15 - Lunch Love

9K 1K 38
                                    

"Lea!"

"Apalagi sih Mi, Lea lagi buru-buru ini" Lea menjawab kesal panggilan mamanya

"Kamu tuh kalau diajak ngomong sama Mami dengerin dulu dong"

Lea menghela napas, lalu menghentikan tangannya yang sedang berusaha menutup lunch box "Yaudah, Mami mau ngomong apa?"

"Minggu depan kamu ikut Mami ke acara arisan ya. Mami mau kenalin kamu sama anak temen Mami"

Lea sudah menduga bahwa ini adalah hal yang akan dikatakan oleh Maminya. Ia memejamkan mata sejenak. Kepala Lea tiba-tiba pening, ia teringat kembali ancaman Arden beberapa hari lalu. "Lea sudah pacar Mi. Arden"

"Tapi Mami nggak suka sama dia"

Dari pada memberikan jawaban, Lea lebih memilih diam, dan memasukan lunch box dalam paper bag yang telah ia siapkan. Tidak lupa juga ia memasukan sebotol air putih serta satu bool jus.

Melihat putrinya acuh tak acuh atas permintaanya, Mami Lea kian kesal. "Mami ngga mau tahu, pokoknya minggu depan kamu harus ikut"

"Lea juga nggak mau tahu, pokoknya Lea nggak akan ikut. Lea sudah punya pacar, dan dia adalah Arden Putra Wijaya. Semua orang di seluruh Indonesia, diseluruh penjuru tanah air kita, juga tahu kalau aku lagi pacaran sama Arden Mi. Jadi, Mami nggak usah aneh-aneh deh"

"Lea ta-"

"Udah ya Mi, Lea buru-buru. Ini mau nganterin makan siang buat Arden. Daaah"

Gadis berambut ikal tersebut berlari kecil sambil berpamitan dengan cepat,. Ia memilih meninggalkan Maminya yang sepertinya sedang kesal setengah mati.

Ya, dugaan Lea benar, kini Maminya memang sedang sangat kesal. Tapi ia juga tidak bisa berbuat banyak, bagaimanapun, Arden sepertinya memang cinta pertama Lea. Rasanya memang wajar jika Lea kini seperti orang sedang mabuk kepayang. Tapi tidak apa-apa, ia akan memikirkan cara lain untuk mempertemukan Lea dan Gavin.

***

Tepat pukul setengah satu siang, Lea sampai di studio tempat Arden berlatih. Beberapa waktu lalu ia dijemput oleh Nita saat sampai di lobi perusahaan Star Manajemen. Kini, bukannya langsung masuk dalam studio dan memanggil Arden, Lea justru memilih berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan Arden dari kejauhan. Memperhatikan Arden yang sepertinya sedang berusaha mati-matian melakukan latihan dancenya.

"Sudah puas belum lihatinnya?" Lea terkaget karena Arden tiba-tiba berhenti melakukan kegiatan dance, bersamaan dengan music yang juga berhenti.

Arden tertawa melihat wajah panik bercampur malu milik Lea. Sedari Lea muncul di studio beberapa menit lalu, ia sudah menyadari kehadiran gadis tersebut lewat pantulan kaca besar dihadapannya.

"Masih lama latihannya?"

Arden menyambar handuk, lalu berjalan menghampiri Lea "Udah beres"

"Udah makan belum?"

"Ciyeee perhatiaaan" Arden meledek Lea sambil menekan-nekan handuk yang tadi ia pakai untuk mengelap keringat, ke pipi Lea.

Jelas saja kelakuan Arden membuat Lea ngamuk "Eoooohh, Ardeeeen jorok!!"

"Sekarang aja lo bilang jorok, ntar juga lama-lama kangen ndusel-ndusel keringet gue" Arden berujar cuek sambil langsung merangkul Lea, membuat gadis tersebut menggeliat berusaha melepaskan diri. Bukannya apa-apa, badan Arden sedang basah kuyup karena keringat, dan jelas saja itu membuat Lea merasa jijik! Terlebih Arden hanya mengenakan pakaian tanpa lengan, yang mana artinya keringat Arden bisa dengan mudah berindah pada kulit Lea.

90 Days (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang