CHAPTER 28

5.9K 1.1K 141
                                    

28. Butuh darah.

...........

Vano baru saja tiba di depan ruang ICU, tadi dia bertanya pada resepsionis dimana Vira berada.

Mata nya menatap Zahra yang sedang menangis di pelukan Vino, Vano melirik Syahla.

Dia menarik lengan Syahla kasar, lalu membawanya menjauh dari Zahra dan Vino.

"Apa yang udah lo lakuin ke Vira?!" Tanya Vano tajam.

"B-bukan aku, bukan aku" Syahla meracau sambil menangis.

Vano sedikit terenyuh melihat air mata Syahla tapi dia menggelengkan kepala.

"Apa yang udah lo lakuin ke Vira?!" Tanya Vano sekali lagi.

"Bukan salah akuuu" Syahla histeris, berjongkok di lantai menutup telinganya memakai tangan.

"Bukan aku..... "

"Bukan aku.... "

"Bukan aku... "

Syahla terus meracau dan menangis, dia menggelengkan kepala.

Vano jengah, jiwa kejamnya muncul. Dia bisa saja membunuh Syahla saat ini.

"Bangun!!!" Sentak Vano.

Syahla terus meracau histeris, disini sepi jadi jarang yang mendengar.

"Bangun!!"

Vano jengah, dia mencengkram kedua pipi Syahla dan mengangkatnya agar mau berdiri, sungguh kejam.

"Kalo lo cowo udah gue bunuh" Ucap Vano tajam.

"Maaf...... " Lirih Syahla.

"Oke kalo lo gak mau jawab, gue bisa cari tau sendiri" Ucap Vano lalu mendorong Syahla kasar.

Vano berjalan ke arah Zahra dan Vino, sepertinya Vira sudah selesai dioperasi.

"Gimana?" Tanya Vano.

"Vira kurang darah, darah Vira kayak bunda tapi bunda punya riwayat hipotensi" Ucap Vino.

Vano mengusap wajahnya gusar, dia dan Varo bergolongan darah O sedangkan Vira A.

Si kembar juga O.

******

Farrel sedang disuapi oleh Sean, bukan GAY ya!

Farrel disuapi karna tangan nya sedang sibuk bermain game.

"Tadi gue pengen ke kantin tapi gue liat Vano sama orang tuanya di depan ICU" Ucap Sean membuat Farrel menghentikan aktivitas nya.

"Varo sakit?" Tanya Farrel.

Sean menggeleng ragu "Kayaknya bukan, soalnya tadi gue ngeliat Varo sama Reina" Ucap Sean.

Mata Farrel melebar "Vira?!" Entahlah, jantungnya berdetak tak karuan.

"Gue gak tau, siapa tau itu Varez" Ucap Sean menenangkan.

"Kita liat kesana" Ucap Farrel.

"Lo masih sakit" Ucap Sean.

"Gak, gue mau liat siapa yang masuk ICU" Ucap Farrel.

"Jangan maksa deh rel" Ucap Sean.

Farrel malah turun dari brankar, ada rasa sakit di punggungnya tapi ia tahan.

Sean menghela nafas, Farrel keras kepala. Akhirnya Sean membantu Farrel duduk di kursi roda.

Sean mendorong kursi roda Farrel ke arah ruang ICU.

Mereka berdua melihat Zahra yang menangis dipelukan Vino.

"Calon mertua...... " Panggil Farrel membuat Vino menoleh.

Vino ingin marah tapi ia tahan, keadaan tak mendukung.

"Siapa yang sakit?" Tanya Farrel.

"Calon istri kamu" Ucap Vino tak mau basa basi, malas berurusan dengan Farrel

"Hah?"

Nafas Farrel tercekat, pasokan udara di sekitarnya seperti menipis. Dia butuh nafas buatan, ada yang mau ngasih?

"Jangan bercanda om" Farrel mulai tegas.

Bahkan Vano, Vino, Varo dan Reina tak menyangka bahwa Farrel bisa setegas itu.

"Saya gak ada waktu buat bercanda" Ucap Vino singkat.

"KOK BISA?!" Farrel membentak.

Vino terhenyak.

"Sabar Rel" Ucap Sean.

Vino menghela nafas, dia mengerti perasaan Farrel karna dulu ia juga pernah merasakan nya.

"Gak bisa yan" Ucap Farrel dengan nafas tak beraturan.

"LO DIEM REL, KITA JUGA LAGI PUSING. VIRA BUTUH DONOR DARAH TAPI BUNDA PUNYA HIPOTENSI" Bentak Vano.

"Apa golongan darah Vira?" Tanya Farrel.

"A" Ucap Vano.

"Gue! Golongan darah gue A" Ucap Farrel.

Sean yang melotot.

"Jangan bercanda rel, lo tau kan ka--" Ucapan Sean terpotong.

"Gue tau" Ucap Farrel yakin.

"Gue gak ngijinin lo" Ucap Sean.

"Gue gak minta izin lo" Ucap Farrel.

"Anter gue ke dokter" Ucap Farrel pada Vano.

Vano mengangguk, mendorong kursi roda Farrel ke arah ruang dokter Fandi.

######

Double up nanti kalo udah jam 3. masih ngetik.....

Salam hangat author

LOVE STORY 3 V (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang