya tersenyum.

"Tanggung jawab secepatnya!" tegasan dari Harun membuat senyum Gara melebar. Inilah yang ia inginkan.

"Tunggu, Bukannya Raina udah meninggal karena kecelakaan beberapa tahun lalu?" tanya Harun yang sedari tadi heran.

"Raina selamat Pa, tapi dia agak lupa ingatan karena trauma." kedua orang tuanya mengangguk seraya bersyukur.

"Bawa Raina kesini besok yaa, Mama kangen banget sama Raina." Gara lagi lagi mengangguk.

"Eh, tunggu, kok kamu tau kalo Raina lupa ingatan?" Harun masih bingung.

RAINA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang