🌼|1|🌼

7.5K 511 11
                                    

Pukul 18:22
Raina baru saja pulang dari rumah Dara.

Sampai dirumah yang sederhana, tidak besar ataupun kecil ini mampu menampung dirinya selama tujuh tahun sendiri. Tanpa orang tua, tanpa saudara, tanpa kehangatan.

Namun ia kuat bertahan selama ini, tentu di rumah peninggalan terakhir Bunda nya yang sudah disiapkan karena tau ini akan terjadi.

Raina menuju kamar nya, meletakan tas nya di ranjang Queen size nya lalu ia pergi ke kamar mandi, membersihkan diri.

Selesai membersihkan diri, ia menuju dapur, menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri tentunya.

Saat membuka kulkas hanya berisi telur saja, karena selama seminggu ini ia tak sempat berbelanja kebutuhan kulkas.

Memotong bawang merah dan putih serta cabai, memanaskan sedikit minyak lalu memasukan bumbu yang sudah ia potong tadi lalu tak lama telur juga masuk. Sungguh beruntung ia, nasi masih tersedia karena ia memasak tadi pagi sebelum sekolah.

Setelah selesai memasak, Raina membawa piring yang berisi nasi goreng dan gelas berisi air bening ke ruang tamu, karena di rumah nya tak ada meja makan jadi ia makan di meja ruang tamu.

Menyalakan televisi dan memakan masakan nya sendiri.

***

Merebahkan tubuh nya di ranjang kesayangan nya sambil menatap langit langit kamar nya.
Tiba tiba sebulir air mata jatuh dengan lancangnya dan lama kelamaan semakin deras ditambah isakan dari bibir tipis itu.

Pikiran nya melayang ke kejadian tujuh tahun lalu, tersenyum miris meratapi nasib nya, pernah terfikir untuk meninggalkan dunia namun langsung di tepis dengan cepat.

"Bunda, Raina kangen," lirih nya sambil terisak. Hati nya sakit mengingat kembali kematian ibu nya karena kecelakaan.

Flashback on

Setelah pertengkaran ayah dan bunda nya yang berujung perceraian, Raina dan Bunda nya langsung pergi dari rumah itu dan menuju ke rumah yang sudah di siapkan Bunda Raina dari beberapa bulan lalu.
Kondisi malam ini hujan sangat lebat hingga petir yang bersahutan terdengar serta jalan yang tidak memungkinkan untuk di lewati. Namun Ririn--Bunda Riana-- harus melewati ini demi anak satu satu nya.

Merasakan sedikit kelegaan dalam hati setelah kesesakan yang ia rasa selama beberapa bulan ini mengetahui adanya hubungan di belakang pernikahan dengan ayah Raina selama ini, ini sebab nya Ririn sudah menyiapkan semuanya sampai serapih ini.

Melihat Raina di samping kemudi yang masih meringkuk ketakutan karena pertengkaran tadi, Ririn juga takut kondisi mental anak nya terganggu karena masalah keluarga ini. Sampai ia mengusulkan untuk membawa Raina ke psikolog besok.

RAINA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang