Sudah sekitar 10 menit lamanya Sandra mondar-mandir di kamar, dengan ditemani pemandangan Lea yang terus menangis sesenggukan di balik selimut tebal. Tadi, tiba-tiba sahabatnya itu, datang dalam keadaan berantakan-menangis tidak karuan, lalu memeluknya begitu saja. Tanpa memberikan penjelasan apa pun.
Lalu, setelah Sandra mengajaknya untuk ke kamar agar mereka bisa bercerita dengan lebih leluasa, Lea justru langsung membaringkan diri di kasur, menarik selimut, dan menenggelamkan dirinya. Sampai saat ini, gadis tersebut sama sekali terlihat tidak ingin memberikan penjelasan apa pun. Jika Sandra boleh menduga, maka penyebab dari tangisan Lea kali ini pasti, Arden Putra Wijaya.
"Le, kita pesen pitza yuk. Lo suka pitza kan? atau mau, brownis? Atau seblak? Yang pedes-pedes gitu?" Sandra mencoba menarik ujung selimut yang menutup kepala Lea, sambil memberi bujukan agar sahabatnya menghentikan acara tangisannya. Tapi nampaknya, usaha Sandra sia-sia. Lea tidak menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan tangisannya.
Baru satu jam kemudian, akhirnya Sandra sama sekali tidak mendengar tangisan, atau sesenggukan Lea, sebaliknya ia mendengar suara napas teratur dar balik selimut-Lea ketiduran.
Pelan-pelan, Sandra berusaha untuk membuka selimut yang menutupi kepala Lea, ia ingin sahabatnya bisa bernapas dengan lebih leluasa "bertahun-tahun kita sahabatan, perasaan ini pertama kalinya gue liat lo nangis sampe segininya deh le" Sandra mendesah pelan, sambil menyingkirkan anak rambut yang berantakan di sekitar wajah Lea. Meskipun tidak mengerti duduk permasalahannya, namun Sandra, tiba-tiba merasa kesal sendiri dengan Arden. Pasti Arden sudah melakukan hal yang sangat keterlaluan, jika tidak, tidak mungkin Lea sampai seperti ini.
"tapi, masa iya sih My Prince Arden, bisa melakukan hal jahat?"
***
"iya, ntar gue share lokasinya. Bye"
Lea menutup panggilan saat Sandra memasuki kamar.
"sudah bangun lo?" dengan cengiran ala kadarnya, Lea membalas pertanyaan barusan. Ia lalu buru-buru ia menyibak selimut, dan memilih duduk di tepi ranjang agar bisa berbicara lebih nyaman dengan Sandra yang mengambil posisi duduk di meja rias, samping kasur.
"feel better?"
Lea mengangguk "thankyou Sand"
"anytime, Lea. Tapi, lo ada masalah apa sih? Serius deh, gue bingung tiba-tiba lo nangis banget. Gak biasanya lo kaya gini, sampe mukul-mukul dada lo sendiri"
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Sandra, mau tidak mau membuat Ileana Maheswari kembali mengingat seluruh kejadian antara dirinya dan Arden. Dan terang saja, hal itu lagi-lagi membuat hatinya sesak.
Pelan, Lea melangkah menuju teras kamar Sandra. Di sana ia memilih hanya bersedekap dan melemparkan tatapan kosongnya ke luar. Pikirannya dipenuhi oleh kemungkinan-kemungkinan yang membuat Arden tiba-tiba seperti menghindarinya. Apa benar, semua ini hanya karena masalah persiapan konser tunggal yang menguras waktu dan konsentrasi Arden? Atau jangan-jangan, laki-laki itu mulai tertarik pada gadis lain? Ranti?
"ah" semua pemikiran ini membuat Lea secara otomatis merasa pening di kepalanya.
"Le" Sandra memegang pundak Lea.
Dalam beberapa waktu, Lea masih hanya diam dan menunduk. Hingga akhirnya semua kejadian siang ini, antara dirinya dan Arden lolos begitu saja dari bibirnya. Cerita yang diutarakan oleh Lea secara detail, tanpa mengurangi sedikit pun kejadian yang ada, membuat Sandra yang sangat menyangi Lea, murka seketika.
"gila ya, tuh cowok brengseknya udah gak ketolong!" mendengar pernyataan yang diucapkan oleh Sandra, Lea hanya bisa mengangguk. Bagaimana pun, ia tidak bisa menyangkal kalimat tersebut. Karena saat ini, ia sedang sangat marah pada Arden.
"gue gak rela ya Le, lo diginiin sama dia" Sandra terus melakukan acara mengomel. Ia mencak-mencak sana-sini, bahkan sesumbar akan melabrak Arden hari ini juga. Percayalah, Jika Lea tidak menenangkannya, mungkin Sandra sungguh akan mendatangi Arden. Maklum, Sandra adalah sahabat terdekat Lea sejak beberapa tahun belakang, bahkan hubungan mereka sudah seperti saudara perempuan.
Wajar jika kini Sandra rela melepaskan statusnya sebagai seorang Ardenosius, dan berbalik menjadi antifans idolanya demi Lea. Dia sungguh tidak akan rela jika Lea disakiti oleh siapa pun.
***
Entah sudah berapa jam lamanya, Arden duduk di balik kemudi, memarkirkan mobilnya tidak jauh dari kediaman orang tua Lea. Ia memilih untuk datang kesini, dengan harapan bisa melihat Lea dari kejauhan. Arden tahu, setelah apa yang ia lakukan pada Lea di studio tadi, ia mungkin tidak memiliki hak untuk berharap melihat gadis tadi. Tapi ia tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat keadaan Lea. Bagaimana, jika setelah pertengkaran tadi lea kenapa-napa?
Adalah kebohongan besar jika Arden mengatakan ia tidak menyesal dengan apa yang telah ia lakukan pada Lea, hatinya ikut sakit saat ia menyakiti lea. Melihat air mata gadis tersebut luruh, rasanya seperti ia yang harus menanggung hujan anak panah di dadanya.
Saat Arden kehilangan harapan untuk melihat Lea, dan memutuskan hendak memutar kemudinya, tiba-tiba ada sebuah mobil dari arah berlawanan yang berhenti tepat di depan gerbang rumah Lea. Tidak lama setelah itu, Gavin turun dari mobil tersebut, lalu membuka pintu sebelah kiri. Dan setelah itu, mata Arden bisa melihat dengan jelas Lea turun dari mobil.
Ada semacam sengatan di dada Arden, saat menyaksikan pemandangan di depannya. Jika biasanya Lea menunjukkan ekspresi ketus pada Gavin, kali ini dari kejauhan Arden bisa melihat bahwa kekasihnya tersenyum pada laki-laki pilihan maminya. Apa ini artinya Lea sudah mau, mulai menerima Gavin?
"mungkin, orang yang tepat buat kamu memang dia Le" Dengan suara beratnya, Arden bermonolog pada dirinya sendiri, sambil menyaksikan Lea yang kini sudah mulai membuka pintu gerbang.
BERSAMBUNG
Oke, tarik napas dulu yuk. Siapain dulu hatinya, karena next chapter akan sangat menguras emosi haha.
Tunggu 30 menitan lagi, aku up next chapter, mau di cek dulu typo-typonya hihi. Tapi, jangan lupa pencet bintang yaaaa
Thanksluv
Nona
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days (Tamat)
HumorArden Putra Wijaya terjebak dalam hubungan palsu dengan Ileana Maheswari selama 90 hari, karena suatu skandal yang mengancam karir mereka berdua dan menyebabkan kesalah pahaman besar di masyarakat. Kira-kira mampukah mereka menyelesaikan skandal yan...