Jika beberapa hari lalu, Arden yang mati kutu dihadapan keluarga Lea, maka kini situasi terbalik. Kemarin malam, ketika makan malam di kediaman tantenya, tiba-tiba papanya yang baru datang dari Pulau Seribu memerintahkan dirinya untuk membawa Lea ikut makan malam keluarga. Terang saja mulanya Arden mati-matian menolak perintah tersebut, karena ia sadar bahwa hubungannya dengan Lea hanyalah sebuah kebohongan, dan tidak perlu memperkenalkan Lea secara resmi pada keluarganya.
Sayangnya, saat itu semua orang sepakat memojokan Arden untuk membawa Lea. Bahkan Gerald-kakak sepupu, yang biasa Arden gunakan sebagai tameng perlindungan, kali ini juga ikut-ikutan setuju menyuruh Arden untuk memperkenalkan Lea.
Karena hal tersebutlah, kini Lea tengah diserang rasa tegang setengah mati. Ia hanya beberapa kali saja mendengar tentang keluarga Putra Wijaya melalui televisi, atau media-media online. Ia sama sekali tidak pernah menyangka, bahwa dirinya akan mengalami satu momen makan malam bersama salah satu keluarga paling berpengaruh di negerinya ini.
"Tenang saja, keluarga gue bukan anjing rabies yang suka gigit" bisikan penenang dari bibir Arden barusan justru terasa amat menyebalkan ditelinga Lea, ia kini bahkan telah melotot menatap Arden. Ingin sekali ia menjambak rambut Arden yang basah, karena habis dikramas.
"Mereka juga nggak galak kayak mami kamu" sekali lagi Arden membisikan kalimat menyebalkan, dan kali ini diselingi dengan tawa lirih, mengejek. Lea makin naik darah, terlebih saat melihat ekspresi Arden yang tertawa mengejek sambil mengangakat bahu, acuh.
Merasa perlu menyalurkan rasa kesalnya, akhirnya Lea sekuat tenaga menginjak kaki Arden yang ada dibawah meja "AAaaakkkk" Arden menjerit tertahan, karena rasa sakit dan kaget yang menyerang dirinya secara bersamaan. Kali ini Lea tersenyum sumringah. "1-1"
"Kenapa Den?"
Kak Greta-kakak sepupu Arden yang tadi tengah asyik mendiskusikan sesuatu dengan suaminya tiba-tiba terkaget, karena Arden berteriak. "Haha gapapa kak, laper aja, lagi becandain Lea hehe" Arden dengan tidak inhklas menarik tubuh Lea menggunakan rangkulan, kemudian mengelus kepala Lea. Ia sedang berperan sebagai pacar yang bahagia.
Sedangkan Lea, kini hanya bisa terpaksa nyengir, karena kebohongan yang dilakukan Arden, dan demi meyakinkan kakak sepupu Arden.
"Duh dasar ya pasangan baru. Masih bucin-bucinnya" Kak Greta menimpali setengah tertawa. Saat ini mereka berempat tengah menunggu anggota keluarga lainnya untuk bergabung ke meja makan. Dan menunggu asisten rumah tangga, menyiapkan menu makan malam.
Kini kak Greta sudah kembali mengobrol serius dengan suaminya, sedangkan Arden, berkutat dengan ponselnya-entah membalas pesan siapa. Lea yang tidak memiliki kegiatan kini sibuk mengamati setiap sudut ruang makan, dan beberapa ruangan yang ada di depan serta samping ruangan ini. Berapa kalipun Lea mengamati bangunan ini, rasanya mata Lea tidak ada habisnya dibuat takjub.
Lea tidak begitu mengerti gaya apa yang dipakai untuk desain rumah ini, tapi jika Lea boleh menebak, sepertinya mereka menganut gaya-gaya ala Eropa. Hal itu terlihat dari warna putih dan gold yang mendominasi di setiap bagian bangunan, termasuk ruang makan yang kini sedang Lea amati dengan serius. Set meja dan kursi makan yang dipilih untuk ruangan ini juga sepertinya amat dipikirkan oleh tuan rumah, warna kursi putih dengan desain terlalu mewah untuk ditempat di ruang makan, ajaibnya bisa terlihat serasi dengan desain ruangan. Belum lagi, lampu gantung dari kristal yang sangat cantik, menambah kesan elegan ruangan tersebut.
Ah iya, Lea baru ingat, bahwa bisnis utama keluarga Putra Wijaya memang bergerak dibidang property, konstruksi, dan desain-desain. Tidak heran jika hunian pribadi mereka terasa seperti hotel, atau bahkan resort super mewah.
"Ooohh, ini yang namanya Lea?" sapaan seorang wanita paruh baya yang baru saja memasuki ruang makan mengagetkan Lea yang sedang asyik melakukan pengamatan pada guci cantik, sambil manggut-manggut.
Lea sama sekali tidak mendapatkan clue siapa wanita yang saat ini tengah berjalan menghampirinya, namun ia berani bersumpah bahwa wajah wanita tersebut sungguh tidak asing. Sedangkan Arden hanya berdiam diri, kembali asyik memainkan ponsel, membiarkan wanita tersebut menghampiri kekasih palsunya.
"Kamu bisa panggil saya tante Marsha, tante adalah tante istimewa Arden" ujar wanita yang kini sudah memeluk, dan melakukan cipika-cipiki pada Lea. Ramah, beliau sungguh ramah. Dan lagi, aura kecantikannya masih terpancar jelas, meskipun dari dekat akan bisa terlihat ada sedikit kerutan-kerutan kecil diwajahnya.
"Saya Lea, Tante" Lea tersenyum lega, karena mendapati respon keluarga Arden ternyata sangat ramah. Namun ketika ia baru merasa tenang, tiba-tiba ada 3 orang laki-laki berjalan memasuki ruangan, 2 diantaranya sedang asyik mengobrol, dan bisa Lea tebak salah satunya pasti papa Arden. Sedangkan laki-laki muda yang ada dibelakang mereka- 'Ya Tuhan, ganteng bangeeeet!!!!' Lea menjerit dalam hati, ia sekuat tenaga menahan diri untuk tidak berlari menghampiri laki-laki paling tampan yang pernah ia lihat tersebut. 'Tunggu dulu, jangan bilang, dia adalah Gerald Putra Wijaya-sepupu Arden yang ganteng banget itu?!' Lea masih bermonolog dengan dirinya sendiri, ia mencoba mengingat-ingat sesuatu.
"Hallo, Lea"
Lea tersadar saat salah seorang laki-laki paruh baya menyapa dirinya, ia yakin bahwa itu adalah Papa Arden. Dengan cepat Lea menghampiri pria tersebut untuk bersalaman, menunjukkan rasa hormat sebagai 'calon mantu'. Setelahnya, Lea juga bersalaman dengan salah seorang laki-laki lainnya, yang ternyata adalah Om Arden-suami Tante Marsha. Sedangkan laki-laki tampan yang kini berdiri juga tidak jauh darinya, memperkenalkan diri sebagai Gerald! Oh Tuhan ternyata tepat sekali dugaan Lea. Sungguh, satu-satunya berkah dari acara makan malam kali ini adalah, Lea bisa melihat seorang Gerald Putra Wijaya secara langsung, dan dalam jarak yang super dekat 'Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan Le?!!!!'
Lea akui bahwa ia kerap melihat foro Gerald di media sosial, bahkan Lea juga mengikuti akun instagram laki-laki tersebut. Tapi tampilan visual Gerald secara langsung sungguh bikin pangling, apalagi saat ini, laki-laki tersebut sedang mengenakan stelan rumahan, yang meskipun santai tetap terlihat sopan. Lea berani bersumpah bahwa visual asli Gerald 1.000 kali jauh lebih tampan ketimbang foto-fotonya.
"Sayang coba madep sini, ini kayanya foundation kamu bermasalah" Arden langsung mengatakan kalimat tersebut saat Lea telah sampai di tempat duduknya, tapi masih dengan antusias mengamati Gerald.
"Seriusan? Foundation aku cracky? Masa sih? Padahal aku tadi pakai yang dewy foundation lho, biar flowles dan gak mate" Lea kini berujar lirih namun penuh rasa panik. Arden hanya menanggapi hal tersebut dengan tersenyum sambil menekan-nekan pipi Lea dengan kuat, lalu berujar lirih "Kalo lo masih ngeliatin abang gue kaya tadi, gue colok mata lo Le!" spontan mata Lea melotot. Tidak, ia tidak kaget karena kalimat seram tentang colok mata yang dikatakan oleh Arden, ia hanya kaget bahwa Arden menyadari ia tengah setengah mati mengagumi Gerald.
Lea tertawa nyengir, tatapan Lea seperti mengatakan 'Memangnya sebegitu kelihatannya ya?' Arden balas menjawab dengan tatapan 'Tentu saja, bodoh!' tak lupa hal itu diselingi Arden dengan anggukan dan senyum creepy. Kian membuat Lea malu dan merasa bersalah.
Tunggu dulu, merasa bersalah? Kenapa harus merasa bersalah? Memangnya kamu kekasih yang sedang tertangkap basah selingkuh?
Oh Lea, ingat kamu hanya pacara pura-pura Arden! Jangan terbawa peran!
BERSAMBUNG
Memangnya siapa sih yang mampu menahan pesona Mas Gerald? haha. Maaf ya Den, pesonanya harus lebih kuat hahaha
BTW, kalian sudah ikut P.O novel (Un) Perfect Life belum? Kalau belum, yuk ikutan, banyak untungnya lho!
1. Ada banyak bonus.
2. bisa dibeli dibanyak toko buku online di kota kalian/sekitar kota kalian
3. Subsidi ongkir!
4. BISA DICICIL
5. BISA COD!!!
Info lengkap seputar P.O silahkan chat aku ya, atau kalau DM ke ig @hallononaaa juga boleh banget.
Thanksluv
Nona❤
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days (Tamat)
HumorArden Putra Wijaya terjebak dalam hubungan palsu dengan Ileana Maheswari selama 90 hari, karena suatu skandal yang mengancam karir mereka berdua dan menyebabkan kesalah pahaman besar di masyarakat. Kira-kira mampukah mereka menyelesaikan skandal yan...