🌼|22|🌼

3.2K 197 9
                                    

Warning Typo!!
Insyaallah diadain revisi:D
🌻🌻🌻

"AAAA KAGET IH!" setelah refleks memukul Gara, Raina langsung mencubit lengan Gara, sang empunya tangan hanya sabar, mengikhlaskan tangan nya yang kena sasaran.

"Iya maaf" Gara mendekat memeluk perut Raina tak terlalu erat.

"Kamu mau aku mati jantungan?!" Raina masih membahasnya membuat Gara menatap Raina dari bawah yang terlihat menggemaskan.

"Enggak lah, sayang" Gara berpindah posisi kepala menjadi di atas paha Raina sambil menenggelamkan kepalanya di perut Raina.

Raina tak lagi berbicara, ia menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.

"Gara" Gara hanya berdeham saja.

"Boleh hujan hujanan?" Gara kini menatap Raina heran. Bukanya Raina tak lagi menyukai hujan? Tapi ini?

Menyadari raut bingung Gara, Raina kembali berbicara, "Aku lagi pengen hujan hujanan, bukan aku sih yang pengen tapi baby" Gara kembali menatap perut Raina dengan senyuman.

"Hai Baby, kamu ngidam nya kok hujan hujanan? Nanti Mama sakit loh, emang mau Mama sakit?" Gara mengelus lembut perut Raina yang masih rata. Kandungan nya kan baru memasuki tiga minggu jadi belum terlihat.

Raina yang merasakan kelembutan Gara mengelus perut nya pun memejamkan mata, ia mulai mengantuk.

Gara yang melihat Raina sudah mengantuk pun bangkit kemudian memposisikan Raina dengan benar.

"Aku gak ngebolehin kamu hujan hujanan, lagi pula ini udah malem, gak baik buat kesehatan kamu dan baby" Raina mengangguk saja, lagipula ia tak ingin bermain hujan lagi. Ternyata calon bayi nya sangat penurut.

"Eh kamu-" Gara baru akan mengajak Raina makan malam, karena Raina belum makan malam. Namun Raina sudah terlelap.

Gara menghela nafas kemudian mengelus pucuk kepala Raina dan mengecup nya sebentar.

"Sweet dream" Gara bangkit kemudian melangkah menuju kamar mandi.

•••

02:22.

Gara yang masih bermain game di handphone nya menyadari kejanggalan dari Raina.

Sedari tadi Raina menggeliat tak nyaman, keringat menetes di kening nya. Tak hanya kening, lengan serta leher Raina.

Gara meletakan handphone nya kemudian memeriksa keadaan Raina yang kini meneteskan air mata.

"Rai, bangun" Gara mengusap keringat yang semakin deras bersama tangisan Raina.

Gara panik saat ini. Ia ingin meminta bantuan Faiz namun ia tak ingin meninggalkan Raina sendirian.

Gara terus mengguncang tubuh Raina dengan kuat sampai...

"BUNDA!!" Raina baru membuka mata nya, Gara langsung membawa Raina kedalam pelukan nya yang tak terlalu erat, takut Raina tak bisa bernafas.

Raina menangis sesenggukan, Gara yang mendengarnya juga merasakan nyeri di dadanya.

"Suutttt... Kamu lupa berdoa tadi" Raina sedikit merasa tenang namun isakan kecil masih terdengar.

RAINA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang