CHAPTER 48

5.4K 877 209
                                    

48. Hampa

.............

Sudah seminggu semenjak kematian Farrel, hari hari Vira semakin suram. Dia lebih suka menyendiri di kamar, merenungi semua. Jika ia mulai menangis ia akan sholat untuk menenangkan hati nya.

Hidup nya hampa, penyesalan selalu ia tangisi. Tapi ia tau itu tak ada guna nya, ini sudah jalan takdir. Vira mulai menerima takdir yang sudah digariskan untuk nya.

Dia terlambat, dia terlambat menyadari perasaan nya sendiri. Dia menyesali itu semua, tapi apa? Farrel sudah meninggalkan nya.

Hari ini Vira berniat ziarah ke makam Farrel, dia membawa sebuket bunga mawar putih untuk Farrel. Farrel sangat menyukai bunga mawar putih.

Saat ini di sebuah taman ada 2 manusia yang berbeda jenis kelamin, ada Vira dan Farrel di taman ini. Niat mereka mengerjakan tugas bersama Sean dan Rere tapi dengan kompak mereka berdua tak datang.

Sebenarnya hanya Vira yang mengerjakan karna sedari tadi Farrel hanya memandang Vira dan pemandangan sekitar nya.

"Ra, tau gak kenapa gue lebih suka mawar putih daripada merah?" Tanya Farrel.

Vira menatap Farrel sekilas lalu melanjutkan acara menulis nya.

"Apa gue peduli? Tentu enggak" Ucap Vira masih fokus dengan tulisan nya.

Farrel terkekeh kecil, mengambil setangkai bunga mawar putih berduri itu.

"Karna ini mirip lo, putih tapi ada Duri nya. Lo cantik tapi galak nya gak ketulungan" Decak Farrel sambil melihat bunga mawar itu lalu membandingkan nya dengan wajah Vira.

Vira mendengus tapi tak ayal wajah nya sedikit memerah karna dibilang 'cantik' oleh Farrel.

"Salting salting aja ra, gak usah ditutupin" Goda Farrel.

"Apaan sih, gak jelas"

Vira menatap mawar di hadapan nya, sekarang dia sedang berada di makam Farrel. Dia menatap mawar di tangan nya lalu tersenyum.

"Rel, gue sama kayak Mawar ini kan? Tapi rel, sekarang gue udah gak galak kok. Tapi kenapa lo gak bangun sih" Vira kembali menangis, dalam waktu seminggu tak cukup untuk membuat nya melupakan pria yang dicintai nya itu.

"Rel, lo juga pernah bilang kalo lo bakal sembuh kalo gue udah bales perasaan lo. Bener sih lo sembuh, tapi gue yang menderita Farrel" Lirih Vira.

"Farrel..... " Vira melihat Farrel disamping nya yang sedang berdiri, Vira ikut berdiri menatap Farrel di depan nya.

"L-Lo bangun rel?" Tanya Vira tapi Farrel tetap diam sambil tersenyum.

Vira memeluk pria itu yang dibalas Farrel tak kalah erat, Vira memejamkan mata. Menikmati pelukan Farrel yang membuat nya sangat nyaman.

"Gue cinta sama lo rel, gue udah bales perasaan lo" Ucap Vira tapi Farrel hanya mengelus punggung gadis yang dicintai nya itu.

Vira merasakan hembusan angin menerpa wajah nya, tiba tiba saja Farrel yang memeluk nya hilang. Dia hanya memeluk angin, Farrel nya sudah tiada. Farrel nya meninggal kan nya.

Vira menghapus air mata nya, menaruh bunga itu di atas makam Farrel lalu berlari keluar dari area pemakaman. Dia terduduk di salah satu bangku di pinggir jalan.

Vira memakai masker yang berada di tas nya untuk menutupi wajah nya yang sembab. Dia berjalan ke arah taksi dan menaiki taksi itu untuk pulang.

*******

Varo sedang latihan basket, karena hari ini hari sabtu jadi Varo sedang latihan basket. Banyak juga murid yang sedang melaksanakan ekskul nya masing masing.

Mata tajam nya menangkap bayangan seorang gadis yang sudah membuat nya tergila gila, Varo membisikkan sesuatu pada Sean. Sean hanya mendengus tapi tak mempedulikan Varo yang akan melakukan sesuatu.

Varo berjalan ke arah Reina sambil menyugar rambutnya kebelakang, dia duduk di sebelah gadis yang sedang makan itu.

"Uhuk uhuk" Reina tersedak saat melihat Varo di samping nya, dengan sigap Varo memberikan Reina sebotol air mineral.

"Makanya kalo makan itu pelan pelan" Ucap Varo.

"Kamu ngagetin" Ucap Reina membuat Varo terkekeh.

"Gue emang ganteng jadi gak usah kaget" Reina yang mendengar hanya memutar bola mata nya malas.

"Gak usah kepedean" Ucap Reina malas.

"Nyata kan? Siapa sih yang berani nolak pesona seorang Varo?" Ucap Varo sombong.

"Aku" Celetuk Reina dengan santai nya, Varo berdecak mendengar nya.

"Kenapa sih lo nolak gue terus" Keluh Varo putus asa.

Reina tersenyum lembut, menatap Varo dengan tatapan lembut dan menenangkan.

"Takdir" Ucap nya enteng lalu melanjutkan acara makan nya.

"Lagian nih Varo, kalo kita jodoh pasti nanti juga kita bersatu. Tapi kalo aku bukan jodoh kamu, kamu pasti bakal nemuin perempuan yang lebih baik dari aku dan yang terbaik buat kamu" Lanjut Reina dengan senyum yang belum pudar.

Varo tersenyum mendengar sisi dewasa Reina, dia suka pemikiran gadis itu.

"Tapi..... " Varo menjeda, mendekatkan mulut nya pada telinga Reina ingin membisikan sesuatu "....Kalo kita jodoh kita punya anak 33 ya" Ucap Varo lalu meninggalkan Reina yang terpaku.

Wajah Reina memanas, memikirkan anak membuat ia malu. Tanpa sadar dia tersenyum malu lalu melanjutkan makan nya sambil menunduk menutupi rona merah yang menjalar di pipi nya.

Varo yang melihat Reina malu seperti itu hanya tersenyum geli lalu mendekati Rega.

"Ga, Reina buat gue ya. Gue mau punya anak 33 sama Reina" Ucap Varo lalu merangkul pundak sahabat nya itu.

Rega tercengang saat Varo menyebutkan akan punya anak 33.

"Elo puas, Istli lo tewas" Ucap Rega lalu berjalan menjauhi Varo.

Varo tertawa terbahak bahak mendengar nya, dia mengedarkan pandangan nya menelusuri lapangan basket ini.

Dia menghela nafas saat ingatan nya menerawang pada Farrel yang sudah meninggalkan mereka untuk selama nya. Lusa kemarin anggota geng Savar mengadakan doa bersama untuk mendiang Wakil ketua mereka.

Tak ada yang menyangka Farrel meninggal di umur yang terbilang masih muda, tapi mau bagaimana lagi. Ini sudah jalan takdir yang tak bisa diubah siapapun.

Sean merangkul pundak Varo, dia tau apa yang sedang dipikirkan Varo karna Varo menatap tempat yang biasanya mereka duduki setelah latihan basket. Biasanya ada Farrel, tapi sekarang Farrel sudah meninggalkan mereka untuk selama lama nya.

Rega ikut merangkul pundak Varo.

"Semua udah takdir, Farrel udah sembuh dan pasti dia udah bahagia" Ucap Sean.

"Masalahnya dosa dia banyak yan" Canda Varo membuat Sean menggeplak kepala Varo. Sedangkan Rega melepas rangkulan nya lalu menatap Varo datar.

"Do'ain dong semoga dosa nya diampuni" Ucap Sean sewot.

"Iya iya Aamiin" Ucap Varo cengengesan.

"Gue masih gak nyangka Fallel udah meninggal" Ucap Rega membuat Varo hampir tertawa karna mendengar kata 'Fallel'.

"Takdir bro, salahin aja author yang buat alur cerita ini" Ucap Varo yang diangguki Rega.

"Jangan salahin author, Author selalu benar"

######

Sekarang percaya kan kalo Farrel udah meninggoy?

Do'ain aja semoga dosa dosa Farrel ditambahin, eh ralat maksudnya diampuni.

Kematian seseorang itu gak ada yang bisa duga, bisa jadi sebentar lagi kita mati. Tobat yok sebelum ajal menjemput.

Karna Neraka itu panas, gak ada AC.

Salam hangat author 🍬

LOVE STORY 3 V (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang