18 - Cekcok Sama Mami

8.2K 1K 48
                                    

Lea baru saja menyelesaikan acara mandinya. Rambutnya yang basah baru selesai ia sisir. Sekarang ia sedang sibuk ngedumel karena hair dryer miliknya tiba-tiba rusak. Ah, sungguh sial sekali hari ini.

Tadi, setelah ia meninggalkan Gavin dan Maminya begitu saja, ia langsung mengunci diri di dalam kamar. Tidak memperdulikan Maminya yang terus menggedor pintu dan meneriaki namanya. Mengapa? Ya karena Lea tahu, dia pasti akan kena omel habis-habisan atas sikapnya terhadap tamu istimewa maminya sore tadi.

Tapi sungguh malang nasib Lea, niatnya ingin menghindari maminya, eh sekarang dia justru dengan sangat terpaksa menuruni anak tangga, menuju ke sayap kanan rumah, untuk mengetuk kamar maminya. Ia butuh hair dryer.

Lea sangat tidak suka membiarkan rambutnya basah, ksrena itu sangat mengganggu. Dan lagi, ia takut masuk angin jika tidak cepat-cepat mengeringkannya.

"Mau ngapain kesini?" Mami Lea dengan ketus membentak putrinya. Lea dibuat menciut seketika.

"Hmmmmm. Mi mau minjem hair dryer" Lea mencicit pelan.

"Nggak ada!"

Lea merengek "Mii"

"Nggak usah mami, mamian"
Lea terdiam sejenak. Ia merasa bersalah, namun juga kesal.

"Kamu pikir kelakuan kamu sore tadi sopan? Udah tau ada tamu, kamu main pergi gitu aja"
Lea masih diam mematung di depan pintu kamar orang tuanya.

Mami Lea membuang napas kesal

"Mami tuh nggak habis pikir ya? Sejak kapan kamu jadi pembangkang? Apa gara-gara pacaran sama Arden?"

"Miiii-"

"Kenapa? Kamu mau belain dia lagi? Dia emang bawa pengaruh buruk buat kamu. Sejak kenal sama dia kamu udah gak pernah dengerin orang tua! Makanya Mami sering bilang kan, Arden itu-"

"Mi!" Lea menaikan suaranya satu oktaf, sedikit membentak maminya

"Emangnya Arden salah apa sih? Arden itu baik, dia gak pernah ngasih pengaruh buruk apapun buat aku. Kalau dibandingin sama Gavin Lea lebih milih Arden kemana-mana"

"Emangnya Gavin kenapa? Gavin baik, berpendidikan, dari keluarga baik-baik"

"Arden juga sama!" Lagi-lagi Lea kembali menaikan intonasi biacaranya. Kali ini membuat maminya tersentak.

"Mami kenapa sih? Udah tau aku punya Arden. Arden pacar aku, dan semua orang tahu itu-"

"TAPI MAMI NGGAK SETUJU!"

"MAMI EMANG KAYA GITU KAN?! SELALU SENENG NGATUR-NGATUR AKU. KENAPA SIH AKU NGGAK BOLEH NENTUIN APA YANG AKU SUKA?! MAMI EMANG NGGAK PERNAH PEDULI SAMA KEBAHAGIAAN AKU!!! NGGAK SOAL PENDIFIKAN, NGGAK SOAL PROFESI, BAHKAN JUGA PERCINTAAN AKU, SEMUANYA MAUNYA MAMI YANG ATUR! LEA NGGAK SUKA!" Lea berteriak dengan kencang sambil menangis. Dan kemudian lansung berlari ke kamarnya, meninggalkan maminya yang masih mematung karena syok di ambang pintu. Juga tidak mempedulikan Papinya yang baru pulang dari urusan pekerjaan, dan berusaha bertanya padanya tentang apa yang terjadi.

Beberapa saat kemudian, Papi Lea yang sedang menenangkan tangis istrinya, melihat putrinya berlari menuruni anak tangga. Entah akan pergi kemana.

*****

Arden baru akan merebahkan diri ke atas kasur saat tiba-tiba pesan whatsapp Lea masuk.

Lea Mie Burung Dara
Gue di bawah. Depan lobby kantor manajemen lo

Hanya itu isi pesan dari Lea. Mulanya Arden ingin membalas, dan bertanya ini, itu, tapi ia urungkan. Ardem merasa ada yang tidak beres, karena tumben-tumbenan kekasihnya itu tiba-tiba datang tanpa disuruh. Datang tanpa pemberitahuan sebelumnya.

90 Days (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang