CHAPTER 17

7.3K 1.2K 373
                                    

17. Rasa?

.........

Vano sedang berada di taman komplek, masih pagi sekalian jogging. Sekarang libur sekolah, tanggal merah.

Mata nya memincing, melihat seorang gadis yang sedang berlari di taman komplek.

Syahla!

Entah kenapa, jantung Vano seperti maraton, dia deg deg an.

"Astaghfirullah hal'adzim" Vano terus menggumam, tak mau zina mata dengan melihat Syahla.

"Arghh, gue kenapa sih?" Kesal Vano pada diri sendiri.

"Vano.... " Syahla mendekat membuat Vano tambah deg deg an.

"Assalamu'alaikum" Salam nya.

"Waalaikumsalam" Jawab Vano datar.

"Boleh duduk?" Tanya Syahla.

"Boleh" Vano menetralkan detak jantung dan mimik wajahnya.

Mengubahnya menjadi datar, Syahla yang melihat menjadi kurang enak hati.

"Gak papa kan?" Tanya Syahla pelan.

Vano mengangguk "boleh, gue juga mau pergi" Ucap Vano lempeng, padahal dalam hati dia sangat gugup.

"Assalamu'alaikum" Salam Vano.

"Waalaikumsalam" Jawab Syahla lalu memandangi punggung Vano yang mulai menjauh dan akhirnya hilang di perempatan jalan.

Syahla menghela nafas, Vano sepertinya kurang suka pada nya.

"Apa dia benci sama gue?"

******

Vano berdiri dibalik dinding sebuah rumah, memegangi dada nya.

"Jangan sampe Vano" Tegasnya untuk diri sendiri.

Vano berjalan kembali ke rumah nya, melihat Zahra dan Vira yang sedang menyiram bunga.

"Assalamu'alaikum" Salam Vano mengalami tangan bunda nya.

"Waalaikumsalam" Jawab Zahra dan Vira.

"Capek banget bang? Keringetan baget." Tanya Vira.

Vano mengangguk ragu, sebenarnya dia keringatan karena bertemu dengan Syahla.

"Yaudah, abang masuk" Ucap Vano lalu masuk ke dalam.

Vano langsung menuju kamar nya, ingin mandi dan menenangkan diri.

Setelah mandi, Vano duduk di kasur nya. Mengambil ponsel dan mengecek notifikasi apa.

Dia menghela nafas saat melihat banyak no yang tidak dikenal menge chat nya.

0875********
Hai, gue Yuli

0865********
Ketemuan yuk, di cafe lovetaria.

0812********
Main yuk, ke club. Gratis buat kamu!

0896********
Makasih buat yang semalem, kamu ganas.

Contohnya yang terakhir, padahal saat malam. Dia berkencan dengan kesayangan nya, yaitu buku.

Dia tak mengenal satupun dari mereka.

Vano membuka instagram, mencari username Syahla, entah dia sadar atau tidak.

Dia tersenyum kecil, melihat hanya ada satu foto yang menampilkan Syahla beserta keluarganya.

Yang lain nya ada info info tentang agama.

Vano menggelengkan kepala, menutup aplikasi Instagram.

"Gue gak boleh ada rasa" Monolognya.

"Otak gue perlu di service" Gumam Vano.

Vano bangkit lalu keluar kamar, menghampiri sang ayah yang sedang duduk di sofa sambil selonjoran kaki yang berada di atas meja.

"Gusar banget?" Tanya Vino yang melihat kegusaran di mata sang anak.

"Gak papa yah, masalah sekolah aja" Ucap Vano tak sepenuhnya berbohong, nanti minggu depan ia akan lomba Olimpiade IPA.

"Santai aja, walaupun dulu ayah gak pernah ikut lomba. Karna tawuran lebih seru" Ucap Vino mendapat kekehan dari Vano.

"VARO!" Mendengar pekikan itu membuat kedua cowok yang sedang mengobrol langsung berlari keluar.

Mereka melihat Varo yang babak belur, entahlah darimana. Yang pasti tadi Varo pamit keluar.

Varo terkapar di halaman rumah, tidak pingsan.

Zahra langsung menghampiri anak keduanya itu.

"Kamu gak papa?" Pertanyaan bodoh macam apa itu?

Padahal sudah jelas anaknya terkapar.

Varo menggeleng lemah, badan nya remuk.

Tadi dia dicegat oleh geng Arvix.

"Ayah, Vano! Bantu Varo nih" Suruh Zahra.

Vano dan Vino membantu memapah Varo masuk ke dalam rumah.

Mereka mendudukkan kan Varo di sofa ruang tengah.

Vira datang membawa sebaskom air hangat, handuk, dan kotak P3K.

Dia duduk di sebelah Varo, mencelupkan handuk kecil itu ke air hangat lalu memeras nya.

Dia mengobati wajah Varo terlebih dahulu.

"Aww...."

"Sakit ra" Keluh Varo.

"Kalo gak mau sakit, kenapa berantem?" Cibir Varez yang baru muncul.

"Gue dikeroyok" Ucap Varo.

Zahra melotot mendengarnya, dia pernah melarang Varo ikut geng motor.

Tapi Varo tak mau jadi Zahra biarkan, karena jika seorang anak dikekang pasti anak itu akan melakukan hal hal yang lebih jauh secara diam diam.

Jadi daripada Varo melakukanya sembunyi sembunyi, lebih baik jujur, pikir Zahra.

"Dikeroyok berapa orang?" Tanya Vino.

"50 orang" Ucap Varo membuat mata Zahra tambah melebar.

"Kamu kenapa gak kabur?" Tanya Zahra.

"Bunda gak pernah dikeroyok sih, mana bisa kabur" Ucap Varo.

"Aww... Sakit ra, jangan diteken" Ringis Varo karena Vira menekan luka di punggungnya.

Vira tak menyangka bahwa jika berantem akan separah ini, biasanya di novel novel hanya wajah nya saja yang memar.

Tapi Varo, di sekujur tubuhnya luka.

"Ini udah pelan loh bang" Ucap Vira.

Vino memperhatikan anak kedua nya, sepertinya akan ada masalah. Terlihat dari mata anaknya yang terlihat punya beban besar.

Masalah kali ini lebih besar dari masalah nya dulu, mungkin akan ada perang.

######

Ini lebih panjang loh.

Author capek ngetik.

Nanti bakal ada perang besar antara geng Sabar sama Arvix.

Tapi chapter rahasia 🤐

Spam 'next' buat chapter selanjutnya. 110 komen next! Bisa gak?

Kalo up nya seenak author pasti bakal lama, bisa jadi minggu depan. Makanya author targetin aja.

Sebenernya author gak minta komen atau vote banyak, author minta komen karena biar lama.

Author belum ada inspirasi buat kedepan, kalo author gak minta komen dan up seenak author pasti bakal lama. Bisa seminggu lagi atau gak update update.

Makanya author minta komen, biar author mikir dadakan kalo komen nya sampe target.

Salam hangat author

LOVE STORY 3 V (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang