CHAPTER 29

6.8K 1.1K 83
                                    

29. Memburuk.

...........

Setelah pendonoran darah tadi, Farrel sangat lemas. Tubuhnya seperti diserap tenaga nya

Tapi demi Vira, resiko apapun ia pasti terima.

"Dok, kondisi pasien memburuk" Seorang suster masuk dan bicara panik pada dokter yang tadi membantu pendonoran darah.

Mata Farrel yang akan terpejam langsung melebar, terkejut.

"KOK BISA?!" Entah darimana tenaga Farrel kembali.

Dokter dan suster itu terhenyak kaget.

"Tenang Pak, kita akan berusaha sebaik mungkin" Ucap Dokter itu menenangkan.

Farrel turun dari brankar, mencoba berjalan keluar dengan terseok seok.

Melihat Zahra yang pingsan, Varo yang menangis, Vano yang hanya diam tapi mata nya berkaca kaca.

Vino yang mengurus Zahra.

Farrel berusaha berjalan tapi dia jatuh membuat semua menoleh ke arahnya.

Sean menghampiri Farrel, membangunkan cowo itu.

"Lo gak papa Rel?" Tanya Sean.

"Vira gimana?" Tanya Farrel.

"Keadaannya memburuk" Ucap Sean.

"Kenapa?" Lirih Farrel.

"Gue gak tau" Ucap Sean.

Farrel berjalan ke pintu ruang ICU, melihat Vira lewat kaca kecil di pintu.

Farrel menangis, memukul mukul dada nya. Dia sakit, sakit melihat Vira yang terbaring lemah.

"Sabar rel" Ucap Sean menenangkan.

"GIMANA GUE BISA TENANG? KEADAAN VIRA MEMBURUK YAN. GUE TAKUT TERJADI APA APA SMA VIRA" Teriak Farrel sekuat kuatnya.

"Gue tau lo sakit, tapi kita harus berdoa semoga Vira bisa selamat" Ucap Sean.

Farrel terduduk di lantai, menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Menangis dalam diam, sungguh ini pertama kali nya Farrel menangis separah ini.

"Gue mau Vira sembuh, apa gue harus kasih nyawa gue? Gue rela" Ucap Farrel.

Vano berjalan ke arah Farrel, menepuk punggung Farrel.

"Sabar rel, kita semua disini sedih" Ucap Vano.

"Gue pengen Vira sembuh...... " Lirih Farrel.

"Gue siap harus lakuin apapun asal Vira sembuh"

******

Sudah 2 jam Vira ditangani oleh dokter, Farrel sangat gusar.

Zahra pun hanya menatap kosong pada tembok, wajahnya sembab. Masih sesegukan.

"Van, kamu ke kantin gih. Beliin makan" Ucap Vino.

Vano mengangguk lalu berjalan begitu saja.

Dia berjalan ke arah kantin, di kantin matanya memincing melihat Syahla yang sedang mengaduk ngaduk bubur di meja.

Vano berjalan memesan makanan lalu menunggu di meja tempat Syahla berada.

"Bubur lo gak bakal habis kalo cuma diaduk" Ucap Vano.

Syahla terkejut.

"Jangan ngelamun, nanti lo kesurupan. Gw yang repot" Ucap Vano.

Syahla hanya tersenyum tipis, memikirkan kemungkinan yang terjadi jika semua orang tau kalau Syahla yang reflek mendorong Vira.

"Gue gak benci lo sebenernya" Ucap Vano.

Syahla tersenyum tipis, senang Vano tak membenci nya tapi.....

"Makasih" Ucap Syahla.

"Buat?" Kening Vano mengerut.

"Karna gak benci aku" Ucap Syahla.

Vano terkekeh membuat Syahla terpana, jarang sekali Vano bisa tertawa kecil.

"Hmm.... " Vano berdehem, menetralkan mimik wajah nya.

"Kamu ganteng" Spontan Syahla berbicara seperti itu.

Vano tersedak Air liurnya sendiri mendengar ucapan Syahla, detak jantungnya tak karuan.

Syahla wajahnya sudah memanas, malu dengan ucapan nya barusan.

"Gue pergi dulu, pesenan gue udah selesai" Ucap Vano buru buru berdiri mengambil makanan nya yang memang baru selesai.

Syahla memandang punggung Vano dengan tatapan yang sulit diartikan.

Dalam hatinya ia bertanya.

Apakah dia mencintai Vano?

Apa jika Vano mengetahui semuanya, Vano akan membencinya lagi?

Sungguh kehidupan sangat rumit, dia hanya berharap kalau dia bisa menjalani semuanya.

Dan semoga semua orang tak membencinya jika tahu semua.......

######

Salam hangat author

LOVE STORY 3 V (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang