Arden menatap kesal ke arah Gavin. Ya Tuhan, kenapa manusia ini lagi sih? Buru-buru Arden mempercepat langkah, agar bisa segera menghampiri Lea, yang kini duduk terlalu dekat dengan si roti Gabin.
"Oh adoh-adoh jang Ganggu, yang ini Sa punya, jang gangu. Ko pi cari yang lain sudah, tra usah jadi pengganggu~" Arden menyanyikan lagu tersebut sambil merangkul Lea, dan menatap sinis Gavin.
Gavin yang ditatap galak, kini justru membalas dengan ekspresi jijik.
"Le, yakin lo gak mau ganti pasangan? Tenang, belum terlambat kok"
Arden melotot dan spontan menendang kaki Gavin dari bawah meja. "Anjrit! Sakit bego"
Tawa Lea seketika pecah. Arden dan Gavin sepertinya memang ditakdirkan untuk tidak pernah akur. Buktinya, sudah setengah tahun lamanya sejak mereka berdua sepakat berdamai, namun nyatanya keduanya tidak pernah benar-benar terlihat damai.
6 bulan lalu, saat tiba-tiba Gavin datang ke rumah Lea dan menyaksikan adegan haru biru di dapur, akhirnya ia mendapatkan penjelasan runut tentang apa yang sebenarnya terjadi. Mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh Arden untuk Lea, Gavin sadar bahwa rasa sukanya pada Lea bukan apa-apa, ia tahu bahwa dirinya tidak akan pernah mampu menandingi Arden dalam urusan mencintai Lea.
"Please dong Le, bantuin gue" untuk kesekian kalinya Gavin memelas pada Lea. Namun lagi-lagi Lea menggeleng dengan tegas, ia tidak ingin jadi bulan-bulanan sahabat baiknya hanya karena membantu Gavin.
"Gue janji, gue gak akan main-main. Gue serius Le" mata penuh permintaan yang ditunjukan Gavin sebenarnya hampir saja menggoyahkan kegigihan Lea, beruntungnya Arden cepat-cepat angkat suara.
"Kalo serius, noh lo bilang sendiri sama orangnya. Jangan ganggu pacar gue. Kita mau jalan, bye!" Arden menarik Lea untuk berdiri dari duduknya, sambil memandang Sandra yang baru saja memasuki caffe. Gavin yang melihat kehadiran Sandra langsung tersenyum dan salah tingkah.
"Goodluck!" Lea menepuk bahu Gavin lalu berjalan menghampiri Sandra.
"Gue mau ajak Lea, fitting baju dulu. Tuh, ditungguin Gavin" Arden dengan santai mengucapkan kalimat barusan sambil menggandeng tangan Lea dan menenteng tas jinjing Lea.
Sandra yang mendapat kalimat barusan, tentu saja bingung dan kesal. Sialnya, Lea yang dituntut jawaban, kini justru menampilkan ekspresi memelas. Sandra tahu bahwa Lea akan memilih kekasihnya, ketimbang dirinya.
Dasar teman lucknut!
"Sayang, kamu masih laper?"
Samar-samar Sandra mendengar suara Arden bertanya pada Lea dengan nada sok lembut yang tentu saja membuat Sandra ingin muntah. Oh tuhan, bisa-bisanya ia dulu mengidolakan Arden. Laki-laki menyebalkan yang merebut sahabatnya. Selain itu, mengapa pula Lea kini jadi sebucin itu pada Arden?
Huh, dasar pasangan lovly dovy yang menyebalkan, dan bikin kaum jomblo iri!
"Sandra!" Lambaian tangan, dan senyum kelewat lebar yang diberikan oleh Gavin, kini membuat Sandra tersenyum dengan canggung dan pasrah.
***
Arden berdiri di depan cermin, tuksedo hitam putih yang ia kenakan kini terlihat sangat pas membungkus tubuhnya. Ia bahkan tidak berhenti memuji dirinya sendiri dari dalam hati. Arden tidak buta, sampai ia tidak menyadari bahwa paras yang ia miliki dianugrahi mata yang indah, hidung yang tinggi, rahang yang tegas. Ah intinya, semua bagian yang menempel pada wajah dan tubuhnya terasa sangat pas dan sempurna.
Tolong jangan kesal, kalian harus selalu ingat bahwa Arden adalah laki-laki dengan prnyakit narsis akut. Tidak heran jika dulu Lea menyebutnya Prince Narsis.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days (Tamat)
HumorArden Putra Wijaya terjebak dalam hubungan palsu dengan Ileana Maheswari selama 90 hari, karena suatu skandal yang mengancam karir mereka berdua dan menyebabkan kesalah pahaman besar di masyarakat. Kira-kira mampukah mereka menyelesaikan skandal yan...