🌼|38|🌼

2.4K 155 2
                                    

Warning typo!
Tidak ada revisi!
🐣🐣🐣


"Kenapa kamu baru ngasih tau aku sekarang?!" lelaki didepan nya tersulut emosi setelah ia memberitahukan semua yang ia dapatkan. Mulai dari surat surat ancaman sampai lelaki misterius berjubah hitam.

"Aku takut ngerusak fokus kamu sama olimpiade nanti" Raina menunduk takut, ia sudah tahu pasti nantinya ini reaksi Gara saat mengetahui nya.

Gara mengacak rambutnya kasar lalu berdecak.

"Kalo emang aku gak tau nanti sampe aku udah pergi olimpiade, aku yang ngerasa semakin khawatir karena kamu aku tinggal dirumah!" Gara mengeram kesal sambil mengusap wajah nya.

"Maaf" cicit perempuan nya. Gara menetralkan nafas nya lalu memeluk Raina, mengecup lembut pucuk kepala Raina.

"Kita lapor polisi" Raina mendongak menatap wajah Gara yang tengah menatap lurus.

"Bukti belum kuat, pasti laporan nua gak diterima" otak Gara membenarkan ucapan Raina. Ia kurang bukti.

"Kita pindah rumah" Raina melepaskan pelukan nya pada Gara, menatap lelaki itu terkejut.

"Rencana nya kita pindah kalo aku udah selesai olimpiade, tapi kalo udah begini, kita pindah sekarang" ucapnya setelah melihat keterkejutan Raina.

"Kapan kamu beli rumah?"

"Rumah Papa yang dulu, disana masih layak pakai juga rumah nya, walaupun sederhana. Gak apa apa kan?" Raina mengangguk tersenyum. Ini yang ia mau, mengurus rumah tangga nya tanpa campur tangan mertua atau orang tua sekali pun.

"Sekarang juga kita pindah, barang barang nyusul" Raina hanya bergumam kecil lalu menyandarkan kepalanya di bahu tegap Gara.

Gara menatap lurus, otaknya tengah memproses sesuatu. Kemana saja ia sampai tak tahu hal yang dialami istri nya sendiri beberapa minggu ini? Apa ia yang kurang peduli atau memang Raina yang terlalu menutup diri?

"Kita saling terbuka sama semua yang terjadi sama diri kita sendiri, ya?" bukan pertanyaan, ini perintah.

•••

Sederhana dari mana? Ini bahkan keterlaluan besar bagi Raina yang hanya untuk tinggal berdua dengan Gara. Ya walaupun tak sebesar rumah orang tua Gara.

"Sederhana ni? Yang bener aja?" Gara menoleh bingung menatap Raina.

"Emang kenapa? Terlalu kecil?" Raina membelalakkan matanya. Mata Gara tak salah?

"Buat berdua doang segini gede nya ni rumah? Yakin?" Gara mengerti kemudian terkekeh.

"Nanti juga rame kalo baby udah brojol" Raina memutar bola matanya.

"Ayo masuk" Gara memutar kunci pada pintu masuk.

Dari jauh, dia tersenyum remeh.

"found it," ucap nya pada orang di seberang telepon.

•••

Baru saja, barang barang Raina dan Gara sampai di rumah yang kini ditempati mereka berdua.

"Makasih, om" Orang yang di panggil 'om' tersebut mengangguk dan pamit pergi dari rumah Gara.

RAINA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang