10 - Misi Penguatan Opini Publik

9.4K 1.1K 30
                                    

Belum sempat Lea memberikan tangannya untuk menyambut uluran Arden, tapi pacar palsunya tersebut tiba-tiba sudah kembali mendudukan tubuhnya di kursi.

"Nggak jadi deh, gue takut sama nyokap lo" Arden mendapatkan kembali kesadarannya yang tadi sempat menguap karena teralihkan oleh cookis super enak buatan Mami Lea.

Lea hanya memutar bola mata, merespon sikap Arden yang mirip bunglon, cepat sekali berubah-ubah. Lihatlah, laki-laki tersebut kini bahkan sudah kembali menikmati satu cookis lagi.

"Lagian ngapain sih, mau kencan-kencan publik lagi? Kan kemarin juga udah, beritanya juga masih rame" Lea ikutan mengambil satu cookis dari dalam toples bening yang tadi ia bawa.

"Demi menguatkan opini publik"

"Penting banget ya?"

"Pentinglah! Mie burung dara, inget, hubungan yang kita jalani saat ini adalah untuk kepentingan konsumsi publik. Jadi, makin mereka yakin sama hubungan kita, makin bagus"

"Ya, ya, ya, terserah deh"

Lea jengah sekali. Bahkan tanpa harus diingatkan Lea juga tahu, bahwa hubungannya hanya settingan. Hanya saja, jika terlalu sering melakukan interaksi dengan Arden di publik, Lea merasa amat berdosa, karena merasa membohongi masyarakat setanah air.

"Iiihh ngeri banget" Lea bergidig ngeri membayangkan seberapa besar dosanya karena membohongi orang satu negara. Bayangkan saudara-saudara, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 271.349.889 orang, dan secara tidak langsung Lea berbohong pada orang sebanyak itu!

"Woyyy, diajak ngobrol malah ngalmun!"

"Berisik" Lea yang tiba-tiba kesal, memilih melempar setenga cookies yang tadi ia pegang.

"Ale-ale!! Jorok! Abis digigit-gigit dilemparin ke muka gue. Nggak sopan"

"Masa bodo, wlee" Arden kian gemas melihat respon Lea yang dengan cueknya malah menjulurkan lidah padanya.

"Oohh nantangin" Arden bangkit dari kursinya

Lea spontan berdiri mengambil langkah aman "lo mau ngapain?" dengan sigap gadis tersebut membuat lambang silang di depan dadanya.

Arden kian mendekatkan diri pada Lea yang sudah sepenuhnya meninggalkan kursinya, bersiap berlari, namun dengan cepat Arden berhasil menangkap tubuhnya dari belakang dan menggelitiki gadis tersebut tepat dipinggangnya.

Lea yang tadinya kesal kini mendadak tertawa lepas, dan begitupun dengan Arden. Ah, Arden bahkan hampir lupa kapan ia bisa tertawa selepas ini. Kalian boleh mengira Arden adalah sosok slengekan yang selalu riang gembira, dan seolah-olah hidup tanpa beban. Tapi jangan lupakan, bahwa ia ditinggal meninggal oleh Mamanya sejak ia remaja, Papanya yang tak sanggup menanggung beban kehilangan mulanya memilih stay di Singapura, mengurus yayasan pendidikan. Untuk mengobati seluruh kesepian, dan kesakitan yang ia miliki, Arden memilih bekerja habis-habisan, sampai lupa mencari arti bahagia untuk dirinya sendiri.

"Arden udahhh hahaha, uhdahh haha" Sambil terus tertawa, Lea masih berusaha melepaskan diri dari belenggu kelitikan Arden.

Arden baru benar-benar berhenti saat Lea berhasil membalikan badan, membuat mereka berhadap-hadapan, dan entah siapa yang memulai, namun kini keduanya seakan saling memaku tatapan satu sama lain.

"Sialan" jantung Arden berdebar hanya karena bertatapan seperti ini.

"Makanya jangan bandel" Arden mengacak pucuk kepala Lea sambil tersenyum. Hal tersebut secara tidak langsung juga membuat Lea ikut tersenyum, dan berdebar.

"Eh ada Arden"

Itu adalah suara papi Lea, yang akhirnya membuat pasangan palsu tersebut menjauhkan diri satu sama lain dengan penuh canggung.

90 Days (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang