29 - Terluka

7.3K 926 68
                                    

Sudah 3 hari, Arden tidak bertemu dengan Lea. Dan hari ini, dia tidak bisa lagi membendung rasa ingin bertemunya. Kabar yang ia dapatkan pagi tadi, membuatnya gelisah sepanjang hari. Meski kini ia sedang melakukan pemotretan, dan promo untuk  film terbarunya, namun pikirannya terus menuju pada Lea. Ia ingin segera menyelesaikan pekerjaan, dan bertemu kekasihnya.

"Nggak becus banget sih!" Arden mendumel kesal sambil meraih botol minun yang diberikan oleh Anita.

Di ruang ganti dan rias berukuran tidak terlalu besar tersebut, Arden buru-buru mendudukan diri pada salah satu kursi, lalu menenggak habis air mineral yang ada di tanggannya. Kesal betul ia dengan pekerjaan hari ini.

"Sabar Den, kan lo tahu sendiri dia masih pemula. Ini juga film pertamanya, wajar kalo dia masih kaku"

Anita mencoba menyalurkan energi positif pada talent kesayangannya. Alasan Arden merasa kesal hari ini adalah, salah satu rekan kerjanya yang merupakan aktris baru hari ini terus menerus melakukan kesalahan. Misalnya seperti salah bicara saat take video, dan tidak bisa luwes dalam berpoto. Karena hal itu, mau tidak mau pekerjaan Arden hari ini harus ikutan molor.

"Lea sakit Kak. Gue nggak mungkin di sini seharian!"

"Gue tahu Den, tapi kan tadi lo udah lihat sendiri dia ditegur langsung sama sutradara"

Arden tidak lagi menjawab sanggahan manajernya. Ia memilih membuka ponsel, mencoba menghubungi Lea yang sedang sakit. Sayangnya, 3 kali mencoba melakukan panggilan, dan ketiganya pula tidak ada yang diangkat.
Rasa khawatir Arden pada kekasihnya terlalu besar. Ia bahkan bersumpah, jika pada sesi ini pemotretan tetap tidak berjalan lancar, maka ia akan nekat meninggalkan lokasi.

"Den, ayok"
Ranti yang menjadi lawan main Arden di film terbaru masuk setelah mengetuk pintu sebanyak 3 kali. Masih dengan wajah sebalnya, Arden akhirnya memutuskan untuk berdiri, kembali menuju stage pemotretan.

"Muka lo jutek banget Den. Tuh liat, si Indah kakinya sampe gemeteran"

"Ya salah dia sendiri, kenapa dari tadi bikin salah" Arden menjawab kesal kalimat Ranti.

Tidak memberikan kalimat lagi, Ranti hanya tertawa, dan bergelayut manja pada lengan rekan satu agensinya tersebut.
Rasanya hanya orang bodoh yang tidak menyadari, jika Ranti sangat menyukai Arden. Anita sudah sering mengingatkan Arden untuk tidak terlihat terlalu dekat dengan Ranti di depan umum, apalagi setelah publik tahu bahwa status Arden adalah kekasih Lea. Tapi sayangnya peringatan Anita tidak pernah digubris oleh Arden, dengan alasan tidak enak pada Ranti yang merupakan rekan satu manajemen dengannya.

♡♡♡

Akhirnya pekerjaan Arden selesai pada pukul setengah 5 sore. Meskipun sedang sangat lelah, tapi Arden memutuskan untuk tetap memaksakan diri mendatangi rumah Lea. Ia tidak bisa menahan diri lebih lama untuk tidak melihat Lea.

Sambil membawa beberapa paperbag, parcel buah, dan satu bucket bunga-yang tadi dibelanjakan oleh Farhan, Arden mengikuti langkah seorang ajudan yang membawanya menuju ruang tamu.

Saat sampai di ruang tamu, orang pertama yang menyambut Arden adalah papi Lea. Beliau masih mengenakan baju kerjanya, dan nampak sibuk dengan beberapa kertas di tangannya.

"Langsung ke atas aja ya Den. Lea lagi istirahat di kamarnya. Maaf gak bisa nemenin, om masih ada agenda kunjungan soalnya"

"Ohh iya om gak apa-apa" Arden tensenyum, dan mulai melangkah, menaiki satu per satu anak tangga, saat Papi Lea sudah terlihat bergegas menuju pintu utama.

Suasana rumah Lea hari ini terbilang cukup sepi, bahkan Mami Lea juga tidak terlihat. Apa beliau sedang menemani Lea di kamar?

Tidak ingin menerka-nerka apa pun, Arden memilih untuk langsung mengetuk pintu kamar Lea.

90 Days (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang