Mami Lea menyikut suaminya saat melihat putri mereka-Ileana Maheswari hanya memainkan makanan di piringnya. Merasa tidak bisa lagi melakukan apa pun, Papi Lea hanya menatap bingung istrinya.
"Le dimakan dong, ini kan biasanya menu favorit kamu" Mami Lea semakin memajukan piring berisi beef walington di hadapan putrinya. Namun sayangnya Lea memang benar-benar kehilangan nafsu makan.
"Aku mau ke toilet" Sambil menggeser mundur kursi, Lea buru-buru meninggalkan meja makan restoran mewah yang direservasi oleh orang tuanya. Suasana hatinya tentu saja masih belum membaik sejak insiden putus dengan Arden tempo hari. Sialnya, orang tuanya memperunyam hatinya dengan mendatangkan Gavin di acara dinner mereka hari ini. Demi apapun di muka bumi, Lea sama sekali tidak memiliki keinginan mencari pengganti Arden.
Bukan, itu bukan karena sepenuhnya ia masih sangat mencintai Arden. Maksudnya, dia memang masih mencintai Arden, tapi hati dan perasaanya juga masih sekarat. Jadi dia tidak mungkin sembarangan menerima orang baru.
Lagian, ketimbang ingin menerima orang baru, sebenarnya saat ini, Ileana Maheswari jauh lebih ingin mencintai dirinya sendiri. Ia ingin lebih dulu menyembuhkan hati, mental, dan fisiknya yang sedang jauh dari kata 'baik-baik saja'."Astaga!" Lea terlonjak sambil mengelus dada, akibat kaget mendapati Gavin yang ternyata menunggu di depan toilet.
"Lo ngapain sih di sini?!"
"Nungguin kamu Lea, takutnya kamu kenapa-napa"
"Gue bukan anak kecil. Gak perlu dijagain"
Sambil berjalan cepat mengejar Lea yang meninggalkannya, Gavin masih melakukan upaya untuk mendapatkan perhatian Lea "keadaan kamu lagi gak baik-baik aja Le, jadi pasti perlu dijagain. Takutnya lo pingsan"
"Gue gak selemah itu. Lo gak perlu repot-repot. Lagian lo ngapain sih di sini? Ganggu acara dinner keluarga orang tahu nggak?!"
Disuguhi omelan panjang lebar Lea, Gavin justru tersenyum dan memegang pundak gadis di hadapannya "mau kamu sekuat apa pun, aku tetep pengen coba jagain kamu Le"
Lea diam, tatapannya tiba-tiba terkunci pada mata Gavin yang menatapnya dalam. Kejadian ini tentu saja tidak luput dari penglihatan orang tua Lea, yang mana posisi mereka saat ini memang sudah tidak begitu jauh.
Saat kesadarannya kembali, Lea menurunkan tangan Gavin dari pundaknya, namun laki-laki di depannya justru semakin mengeratkan
"Le, tolong kasih kesempatan. I can treat you better than he can"
"Dont compare yourself with anyone else" setelah mengatakan kalimat tersebut dengan tegas, Lea langsung membalikan badan. Tapi sayangnya, langkahnya terhenti dan membeku saat netranya bersisobek dengan netra Arden, yang entah sejak kapan berdiri di ambang pintu restoran.
Apakah dia salah paham? Apakah dia akan mengira gue bisa secepat itu melupakan semuanya? Apakah.....
Lea menggeleng pelan, berusaha menyadarkan dirinya. Dia tidak perlu lagi memikirkan perasaan, ataupun tanggapan Arden terhadap apa saja yang ia lakukan. Ia harus sadar bahwa hubungan mereka tidak lagi seperti dulu. Ia harus ingat bahwa laki-laki yang sialnya masih sangat ia cintai tersebut adalah laki-laki paling brengsek di hidupnya, dan paling layak untuk ia benci.
Dengan tatapan kesal penuh amarah, Lea memutus tatapan mereka. Lalu berjalan menuju meja orang tuanya, yang kemudian diikuti oleh Gavin.
"Pi tahan emosi. Ingat, kita lagi di tempat umum" Mami Lea memegang tangan suaminya dalam rangka menahan pria tersebut agar tetap bertahan di tempatnya, dan tidak menghampiri Arden untuk menghajarnya.
"Papi nggak terima Mi!"
"Mami tahu. Tapi yang lalu biar berlalu, toh sekarang Lea sudah tidak memiliki hubungan apapun dengan dia"
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days (Tamat)
HumorArden Putra Wijaya terjebak dalam hubungan palsu dengan Ileana Maheswari selama 90 hari, karena suatu skandal yang mengancam karir mereka berdua dan menyebabkan kesalah pahaman besar di masyarakat. Kira-kira mampukah mereka menyelesaikan skandal yan...