🌼|42 [Ending]|🌼

5.6K 190 3
                                    

Vote part sebelumnya
Typo berjejerrr
🐦🐦🐦

Waktu terus berjalan, tanpa terasa Raina telah sampai di kandungan yang ke 8 bulan dengan begitu tenang tanpa gangguan.

Ya, beberapa bulan ini, Raina begitu tenang. Tak ada lagi teror teror dan tak ada lagi sosok misterius. Selama 3 bulan ini Raina begitu banyak mendapat kasih sayang dari orang sekitar nya. Bahagia tentunya. Senyum nya tak pernah surut.

Gara sekarang sudah terlihat begitu dewasa meski baru saja kenaikan kelas 12. Beberapa bulan lagi, Gara akan melakukan serah terima jabatan OSIS. Dan satu lagi, Gara akan dibebani dengan tanggung jawab nya sebagai penerus sang Ayah di perusahaan besarnya.

Siang ini, Gara akan berangkat menuju perusahaan sang ayah. Setiap pulang sekolah, Gara selalu pulang terlebih dahulu untuk bertemu Raina lalu pergi lagi untuk belajar bekerja.

"Aku berangkat, ya." Raina mengangguk ketika Gara mengecup kening nya. "Hati hati dirumah," Raina mengangguk mengiyakan.

"Kamu juga hati hati" Gara tersenyum hingga matanya menyipit. Melambaikan tangan nya sampai memasuki mobil.

Raina ikut melambai ketika mobil Gara berjalan menjauh dari pekarangan rumah.

"Raina, vitamin kamu belum diminum siang ini." Shey, maid muda yang dulunya bekerja di mansion ayah Raina kini bekerja di rumah Gara. Bukan hanya Shey, tapi Lala dan juga Eca ada disini.

Raina menoleh, mengangguk kemudian masuk ke dalam rumah.

"Kamu disini aja, aku yang ambil." Raina hanya mengangguk dan mendudukkan dirinya di sofa.

Raina diam namun tangan nya mengelus perut nya yang sudah membesar. Sebentar lagi ia akan menjadi ibu yang sesungguhnya. Menggendong kedua bayi nya, menyusui kedua bayi nya, menemani keduanya bermain dan juga menemani tidur. Ia tak sabar.

"Ini, pelan pelan." Raina mendongakan kepalanya, menerima pil vitamin rutin nya.

"Makasih, Shey." Shey mengangguk kemudian pamit pergi dari sana.

Raina meminum vitamin nya tanpa ragu. Namun tanpa ada yang menyadari, seseorang di bawah tangga menatap nya begitu menyesal.

"30 menit. Maaf, Rai." sungguh ia tak bermaksud. Hanya saja ia harus melakukan nya karena sebuah ancaman dari saudara kandung nya. Vanya, Kakak nya.

•••

Handphone nya berdering menandakan adanya telpon yang masuk. Gara mengangkat nya setelah melihat nama yang tertera.

"Kenapa, Bi?" Bi Surti, asisten rumah tangga nya.

Deg.

Tak.

Dengan bersamaan handphonenya terjatuh ketika jantung nya berdetak cepat. Berkedip, masih belum percaya.

"Gara, bawa-"

"Raina masuk rumah sakit, Pa. Gara harus pergi sekarang" tanpa menunggu balasan sang ayah, Gara berlari sangat kencang menuju tempat parkir.

"Tolong bertahan demi aku dan anak anak kita" air matanya tiba tiba saja terjatuh setetes.

•••

35 menit lalu.

Bruk.

"Bi Surti," lirih perempuan yang tengah menahan kesakitan nya. Memanggil siapapun orang yang bisa mendengarnya dari kamar.

"Eca," kembali memanggil seseorang yang bisa ia minta bantuan.

RAINA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang