🌼|4|🌼

6K 402 13
                                        

Membuka matanya, menyesuaikan dengan cahaya yang hanya remang remang.

Menatap ke sekeliling dengan was was karena ini tidak seperti kamar nya. Setelah diingat ingat, Raina langsung berlari ke arah pintu dan sial! Terkunci, di gedor nya pintu itu dengan sangat keras.

"KELUARIN GUE DARI SINI, BAJINGAN!!"

"SIAPA PUN LO DILUAR, KELUARIN GUE DARI SINI!"

BRAK...

"KEPARAT, SIALAN!" bibirnya sungguh gatal untuk tidak mengumpat namun juga belum puas mengumpat.

Saat ingin mengumpat kembali namun suara diluar pintu yang ia dengar membuatnya menggeram.

"Bibir seksi nya suka banget ya buat mengumpat gitu, belom aja di sosor." suara berat yang di miliki orang yang sudah menculiknya ini.

"KELUARIN GUE, BAJINGAN!" Raina mengetuk dengan keras sampai tangan nya memerah.

"Suuttt... Jangan mengumpat terus, gak baik ya, cantik." setelah mengatakan itu, suara langkah kaki menjauh terdengar di indera mendengarkan Raina.

"BANGSAT," umpatnya terakhir karena lelah.

Tubuhnya meringkuk ke bawah, memeluk lutut dengan tetesan air mata yang mulai keluar.

"Bunda, Raina takut." lirih nya diakhiri isakan.

Lama menangis, suara kunci diputar terdengar. Raina berdiri dan memasang ancang ancang untuk menjatuhkan lawan.

Cklek.

Pria paruh baya yang sangat ia benci pun masuk dengan senyum tipis di bibir.

"Rai, ini ayah." Faiz Mahaja, ayah Raina mendekati Raina yang mematung.

"Berhenti di sana,"

"Rai.." panggil Faiz pada anak nya yang sangat sangat ia rindukan, banyak hal yang ingin ia katakan dan jelaskan pada putrinya.

"DIAM!" bentak Raina dengan suara yang sedikit bergetar.

Faiz kembali mendekati Raina, membuat Raina mundur perlahan.

"Berhenti disana" lirih nya takut.

"Ayah sangat merindukan mu, Nak." ucap Faiz tulus langsung memeluk Raina yang tadi sudah ada di depan nya.

"Maaf. Maafin ayah, Rai." suara Faiz bergetar. Faiz menangis, sungguh menyesal melakukan hal yang salah di tujuh tahun yang lalu.

Isakan terdengar dari bibir tipis Raina, Raina mulai menangis. Tak di pungkiri ia juga merindukan ayahnya.

Raina mulai membalas pelukan ayah nya.

"Maafin Raina juga, Yah."

Tangis kedua nya bersama menyatukan kerinduan yang sudah sangat lama.

"Maafin ayah, kamu gak salah, Rai. Maafin ayah yang bodoh." Faiz mempererat pelukan nya.

Raina hanya diam tetap menangis.

"Kamu anak yang kuat ya, Rai. Ayah bangga sama kamu selama ini. Tumbuh dengan baik walau sendirian, maafin ayah ya, Rai. Jaga diri kamu baik baik lagi."

Setelah ucapan yang membuat Raina mengernyit bingung melepas pelukan nya menatap mata ayah nya yang tersirat penuh kerinduan.

"Maksud ayah ap—"

Dor!

"Arghh" Suara Faiz membuat Raina kembali menangis.

"Ayah jangan tinggalin Raina sendiri, ayah harus tetep sama Raina, Yah!!" Raina memeluk ayah nya kuat dan terdengar langkah sepatu menuju ke arah mereka.

RAINA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang