Lea masih kesal pada Arden. Ah tidak, lebih tepatnya sangat kesal dan sakit hati. Lea tahu ini sama sekali bukan salah Arden. Bukan. Tapi dia juga tidak bisa melampiaskan rasa kesal dan marahnya pada orang lain, selain Arden. Iya kan?
Disisi lain, Lea tidak ingin membuat hubungannya dan Arden semakin parah. Ia tidak ingin membiarkan perasaannya terus menerus tumbuh subur, sedangkan disisi lain ia sama sekali tidak tahu bagaimana perasaan Arden padanga. Hal ini jelas berpotensi akan membuatnya terluka semakin dalam. Karena itu, ia butuh waktu sendiri. Ia butuh waktu untuk kembali membangun benteng pertahanannya, agar bisa kembali tenang menghadapi Arden dengan segala macam serangan perasaan tidak terduga dari laki-laki tersebut.
"Lea, kamu mau kan?" Gavin kembali membuka suara, karena Lea yang barusan diajak makan siang bersama hanya diam dan terlihat melamun.
Sebenarnya Lea malas sekali menerima ajakan Gavin. Ia sungguh sama sekali tidak tertarik pada laki-laki yang kini ada di hadapannya. Selain karena sikap Gavin yang terang-terangan mendekatinya, Lea juga kurang suka dengan pembawaan Gavin yang senang bicara tinggi. Sedangkan semua pencapaian yang ia bicarakan tersebut adalah milik orang tuanya, bukan miliknya. Intinya, khas anak anak orang kaya yang sangat sadar bahwa orang tuanya mampu memberikan apapun yang ia inginkan.
Hal tersebut jelas jauh berbeda jika dibandingkan dengan Arden yang bahkan hampir tidak pernah menyebutkan identitasnya sebagai Putra Wijaya, keluarga konglomerat Indonesia yang bahkan nenurut majalah Forbin, masuk dalam 10 keluarga terkaya di dunia! Bayangkan, betapa sesungguhnya Arden tidak perlu melakukan kerja keras apapun untuk hidupnya.
Tapi Arden justru memilih jalan berbeda. Ia memilih jalannya sendiri, agar bisa mendapatkan pengakuan untuk dirinya sendiri. Ia memilih keluar dari sangkar emas Putra Wijaya, ia memilih lepas dari bayang-bayang sebagai Putra Wijaya. Tapi, kenapa pula Lea harus membandingkan Gavin dengan Arden?
Please deh Le, ingat misi lo saat ini!
"Lea?"
"Eh. Iya, iya bisa. Ayok"
Gavin menunjukan ekspresinya yang berbinar. Sepertinya laki-laki itu tidak menduga bahwa Lea benar-benar akan menerima ajakannya "serius ya Le? Mau makan dimana?""Terserah"
"Ke House of Yuen gimana?"
"Boleh. Aku ngikut aja"
"Hmm tapi kayanya agak terlalu formal ya ambiance disana. Gimana kalo Ke Akira Back? Makanan Jepang juga kayanya lebih enak. Iya nggak sih?" Ujar Gavin penuh antusias sambil menyodorkan ponsel miliknya pada Lea-bermaksud menunjukan poto restoran yang tadi ia maksud. Lea hanya menjawab "Oke. Boleh"
Tapi menyebalkannya, beberapa menit kemudian Gavun justru kembali mengusulkan nama restoran lain, dan membuat Lea kesal setengah mati.
Saat Lea mengatakan 'terserah' itu artinya dirinya sedang malas berpikir, jadi dia akan sepenuhnya menerima keputusan apapun yang dipilih oleh partnernya. Dimanapun tempat yang dipilih, Lea akan setuju. Ia tidak ingin diajak berdiskusi atau ditanyai ini itu saat ia telah final dengan jawaban 'terserah'
"Lo pilih aja mau makan dimana. Gue mau ke atas dulu siap-siap. Setengah jam lagi gue turun, kita berangkat" Lea lalu pergi meninggalkan Gavin yang sama sekali tidak menyadari kekesalannya. Hal itu terbukti dari Gavin yang masih dengan setia menyematkan senyum kelewat ramahnya untuk Lea. Ya, meskipun harus Lea akui bahwa sebenarnya senyun Gavin cukup manis. Hanya saja, jika Lea telah merasa ilfeel maka semua kemanisan ataupun ketampanan seseorang akan hilang nilainya dalam sekejap. Bagi Lea, atitude is number one!
♡♡♡
Lea melemparkan pandangannya ke luar jendela besar dan tinggi yang tepat ada di sampingnya. Mengamati awan yang sedang berwarna biru bersih rasanya jauh lebih menyenangkan, ketimbang menanggapi obrolan basa-basi Gavin. Sebenarnya ia ingin sekali bersikap ramah pada Gavin sebagaimana tadi dipesankan oleh Maminya yang melepas kepergiannya bersama Gavin dengan sangat bahagia. Hanya saja, perasaan Lea yang sedang carut marut sulit untuk diajak berkompromi.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days (Tamat)
HumorArden Putra Wijaya terjebak dalam hubungan palsu dengan Ileana Maheswari selama 90 hari, karena suatu skandal yang mengancam karir mereka berdua dan menyebabkan kesalah pahaman besar di masyarakat. Kira-kira mampukah mereka menyelesaikan skandal yan...