39 - Alasan Mami

8.6K 899 30
                                    

"Aku tidak percaya pada kalimat, 'biarkan semesta bekerja untuk kita'" Lea yang sedang mengaduk teh manis, menghentikan sejenak kegiatannya, dan menatap Arden yang baru saja mengatakan kalimat barusan dengan wajah serius.

"Kalau kemarin, manusia itu gak 'bekerja' buat kita, rasanya hari ini mungkin kita masih akan tetap masing-masing" Lea tertawa saat melihat Sandra yang ditunjuk Arden, kini berjalan menghampiri mereka di dapur.

"Nah gini dong, kan gue tenang. Males banget liat kalian sosoan saling menyakiti"

"Bener-bener ya lo Sand"

"Gimana? Acting gue bagus kan, Den?"

"Lo gak niat pindah profesi?" Kini Lea menimpali "aktor kelas kakap kaya Arden, bahkan bisa lo kibulin haha"

Sandra mengibaskan rambutnya dengan centil, jumawa di depan aktor yang kini sudah kembali menjadi idolanya. Kemarin malam, ia sudah mendengar semua cerita dengan lengkap dari Lea, tentang mengapa Arden melakukan semua perbuatan tidak terpujinya tempo hari.

"Sejujurnya sih, gue kesel dan marah beneran sama lo" Sandra mengambil alih es teh manis yang baru selesai Lea buat, lalu meneguknya dengan anggun.

"Gue tahu"

"Baguslah kalo lo tahu. Gue harap lo bisa belajar dari kesalahan, dan gak akan melakukan hal bodoh seperti hari lalu"

Arden tersenyum, lalu meraih tangan Lea untuk ia genggam. "Gak akan gue ulangin San. Bagi gue, cukup sekali aja kehilangan Lea, gue gak akan mampu menanggungnya untuk kali kedua, atau seterusnya" Lea tersentuh, ia memaku tatapan Arden, lalu tanpa mereka sadari wajah mereka saling mendekat.

"ASTAGAAA, WOY! INGET, ADA GUE!" Sandra melakukan protes besar untuk menghentikan kelakuan menyebalkan dua sejoli yang ada di hadapannya. Bisa-bisanya, mereka tenggelam pada dunianya sendiri dan melupakan kehadiran Sandra.

"Kalian harus tahu, menjalin hubungan itu, kaya lari marathon. Rutenya panjang banget, terasa melelahkan kalau dibayangkan. Di tengah perjalanan, kita pasti akan menemukan banyak hambatan, entah karena kelelahan, napas yang sulit, atau hanya sekedar karena tali sepatu lepas. Jika dalam hambatan tersebut kalian memilih menyerah, maka kalian akan dinyatakan kalah. Karena satu-satunya hal yang harus dilakukan jika ingin menang adalah, terus berlari sampai garis finis"

Lea dan Arden menatap kagum ke arah Sandra, mereka paham analogi yang dibuat oleh sahabat Lea sangat tepat sasaran. Sebaiknya, mereka terus mengingat nasehat ini, jika nanti-nanti mereka kembali mengalami masalah.

"Nggak nyangka, ternyata kamu bijak juga ya San" itu bukan suara Lea, maupun Arden, tapi Mami Lea. Wanita paruh baya tersebut ikut bergabung ke meja bar.

"Kalo nggak bijak, aku gak bakal jadi lawyer dong, Tan hehe" Sandra salim pada Mami Lea, lalu mereka berdua ikut duduk di kursi bar, berhadapan dengan Lea dan Arden yang kini sudah mulai memotong-motong buah.

Tatapan Mami Lea tidak lepas dari dua sejoli yang ada di hadapannya. Saat ini, restunya sudah 100% ia berikan pada mereka. Karena nyatanya, di dunia memang akan ada hal yang mustahil kita pisahkan, tidak peduli seberapa keras usaha kita. Sesuatu yang pada dasarnya memang sudah menjadi milik kita, mustahil akan jatuh ke tangan orang lain, sebab percayalah, takdir kita tidak mungkin tertukar dengan yang lain.

"Arden" meskipun panggilan tersebut ditujukan Mami Lea untuk Arden, namun nadanya yang serius jelas membuat semua orang menghentikan akfitas dan sontak memandang ke sumber suara.

"Tante minta maaf ya"

"Nggak apa-apa Tante, yang sudah biarkan berlalu" Arden berusaha memberikan jawaban sebijak mungkin.

90 Days (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang