🌼|11|🌼

4.3K 277 27
                                    

Pagi yang bisa di bilang kesiangan ini akan dimulai dengan air mata, mungkin?

Perempuan yang baru saja kehilangan julukan gadisnya terusik karena adanya nafas yang menggelitik di lehernya serta tangan yang melingkar di perutnya.

Ia membuka mata lalu menunduk melihat laki laki yang bertelanjang dada tengah tidur dengan menyembunyikan wajahnya di ceruk lehernya.

Eh tunggu.. Laki laki?

Raina membulatkan matanya kemudian menjauhkan kepala itu sedikit berhati hati. Setelah itu ia melihat tubuhnya di dalam selimut.

Tanpa sehelai benang? Jadi bisa disimpulkan yang baru saja terjadi pada Raina.

Melihat ke arah lelaki yang merengut kesucian nya yang ternyata benar benar brengsek.

Ia menatap Gara dengan menahan tangis. Kenapa nasib nya miris sekali?
Kenapa harus ia yang melalui permasalahan yang akan datang ini?

Menatap Gara yang masih tertidur nyenyak, pikiran Raina menuju ke tadi malam. Sungguh ia tak ingat apa apa selain ia bertanding wine dengan pria brengsek ini.

"Why me?" batin nya.

Raina segera bangun dengan berhati hati agar Gara tak terbangun. Meskipun area bawah terasa sakit, Raina tetap memunguti pakaian nya yang menjadi saksi bisu malam tadi. Raina berjalan kekamar mandi menatap dirinya didepan cermin, banyak sekali tanda yang sudah dibuat Gara. Dirinya benar benar kotor sekarang.

Raina memakai pakaian nya buru buru sebelum manusia sialan itu terbangun dan mengganggu nya.

Sudah di cap kan sekarang bahwa ia sangat sangat membenci Gara.

Setelah selesai memakai pakaian nya, ia dengan cepat keluar dari kamar yang menjadikan nya wanita, bukan gadis lagi.
Sebelum keluar ia sempat melihat Gara yang tertidur sangat nyenyak.

Raina menangis di perjalanan pulang, ia tak ingin naik kendaraan apapun. Ia sedang ingin sendirian saat ini, mengeluh dan berandai andai sampai air matanya mengalir tak berhenti.

Sampai di jembatan yang begitu tinggi dari bawah sungai, Raina berhenti tiba tiba dan menatap derasnya arus sungai. Ia tak ingin melakukan hal bodoh seperti bunuh diri. Pikiran bunuh diri bahkan tak terlintas dipikiran Raina.

Raina berfikir, biar saja takdir Tuhan yang berjalan. Ia hanya menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya, entah ia akan menerima atau tidak tetapi ia akan menunggu apapun yang terjadi.

Raina melanjutkan jalannya, area bawah sudah tak begitu terasa sakit namun hati nya yang sakit. Sakit bahkan perih rasanya.

Baiklah, ia akan menerima yang terjadi selanjutnya.

Di tempat lain, lelaki yang semalam melepas keperjakaan nya menggeliat semangat. Gara membuka matanya menatap ke samping namun kosong, tak ditemukan siapapun.

Gara langsung duduk menatap ke sekeliling.

Semalam ia tak terlalu mabuk hanya saja ia terpancing obat perangsang dan tubuh Raina.

"Argh!" Gara menjambaki rambutnya. Kenapa kebiasaan kebo nya harus sekarang terjadi sampai ia kehilangan wanita yang ia cintai?

Gara mengingat kejadian semalam, sungguh Gara melakukan nya dengan hati tak ada kekasaran sedikit pun tapi kenapa Raina meninggalkan nya? Dan juga ia memikirkan gaya apa yang salah sehingga Raina meninggalkan nya?

Kenapa Gara bodoh?

"You are mine, Raina!" Gara bangkit lalu menuju kamar mandi. Ia akan mencari Raina.

RAINA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang