CHAPTER 51

4.6K 734 95
                                    

51. Varo kacau

............

Sudah 3 hari Varo dan Reina tak bertemu, Reina yang selalu menghindari Varo. Bahkan wanita itu datang terlambat dan pulang lebih awal untuk menghindari Varo.Sedangkan Varo menjadi kacau, merokok setiap hari, bahkan ia belum pulang ke rumah, Varo lebih memilih tidur di Markas Savar.

Sekarang Varo sedang merokok dan di sampingnya ada Sean, Rega, dan Vano. Vano menatap Varo datar, lalu dia mengambil rokok yang akan dihisap Varo.

"Apaan sih" Kesal Varo lalu menatap Vano sewot.

"Lo udah sering merokok, gak bagus buat kesehatan" Ucap Vano.

"Suka suka gue lah" Ucap Varo nyolot.

"Pulang, Bunda nyariin" Ucap Vano singkat lalu pergi dari situ.

Tubuh Varo menegang saat mendengar kata 'bunda', wanita yang paling ia sayang tapi ia sudah mengecewakan wanita itu.

Maafin Varo yang brengsek ini bun. Batin Varo dengan mata yang tertutup rapat.

Varo menghela nafas, berjalan ke arah parkiran untuk menunggu Reina. Dia akan kembali berusaha membujuk Reina agar memberitahukan semua yang sudah terjadi.

10 menit kemudian Varo melihat Reina yang berjalan murung, dia sendirian. Bahkan dia menunduk, mata Reina menyiratkan ketakutan.

Varo menghampiri Reina lalu menarik tangan nya ke tempat yang lebih sepi.

Reina memberontak, dia berusaha menghindari Varo.

"Lepas!" Sentak Reina pada Varo.

Varo memberhentikan langkah nya lalu berbalik menghadap Reina.

"Kenapa lo hindarin gue?!" Tanya Varo membuat mata Reina berkaca kaca.

"Kenapa lo hindarin gue Rei....?"

"A-Aku takut, setiap aku liat kamu. Kejadian hari itu selalu teringat di otak aku. Aku selalu mikir hal yang sama setiap hari, aku selalu inget kejadian dimana aku sendiri yang ngasih kehormatan aku buat kamu" Reina menjambak rambutnya frustasi.

Dia lelah dengan semua ini, apalagi jika dia bertemu Ayahnya dan Ibunya dia akan merasa bersalah.

"Gue kan bilang, kita akui semua ini aja" Ucap Varo meyakinkan.

"Aku gak bisa ro, aku gak mau ngecewain orang tua aku. Mereka yang mendidik aku supaya gak jadi perempuan murahan. Tapi apa? Aku bahkan ngasih kehormatan aku sendiri" Ucap Reina putus asa.

Varo merasa tertampar mendengar nya, dia yang menyebabkan semua ini terjadi. Jika saja Varo tak merenggut kesucian Reina, semua ini pasti tak akan terjadi.

"Maafin gue" Ucap Varo tulus.

"Disini aku juga salah, aku juga menikmati apa yang kamu lakuin" Lirih Reina dengan wajah yang sudah basah karna air mata.

Varo menggeleng, menyatukan kening mereka berdua. Varo mengusap kedua pipi Reina, kening mereka masih menyatu.

"Percaya sama gue, semua pasti bakal baik-baik aja" Ucap Varo menenangkan.

"A-Aku mohon jangan bilang semua ini ke orang tua aku... " Lirih Reina membuat Varo iba.

"Sekarang gue gak bakal bilang, tapi gak tau nanti" Ucap Varo lalu memeluk Reina. Menyalurkan rasa sayang nya pada wanita di depan nya ini.

"Gue anter pulang" Ucap Varo lalu menarik Reina berjalan ke arah motor nya.

******

Varo berada di depan pagar rumah nya, dia menelan saliva nya susah payah. Rasa bersalah itu muncul saat ia melihat bunda nya sedang membukakan pagar untuk nya.

"Ayok masuk" Ajak Zahra dan Varo mengangguk.

Mereka berdua masuk ke halaman rumah dan Varo memasukan dulu motor nya ke dalam garasi.

Varo mengikuti langkah bunda nya, Zahra berbalik menghadap Varo.

"Mandi sana" Suruh Zahra tapi Varo malah memeluk bunda nya itu.

"Maafin Varo bun..." Lirih Varo, dia menangis di pelukan bunda nya. Air mata nya luruh saat mendengar suara Zahra.

Zahra hanya mengangguk, dia kira Varo meminta maaf karna tidak pulang selama 3 hari. Tapi Zahra tak tahu fakta yang tersembunyi dibalik nya.

"Eh kenapa nangis?" Tanya Zahra heran.

Varo menggeleng lalu melepas pelukan nya "Varo ke kamar dulu"

Varo berjalan gontai meninggalkan Zahra yang menatap nya heran, sikap Varo aneh.

Sedangkan di Rumah Reina, gadis itu sedang menatap kosong keranjang cucian yang berisi sprei kotor yang menjadi saksi bisu perzinaan yang sudah dilakukan nya dengan Varo.

Reina menghela nafas, mengambil keranjang kotor itu dan keluar dari kamar. Tapi dia berpapasan dengan Ibu nya, Arini.

"Sini bunda aja yang cuci" Saat Arini akan mengambil keranjang itu tapi Reina menahan nya.

"Gak usah, aku aja yang cuci. Kasian nanti Mama cape" Ucap Reina membuat Arini tersenyum.

"Yaudah mama ke dapur dulu ya" Ucap Arini dan Reina mengangguk.

Reina berdecak di dalam hati saat di depan nya ada abang nya Genta.

"Mau kemana?" Tanya Genta.

"Mau nyuci sprei, kemarin kena tumpahan coklat" Ucap Reina berbohong.

Genta mengangguk lalu berjalan melewati Reina begitu saja, sedangkan Reina menghembuskan nafas lega. Dia berjalan ke arah kamar mandi dan masuk lalu mengunci pintu.

Butuh waktu lama mencuci sprei itu, setelah mencuci nya Reina mengeringkan nya di mesin cuci.

Tok... Tok... Tok

"Rei? Kok lama di Kamar mandi nya?" Reina buru buru membersihkan lantai kamar mandi lalu membuka pintu.

"Kok lama?" Tanya Arini heran.

"N-Noda nya susah D-Dibersihin" Ucap Reina dengan suara bergetar.

Arini hanya mengangguk lalu pergi dari hadapan Reina, Reina menangis dalam diam. Tak sanggup dia melihat Mama nya, rasa bersalah itu terus menghantui dirinya.

Reina berjalan gontai ke arah kamar, masuk lalu mengunci pintu. Bersandar pada pintu dan menangis pilu, kaki nya tak dapat menopang tubuh nya hingga dia terduduk di lantai.

Rasanya Reina ingin hilang ingatan agar kejadian itu tak terngiang di fikiran nya. Kejadian saat tubuh nya dijamah, saat dia menyerahkan semuanya. Itu terus terfikir oleh nya.

"Reina gak kuat Ya Allah..... "

Bahkan Reina mandi sehari 4 kali, dia merasa jijik pada dirinya sendiri. Dia merasa seperti wanita murahan.

######

Setan~
Yang baca ini dalam hati adalah setan~

Salam hangat author 🍬

LOVE STORY 3 V (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang