🌼|37|🌼

2.1K 183 5
                                    

Typo bertebaran..

Tok.. Tok.. Tok..

"RAINA!!" panggil lelaki setinggi 182 cm sembari tangan nya mengetuk pintu dengan kuat dengan berkali kali hingga pintu tersebut perlahan terbuka, menampakkan wajah polos Dara yang terlihat baru bangun tidur.

"Raina mana?" tanya Gara dengan cepat sedangkan Dara hanya diam,

"Gue tau Raina disini, tolong biarin gue ketemu Raina" Dara masih diam di tempat menatap lelaki yang sangat kacau ini, rambutnya berantakan, baju nya kusut serta terlihatnya jahitan kulit di dahi lelaki tersebut.

"Raina butuh sendiri" kasihan? Tentu saja, tapi ia hanya ingin mengutarakan kalau Raina tak ingin di ganggu.

"Tapi gue butuh Raina, Dar" hembusan nafas kasar dari lelaki tersebut terdengar disertai dengan kegiatan mengacak rambut hitam nya.

Dara terdiam. Ia hanya ingin menjaga Raina tapi ia sadar kalau masalah rumah tangga Raina harus terselesaikan sebelum terjadinya perpisahan.

"Ada di kamar tamu" Gara mendongak menatap Dara yang mengangguk lalu lelaki tersebut berlari dengan terseok pelan mencari kamar tamu.

"Belok kanan, di pintu coklat cerah" Gara mengangkat jempol nya saat matanya menangkap hal yang di sebutkan Dara.

Gara menghampiri pintu tersebut dan membuka nya perlahan sampai tak terdengar suara decitan pintu. Senyum nya mengembang ketika ia melihat perempuan yang membuatnya tak berhenti menggeram marah pada dirimu sendiri selama semalam.

Menutup pintu juga dengan perlahan lahan. Kemudian kaki nya melangkah mendekati ranjang yang tak terlalu besar.

Ikut merebahkan tubuh nya di depan perempuan nya. Memeluk erat sembari mengecupi kening perempuan itu.

Senyumnya semakin melebar saat mata yang ia rindukan saat menatap nya kini terbuka lalu menerjap lucu seolah tak percaya.

"Ga-Gara?" lirih nya saat matanya benar benar melihat Gara didepan mata bukan sekedar mimpi.

"Ini aku, sayang"

Bugh.

"Awwhh" kemarin bar tertabrak dan sekarang tersungkur mencium lantai.

"Ngapain disini?" Raina mendudukkan dirinya perlahan dengan penuh kehati hatian karena perut nya sudah membesar.

"Kita pulang, ya?" Raina memutar bola matanya malas. Ia masih tak percaya lelaki ini.

"Kita selesain dirumah, selesain ke salah pahaman kamu, pulang ya?" seketika Raina ingat ucapan Dara. Ia harus mendengarkan dahulu sebelum mengklaim yang tidak tidak.

Raina bangkit dari duduk nya melangkah keluar kamar tamu namun berhenti dan menoleh ketika sampai di depan pintu.

"Pulang sekarang sebelum aku berubah fikiran" dengan cepat Gara berdiri lalu mendekati Raina yang tengah menunggunya di depan pintu.

"Ayo" Raina mengangguk lalu melangkah bersama Gara yang tak ia sadari kalau langkah lelaki itu sedikit tertatih ringan.

Sampai di halaman rumah Dara, mereka bertemu dengan Dara yang tengah membeli bubur ayam di tukang bubur keliling.

RAINA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang