11 - Tumben Lo Cantik

9.8K 1K 50
                                    

Sandra sedang menatap serius pada Lea yang kini mulai terlihat salah tingkah. "Aduh kenapa panas banget ya" Lea mengipas-ngipaskan tangannya, dan Sandra tahu sahabatnya tersebut tengah mengada-ada

"Nggak mau cerita?" pertanyaan Sandra yang penuh ancaman membuat Lea meggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Ia tengah menimbang, apakah ia akan menceritakan semua kejadian yang sesuangguhnya atau tidak. Ia tahu, Sandra adalah sahabatnya, tapi disisi lain, ia ingat janjinya pada Arden, bahwa ia tidak akan mengatakan soal hubungan palsu ini pada siapapun.

"Yaudah kalo nggak mau cerita. Bye, gue pulang!"

"Eh, eh, bentar, bentar. Gue cerita, gue cerita" Lea buru-buru menahan lengan Sandra saat sahabatnya tersebut hendak beranjak dari kamar.

"Semuanya?"

Sambil mengangguk, Lea menarik agar Sandra duduk kembali di tempat tidur.

"Hmmm gue sebenernya juga bingung dengan apa yang terjadi sih. Waktu itu ada salah paham besar di publik, dan bikin citra gue sama Arden jadi buruk. Tadinya gue sudah mau pasrah saja, tapi Arden tiba-tiba nyamperin gue dan ngajak buat bareng-bareng nyelesaiin masalah-" Lea menjeda kalimatnya.

"Terus?"

"Terus, gue sama Arden adi sering ketemu, dan gak tahu gimana ceritanya, Arden tiba-tiba bilang suka sama gue. Yaudah kitaa jadian deh hehe" ya, Lea akhirnya memilih berbohong. Bukannya ia tidak percaya pada Sandra, tapi ia tidak ingin di cap sebagai orang yang tidak bisa dipercaya oleh Arden. Bagaimanapun, janji adalah janji, dan ia harus menepati itu pada Arden.

"OH MY GOD, LEAAA. Ini serius Arden nembak lo?" ekspresi Sandra kelewat excited, Lea bahkan bingung harus beraksi seperti apa, akhirnya ia hanya mengangguk dan tersenyum kikuk.

"Sungguh sulit dipercaya. Tapi, congratulation sayangkuuu, akhirnya yaaaa lo bisa melepas gelar jomblo seumur hidup lo. Mana pacar lo keren banget lagi, gila. Arden woy Ardeeen" Sandra memeluk erat Lea dengan terus nyerocos. Lea hanya pasrah, ia tahu sedari dulu, Sandra memang mengidolakan Putra Wijaya, dan Arden adalah salah satuya.

"Ya ampun, mimpi apa ya gue, sahabat gue pacaran sama pangeran gue. Lo pakai pelet apa sih Le? haha"

Lea spontan memukul lengan Sandra dengan kuat "Amit-amit ih. Lo kalo ngomong suka nggak pakai istigfar ya San"

"Hehehe becanda Le. Gimana ya, gue masih sulit percaya aja begitu, Arden bisa pacaran sama Lo"

"Maksud lo gue nggak pantes buat Arden?" Mata Lea mendelik penuh ancaman

"Nggak nggak, nggak gitu. Lo pantes lah, pantes banget. Udah deh pokonya kalian pasangan paling serasi. Fix nggak ada yang ngalahin" Sandra buru-buru menenangkan tatapan galak Lea.

"Eh le, tapi lo suka sama Arden? Cinta?" Sandra adalah satu-satunya sahabat Lea, ia sangat mengenal Lea, dan jelas dia tahu bahwa Lea bukan gadis yang mudah jatuh hati, terlebih lagi pada seseorang yang belum lama ia kenal, seperti Arden.

Lea diam, ia tidak menjawab. Hanya dengan begini saja Sandra sudah langsung menemukan jawaban atas pertanyaanya "Le, inget, yang paling penting itu kebahagiaan lo. Jangan karena mau neyenengin orang banyak, lo jadi nyiksa diri lo sendiri"

Lea masih diam, namun kali ini ia menatap mata Sandra, mencari pembenaran dari mata sahabatnya. Ia ingin memastikan bahwa yang ia lakukan saat ini adalah pilihan yang benar. "Gue percaya apapun pilihan lo, itu adalah yang terbaik. Gue cuma mau pesen, kalau nanti lo udah ngerasa nggak nyaman dengan semuanya, akhiri saja Le. Inget, kebahagiaan lo adalah hal yang harus lo utamain" Lea tersenyum dan memeluk Sandra. Inilah yang membuat Lea sangat nyaman bersahabat dengan Sandra, meskipun gadis tersebut sering berisik, namun Sandra selalu sangat mengerti dirinya, bahkan tanpa perlu ia menjelaskan apapun.

"Btw, nanti kalo lo mau ketemu sama Arden bilang-bilang ya, gue mau ikut please. Lo tahukan Le, salah satu tujuan hidup gue adalah ketemu sama pangeran ganteng gue Arden Putra Wijaya"

"Iya-iya ntar gue temuin lo sama Arden"

"Asiiik. Kalo bisa sih sekalian sama abangnya sekalian"

"Oooohh Gerald Putra Wijaya ya?" Sandra mengangguk semangat. Jika dibandingkan Arden, Sandra memang lebih mengagumi Gerald, hanya saja sejak ia tahu Gerald memiliki kekasih, hatiya potek dan ia memilih beralih pada Arden. Untung saja sekarang pacar Arden adalah sahabatnya, jika tidak, mungkin ia sedang menangis dan guling-guling karena potek hati.

"Waah kalau Bang Gerald sih gue juga naksir berat woy. Ganteng banget aslinya"

"Lo udah ketemu Le"

"Iya, waktu itu diajak makan malem keluarga sama Arden, eh ternyata makannya di rumah Bang Gerald. Sumpah ya, gue terpesona banget sama dia"

"Emangsih, itu orang gantengnya nggak ketolong banget, sampe pusing liatnya, silau banget haha. Eh tapi, pacarnya juga cantik banget sih, katanya karyawannya gitu"

"Iya-iya bener, kata Arden namanya Melody. Dan for your information, Bang Gerald cinta mati sama dia. Tiap hari Bang Gerald kerjaanya ngebucin mulu" Dan akhirnya obrolan dua sahabat tersebut berlanjut dengan menggosipkan hubungan Gerald dan Melody yang menurut mereka sangat membuat iri sejuta umat. Kalau kata Lea dan Sandra sih, mereka berdua pasangan paling perfect of the year.

***

Lea berlari-lari kecil saat keluar dari kamar mandi karena ponselnya terus berdering. Dan saat ia melihat nomor Arden tertera disana, rasanya ingin sekali ia membanting ponselnya. Kenapa sih laki-laki itu tidak bisa membiarkannya hidup tenang barang satu hari?

"Kemana aja sih Le, ngangkatnya lama banget?" Arden langsung menggerutu saat sadar Lea telah mengangkat panggilannya

"Lo pikir gue mbak custommer service yang stay depan telepon setiap saat?!"

"Sudah-sudah jangan ngajak ribut. Alihin panggilannya ke video"

Lea memutar bola matanya, merasa sangat kesal dengan Arden yang senang sekali memerintah.

"Baru abis mandi?"

"Mata lo nggak buta kan?" Lea menjawab cuek tanpa melihat ke arah camera, tangan kirinya kini memegang ponsel, namun tangannya yang lain sedang sibuk menggosokan handuk ke rambut, berusaha mengeringkan rambut basahnya karena habis keramas.

Arden yang ada di seberang kini mendadak terpaku memperhatikan kegiatan Lea. Ini bukan pertama aklinya Arden menyaksikan gadis mengenakan baju handuk, sambil mengeringkan rambut basahnya, tapi entah mengapa kali ini rasanya berbeda. Apa karena kali ini bukan sekedar acting adegan film yang harus ia lakukan?

"Mau ngomong apaan sih? Apa vidacll segala?" Arden masih diam tidak menjawab, pikirannya masih sibuk menelusuri wajah Lea yang kini sepenuhnya menghadap pada camera, membuat layar ponsel Arden penuh dengan wajahnya.

"Jawab woy! Malah bengong"

"Ohh, itu, nggak ada apa-apa sih"

"Apaan sih Den nggak penting banget deh lo. Ini lo lagi dimana sih? Berisik banget"

"Masih di studio baru beres latihan dance, tapi ada beberapa dancer yang belom kelar, makanya musik masih nyala"

Lea hanya mengangguk-angguk saja. Ia sudah tahu, bahwa dalam waktu dekat Arden akan menyelenggarakan konser tunggal perdana.

"Le"

"Hmm?" Lea menjawab malas, sambil memainkan ujung ranbutnya yang masih basah.

"Tumben banget lo cantik"

Freez. Lea tiba-tiba membeku, ia bahkan tidak bisa mengatakan apapun untuk sekedar membalas pujian menyebalkan dari mulut Arden. Sialan sekali Mas Aktor satu ini. Kenapa dia selalu bisa membuat Lea berdebar tanpa aba-aba?

BERSAMBUNG

Aroma-aroma bucin mulai tercium teman-teman haha

Btw ada Mas Gerald dan Mbak Melody ini, meski cuma sekelebat haha🤭

Semoga ceritanya menghibuur🖤🖤

Thankluv
Nona❤

90 Days (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang