"Ya ampun, Bu Sukma, saya itu ngefans banget lho sama Lea dan Arden. Ih meni serasiii. Suka banget lihatnya" Bu Imas dengan heboh dan terang-terangan mengatakan pada mami Lea bahwa dirinya adalah salah satu pendukung garis geris couple ArLe (Arden Lea)
Mami Lea hanya tersenyum masam. "Iya Bu, sama lho, saya juga pendukung ArLe. Kemarin waktu mereka live instagram saya sama anak saya nonton. Ya ampun romantisnyaa bikin iri" Bu Zubaidah ikut heboh menanggapi.
Tidak mau kalah, Bu Vani juga ikut rame menyuarakan dukungannya pada couple yang sedang digandrungi oleh masyarakat Indonesia tersebut "Bu Sukma beruntung banget ya bisa punya calon mantu seperti Arden. Dia kan nggak cuma tampan dan terkenal, tapi juga turunan keluarga Putra Wijaya. Aduh Bu, hartanya juga gak akan habis meskipun ngasih makan 7 kecamatan selama 7 tahun"
Lagi-lagi Mami Lea hanya bisa mengangguk pasrah dan memaksakan senyumnya. Ia heran sekali, mengapa teman-teman arisannya senang sekali memuji Arden. 'memangnya apa bagusnya sih anak itu? Apa yang bisa dibanggakan dari keluarga Putra Wijaya? Meskipun Lea tidak berasal dari keluarga konglomerat seperti Arden, tapi kan, Lea juga anak Gubernur, keluarga kami juga keluarga baik-baik dan terpandang. Lea juga cantik banget! Jadi, bukan Lea yang beruntung dapet Arden, tapi Arden yang beruntung karena Lea khilaf mau sama dia!'
"Sudah-sudah jangan dibahas terus bu Sukma kayanya sudah sampai speechless tuh haha. Yang penting kita doakan bersama semoga hubungan Lea dan Arden terus baik-baik saja, bisa sampai nikah!"
'Nooooo. Big No. Enggak Amiin paling serius. Ya Allah, tolong jangan kabulkan doa mereka!' Mami Lea menjerit dalam hati mendengar doa bijak yang diucapkan oleh Bu Ranti. Namun jelas, hal lain dilakukan oleh ibu-ibu lain yang telah mendeklarasikan diri sebagai penggemar couple ArLe garis keras "AMIIN!" mereka berseru kompak, penuh harap.
Akhirnya acara arisan dilanjutkan sebagaimana seharusnya, meski mereka masih sesekali membahas soal Arden dan Lea.
***
"Huh, Mami kesel bangeeet!" Bu Sukma membanting tasnya dengan kesal, sambil melemparkan diri di atas sofa, ruang kerja suaminya. Saat ini sudah pukul 8 malam, Papi Lea masih disibukan dengan segudang urusan pemerintahan, dan kini harus juga pusing menghadapi istrinya yang sedang uring-uringan.
"Kenapa Mi? Bukannya biasanya happy kalau habis arisan? Kok tumben uring-uringan?" Papi Lea memilih mendekat ke sofa, menghampiri istrinya.
Mami Lea dengan cepat masuk dalam pelukan suaminya "Itu Pi, masa teman-teman Mami bahas-bahas si aktor ngeselin itu mulu. Dipuji ganteng lah, kaya lah, cocok lah sama Lea. Iiih, mereka itu buta apa gimana sih? Masa anak kita yang cantik kaya bidadari begitu dibilang serasi bersanding sama cowok kaya Arden"
Kali ini Papi Lea membuang napas pendek, dia pikir ada masalah apa sampai istrinya bad mood seperti ini. Eh ternyata hanya masalah percintaan putri mereka yang dibesar-besarkan.
"Bagus dong Mi, berarti orang-orang memberikan respon positif sama hubungan Lea dan Arden. Mungkin mereka bisa melihat bahwa Lea dan Arden memang serasi, dan bahagia" Mami Lea dengan spontan menepis tangan suaminya yang baru saja membelai rambutnya. Ia berkacak pinggang, makin kesal karena tidak mendapat dukungan.
"Papi itu kenapa sih belain Arden mulu? Disogok apa Papi sama dia?"
"Eng-enggak Mi, Papi nggak belain dia. Papi cuma-"
"Cuma apa?!"
Papi Lea diam seribu bahasa, ia memilih menggaruk kepalanya yang tidak gatal daripada harus ngomong, tapi nanti justru salah bicara dan disalah pahami lagi.
"Aha-" Mami Lea tiba-tiba berbinar, seolah mendapatkan ide cemerlang.
"Pi, gimana kalau Lea kita jodohin sama anaknya pak Rahardian?"
"Pak Rahardian pengurus Partai Kebebasan Bangsa?" Mami Lea menjawab dengan anggukan penuh semangat "Mami denger, Gavin anaknya Pak Rahardian, baru pulang dari Manchester, beresin kuliah S 2. Yuk kita coba jodohin yuk, mana tahukan Gavin masih single"
Berbeda dengan Mami Lea yang nampak sangat antusias, Papi Lea kini justru terlihat makin bingung. Ia memegangi tengkuk, bingung harus memilih kalimat baik apa yang bisa ia sampaikan agar istrinya tidak kembali meledak.
"Piiiiii"
"Hmmm, gini Mi. Ileana kan sudah besar, dia sudah dewasa. Menurut Papi, Lea sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk dirinya. Apalagi untuk urusan pasangan, pasti Lea jauh lebih mengerti ketimbang kita, karena ini kan urusan hati-'
"Jadi? Nggak usah muter-muter deh!"
"Jadi, baiknya kita nggak usah ikut campur sama urusan ini, biarkan Lea yang menentukan sendiri pilihannya Mi. Menurut Papi Arden juga laki-laki baik dan-"
"STOP!! Mami nggak mau denger apapun lagi. Oke kalau Papi nggak mau dukung Mami, biar Mami sendiri yang mengusahakan perjodohan Lea sama Gavin!" Mami Lea berujar sewot dan berdiri hendak beranjak meninggalkan ruang kerja suaminya.
"Miiiii"
"Stop panggil-panggil. Malam ini kamu tidur saja di ruang kerja nggak usah ke kamar. NGGAK ADA JATAH!" Dengan langkah gontai Mami Lea benar-benar meningglakan ruang kerja suaminya, Meninggalkan pria yang terus memanggil-manggil mencoba membujuknya.
'Masa bodo, syukurin, siapa suruh nggak ngedukung aku!'
Disisi lain, Lea dan Arden kini sedang menahan napas dan suara sambil menempel pada tembok samping ruang kerja papi Lea. Beberapa waktu lalu, sebenarnya Lea ingin membawa Arden masuk ke ruangan Papinya karena kekasih palsunya tersebut hendak pamit pulang, tapi sialnya saat ia akan masuk, Maminya justru tengah uring-uringan mengatakan keburukan Arden, bahkan hingga masalah perjodohan. Sehingga secara otomatis kaki Lea dan Arden terkunci di depan pintu.
Dan kini mereka sedang sembunyi, karena takut berpasas-pasan dengan Mami Lea yang mendadak keluar ruang kerja.
Arden memajukan langkah, mengukung Lea yang sudah terpojok di dinding dengan dua tangganya. Suasana diantara mereka sedang sangat canggung, Lea merasa tengah diintimidasi oleh Arden yang kian mendekatkan tubuhnya.
"Lo mau angapain? Jangan gila, jangan macem-macem, ini lagi di rumah gue" dengan penuh grogi Lea berhasil meloloskan kalimat tersebut dari bibirnya
Arden tersenyum, ia ingin menggoda Lea "Jadi, kalo nggak lagi di rumah lo, gue bolah gila dan macem-macem?"
"Arden!" Lea hendak meloloskan diri, namun dengan cepat Arden berhasil kembali menguncinya. Kedua tangan Arden masih menempel pada tembok, mengurung Lea yang berdiri dihadapannya "Ileana Maheswari, inget baik-baik, status lo adalah PACAR Arden Putra Wijaya. Setidaknya sampai 69 hari kedepan. Kontrak kita berdurasi 90 hari, dan hari ini baru terhitung 3 minggu. Jadi, nggak peduli dia anak pengurus partai, anak DPR, atau bahkan anak Presiden, pasti bakal gue patahin tangan dan kakinya kalo dia berani ngedeketin lo" Lea mendengarkan semua kalimat yang diucapkan Arden sambil menahan napas. Ia berani bersumpah, ini adalah kali pertama dirinya melihat ekspresi super serius dari kekasih palsunya ini.
"Lo cuma punya gue Le. Cuma punya gue. Inget baik-baik"
BERSAMBUNG
Hmmmmm roamn-romannya udah ada yang mulai memasuki fase bucin nih
Mayanlah ya, hiburan ditengah dramanya Mantra Cinta haha
Jangan lupa pencet bintang
Thanksluv
Nona ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days (Tamat)
HumorArden Putra Wijaya terjebak dalam hubungan palsu dengan Ileana Maheswari selama 90 hari, karena suatu skandal yang mengancam karir mereka berdua dan menyebabkan kesalah pahaman besar di masyarakat. Kira-kira mampukah mereka menyelesaikan skandal yan...