36 - Prosedur Mencari Restu

7.4K 971 145
                                    

(Udah baca chapter 35?)

____

Arden sedang duduk di ruang tunggu dengan gelisah, ditangannya ada beberapa berkas penting yang membuatnya sedari kemarin terus menerus sibuk karena harus mengurus berkas-berkas tersebut.

"Satu langkah lagi Den, sabar" sekali lagi Arden menyabarkan dirinya sendiri. Meskipun ia sebenarnya sudah sangat ingin mendobrak pintu laboratrium. Agar segera mengetahui hasil tes narkoba yang ia lakukan beberapa waktu lalu.

"Atas Nama, Arden Putra Wijaya" suara panggilan dari petugas membuat Arden buru-buru datang. Ia kemudian menerima sebuah amplop, yang mana di dalamnya terdapat surat pernyataan hasil tes narkoba yang ia lakukan. Dan jelas saja, hasilnya negatif.

Setelah membaca surat hasil tes, Arden langsung berlari. Ia buru-buru menuju ke tempat yang seharusnya ia tuju- ruang Kamboja VIP No 7. Ia harus segera menemui Mami Lea, mencoba sekali lagi mengambil kesempatan, ah tidak, bahkan jika kali ini ia masih tetap tidak mendapatkan kesempatan, ia akan terus mencoba sampai mendapatkan kesempatan tersebut.

"Thante" dengan napas tersengal, Arden memanggil Mami Lea yang kebetulan baru menutup pintu ruang Lea, tidak berapa lama Papi Lea jhga terlihat keluar dari ruangan yang sama. Saat itu, Arden bisa melihat dengan sungguh bahwa Papi Lea ingin sekali menghajarnya. Namun, mengabaikan semua resiko yang ada, Arden terus melankah maju, menghampiri Mami Lea.

"Tante, Om, saya minta maaf atas kelancangan dan ketidak sopanan saya"

"PERGI!!"

"Om tolong kasih saya kesempatan untuk bicara. Saya-"

"Piiii" Mami Lea mencegah suaminya yang mulai menyeret Arden. Ia tidak ingin masalah ini semakin rumit.

"Tante saya mohon terima saya" Arden meminta dengan nada memelas. Papi Lea belum terlalu paham arah pembicaraan ini.

Buru-buru Arden mengeluarkan semua berkas yang tadi ia taruh di map "Tante lihat, ini hasil medical checkup saya, saya sama sekali nggak punya penyakit berbahaya, kanker HIV, atau yanv lainnya sama sekali gak ada di tubuh saha. InshaAllah saya sehat walafiat dan bisa umur panjang untuk selalu jaga Lea, saya janji akan selalu jaga kesehatan saya, demi Lea-"
Mami Lea syock dengan apa yang dilakukan oleh Arden. Matanya berkaca-kacar, sedangkan Papi Lea malah semakin bingung.

"Ini hasil tes narkoba saya, saya juga sudah terbukti negatif. Lalu, ini ada SKCK dari pihak kepolisian yang menunjukan bahwa saya tidak pernah melamuka  tindak kriminal, dan selalu berkelakuan bai" Arden masih sibuk menunjukan satu per satu berkas yang ia pegang dengan suara terdengar panik, dan bergetar-seperti ingin menangis.

"Ini adalah sertifikat apartemen atas nama saya, saya sedang proses untuk memindahkannya menjadi atas nama Lea. Ini seluruh buku tabungan dan kartu ATM yang saya miliki,  juga beberapa data daftar kekayaan saya. Jika tante khawtair ini tidak cukup untuk membiayai kehidudan Lea dengan baik dan nyaman, saya janji akan bekerja lebih keras untuk mencukupi semua kebutuhan Lea"

Tangis Mami Lea pecah, ia merasakan penyesalan yang sangat besar dan dalam. Bisa-bisanya ia meragukan perasaan tulus, pemuda yang ada di hadapannya. Bisa-bisanya ia melukai pemuda sebaik Arden, dan membuat putrinya menderita. Pelan-pelan Papi Lea kini mulai menebak apa yang terjadi.

Beruntungnya, mereka ada di ruang VIP sehingga tidak banyak orang yang menyaksikan drama ini. Ditanbah lagi, ada banyan ajudan Papi Lea yang membentuk pagar hidup, untuk menghalangi rasa ingin tahu dari orang-orang yang tidak sengaja lewat.

Arden tidak bisa lagi membendung air matanya, ia berlutut-berusaha keras mencari kesempatan untuk diterima "tante, soal keluarga saya yang tidak lagi utuh, saya memang tidak bisa melakukan apa pun, karena memangnya siapa saya? Saya tidak berkuasa menentang kehendak tuhan. Tapi yang ingin saya katakan adalah, meakipun keluarga saya tidak utuh, tapi kasih sayang yang saya terima tidak pernah kurang. Saya sempat memiliki Mama yang cinta luar biasa sehingga bahkan masih sangat bisa saya rasakan, meski beliau tidak lagi ada. Papa saya, juga menyayangi saya tanpa kekurangan. Di tambah lagi, kelurga besar saya, mereka juga selalu memiliki cinta kasih yang tidak ada habisnya untuk saya-" tangis Mami Lea kian dalam, ia berusaha membuat Arden berdiri dari lututnya. Namun, pemuda tersebut bersikeras.

"Tante, maaf saya tidak bisa memenuhi janji saya yang lalu. Saya salah menilai perasaan saya, ternyata saya tidak akan pernah bisa hidup tanpa putri tante. Arti Lea untuk hidup saya terlalu besar. Dia dunia saya. Jadi, saya mohon beri saya kesempatan untuk kembali dengan Lea, tolong restui saya" mami Lea ikut terduduk di lantai. Ia memeluk erat Arden, tangia keduanya menyatu.

Bahkan Papi Lea yang sedari tadi berkaca-kaca, kini juga ikut menangis.

"Maafin Tante ya Den. Tante yang salah. Semuanya salah tente"

Arden menggeleng, dan menyeka air mata Mami Lea.

"Gara-gara keegoisan tante, tante berani ngelukai kamu dan Lea. Padahal sudah sangat jelas kalian sangat saling mencintai. Apalagi, perkataan tante terakhir kali, soal ibu kamu, soal keluarga kamu, pasti sangat melukai kamu kan? Maafin tante Den"

Sekali lagi Mami Lea membawa Arden dalam pelukannya. Sore itu, akhirnya hati Mami Lea melunak. Ia yakin dan percaya, bahwa tidak ada laki-laki di dunia yang akan bisa mencintai putrinya sebesar Arden. Tidak, hanya Arden seorang yang mampu.

Papi Lea juga sadar bahwa sepertinya, pandangan pertamanya tentang Arden yang layak dipercayai adalah benar adanya. Pemuda di depannya ini telah membuktikannya.

"Tante restui Den, tante restui. Kamu nikah kapan sama Lea?"

Arden kaget bukan main dengan pernyataan dan pertanyaan barusan. Tapi di sisi lain, hatinya meletup-letup senang bukan main.

"MAMI!" Papi Lea protes.

"Kenapa? Papi gak setuju? Lebih milih Gavin ketimbang Arden?" Mami Lea berdiri dan menantang suaminya

"Eehhh-ehhh siapa bilang. Dari awal jagoan Papu itu Arden. Kan Mami yang ngejagoin Gavin!" Papi Lea tidak terima dan langsung merangkul Arden yang kini sudah berdiri.

"Pokoknya, satu-satunya orang yang boleh nikah sama Lea, cuma Arden!" Meskipun masih ada bekas air mata, namun Mami Lea mengatakan kalimat barusan dengan sumringah. Arden sangat lega mendengar restu yang selama ini sangat ia harapkan. Akhirnya perjuangannya selama 2 hari ini tidak berakhir sia-sia.

"Siapa yang mau nikah sama dia?"

Suara Lea yang tiba-tiba mucul, membuat semua orang menoleh.

"PERGI!" Lea mengusir Arden dengan tegas, membuat senyum di bibir semua orang sirna seketika.

Kini, Arden diliputi perasaan takut yang sangat besar. Apakah dia benar-benar terlambat? Apakah Lea benar-benar tidak akan pernah bisa menerimanya kembali?

BERSAMBUNG

Bentar lagi endiiiing
Kira-kira bakal sad ending apa happy nih?

Thanksluv
Nona

90 Days (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang