Weekend ini, Raina memutuskan untuk mengunjungi rumah Kayra.
09:25.
Raina sudah rapih dengan polesan make up tipis; bedak dan liptint merah muda.
Lalu memesan ojek online, karena ia tidak mempunyai kendaraan pribadi.
***
Sampai dirumah Kayra, Raina membayar dengan saldo yang sudah lama ia isi namun jarang terpakai.
Tok... Tok... Tok...
Mengetuk dan memecet bel, kemudian terdengar langkah mendekati pintu, Raina memutar badan nya membelakangi pintu dan
Cklek.
"Cari siapa neng?" itu suara Nesya yang sangat ia rindukan.
Raina mulai membalik badan nya sambil tersenyum lebar. Nesya terkejut langsung memeluk Raina dengan erat.
"Raina, Mami kangen sama kamu," ucap Nesya masih memeluk Raina.
"Raina juga kangen, Mi." balas Raina tersenyum hangat. Ia sangat merindukan pelukan dari Nesya yang sudah ia anggap seperti ibunda nya sendiri.
"Ekhem.. Masih lama gak peluk pelukan nya?" tanya suara laki laki yang entah sejak kapan ada di belakang Nesya. Raina melepas pelukan nya dan menatap laki laki tersebut.
"Bang Arga!!" panggil Raina menghampiri Arga Melviano, Kakak laki lakinya Kayra.
Arga tersenyum tipis mengusap lembut rambut Raina.
"Makin tinggi aja, Rai" ucap Arga menatap Raina.
"Iya lah, masa mau pendek terus kayak bang Arga." ledek Nesya pada anak pertama nya.
"Dih, Mami ikut ikutan aja."
"Udah yuk masuk," ajak Nesya menggenggam tangan Raina dan dibawanya masuk.
"Kayra mana, Mi?" tanya Raina setelah sampai di ruang tamu yang tiga kali lipat lebih besar dari ruang tamu dirumah nya.
"Belum bangun jam segini mah" Raina mengangguk mengerti.
"Mami ke dapur dulu ya, mau ambil minum." Nesya pergi ke dapur menyisakan Raina sendiri diruang tamu, karena Arga tadi sudah pergi entah kemana.
"Woy!!" panggilan itu membuat Raina terkejut.
Si copy paste an dari Kayra maksud nya kembaran Kayra. Kenapa tak pernah terlihat? Karena Keisya tak satu sekolah dengan Kayra, katanya bosan lihat wajah Kayra setiap hari.
Keisya Almeera yang membuat Raina terkejut.
"Bangke lo!" Raina melempar bantal sofa pada Keisya yang terkekeh.
"Kemana aja lo? Kangen nih gue," Keisya mendekat dengan senyuman.
"Dih, tumben kangen bilang bilang."
"Iya lah, dari pada di pendem kan ga bakal kesampean terus makin makin deh di hati."
"Lo curhat?" tanya Raina menatap Keisya bingung.
"Sama aja lo bangke nya!" Raina terkekeh.
Nesya datang membawa nampan berisi minuman segar dan beberapa cemilan.
"Loh, Sya. Tumben udah melek." cibir Nesya yang tak biasa melihat Keisya bangun di jam yang terbilang siang ini.
"Iya lah, Mi. Masa mau merem mulu, nanti mami nangis gimana?" goda Keisya pada Mami nya.
"Ngomong apa si lo anakonda?" Arga kembali sambil menepuk bibir Keisya.
"Heh, kurang asem! Bibir gue kotor kena tangan lo yang berdosa itu ya!"
"Oh iya, gue lupa belom cuci tangan tadi abis cebok." wajah Arga dibuat terkejut.
"Sialan!"
"Heh! Dek, mulut nya!" peringatan dari Nesya membuat Keisya menggaruk tengkuknya
"Maaf, Mi."
"Rame banget masih pagi" kali ini Kayra yang baru membuka mata nya belum menyadari kehadiran Raina.
"Woy, Dugong!" sapa Raina membuat Kayra menoleh.
"Matamu Dugong!" Kayra menuju dapur entah untuk apa.
Raina menghabiskan waktu di rumah Kayra sampai sore, sekarang ia dalam perjalanan pulang bersama Kayra dan Arga, ini juga karena paksaan Mami Nesya.
Sampai di depan rumah, Raina turun dan melambai saat mobil Kayra pergi menjauh.
Memasuki rumah nya yang gelap karena belum ia nyalakan lampu nya. Saat memasuki rumah ia sudah merasakan bukan hanya dirinya yang ada dirumah nya ini.
Ia berlari menyalakan semua lampu yang ada di rumah nya ini dan benar, tepat di belakang pintu seseorang berpakaian serba hitam tanpa menunjukkan wajahnya sama sekali.
"Lo.. Siapa?" tanya Raina takut sedikit
"..."
Orang itu mendekat ke arah Raina. Terus mendekat sampai benar benar di depan Raina.
"Selamat datang di dunia Gara."
Deg.
Gara? Raina membulatkan matanya saat orang itu membuka penutup wajah nya dan benar, Gara yang menyeringai.
"Gara? Kok lo tau rumah gue?" tanya Raina bingung
"Apa si yang gue gatau tentang lo? Ukuran daleman lo aja gue tau" jawab Gara santai sambil tersenyum.
Tak.
"Awh," Gara mengelus kepalanya yang terasa sakit karena di ketuk menggunakan handphone yang sudah Raina siapkan untuk menelpon seseorang tadi.
"Ngapain lo kesini?" tanya Raina mulai santai menuju dapur untuk mengambil minum untuk dirinya sendiri.
"Ketemu calon istri,"
Byurr..
"Astaga, Rai. Kena mulu gue," Gara mengusap wajah nya yang terkena air.
"Lagian lo sokap."
"Gak boleh gitu sama calon suami, gak baik."
"Dih?"
"Mandi yuk, Rai" ajak Gara dengan wajah tanpa dosa.
Pletak.
Mendarat lah botol tupperware kosong itu ke kepala Gara.
"Bercanda, anjir." Gara kembali mengusap kepalanya.
Raina menghiraukan dan pergi ke arah pintu.
"Keluar."
"Gak!"
"Keluar, Gara!"
"Gak mau, Raina."
Ck.
"Tau ah, capek ngomong sama orang gila."
Raina menyerah dan mendudukkan dirinya ke sofa ruang tamu. Gara mengikuti.
"Lo percaya gak Rai kalo kita nanti jadi suami istri?" tanya Gara menatap Raina di sebelahnya yang menonton televisi yang sudah dinyalakan dari tadi.
"Gak dan gak akan pernah." jawab Raina tanpa menoleh ke arah Gara.
"Tapi gue percaya, Rai. Tungguin aja ya," setelah itu Gara pergi keluar pintu.
"Suami istri pret! In your dream!" ucap Raina masih di dengar Gara sebenarnya namun tetap melangkah pergi.
|•••|
votmen
⭐🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA [End]
Jugendliteratur[Completed] [Sedang Revisi] Follow sebelum membaca. Tekan bintang di setiap part nya. Salam dari saya pacarnya mark lee (◍•ᴗ•◍) •••• "Disekolah gayanya bad eh di rumah sad" ___ Raina Zoya Raveena. Nama 'Raina' biasanya identik dengan penyuka hujan. ...