22 - Mengakhiri Kontrak

9.2K 1.1K 129
                                    


(Napas dulu. Siapin mental. Yuk baca 😂)

...

Beberapa hari setelah acara pertengkaran tempo hari, Lea sama sekali tidak dihubungi oleh Arden. Dan ia juga tidak menghubungi laki-laki tersebut. Meskipun sebenarnya Lea ingin sekali, tapi dia menahan diri. Lea tahu, saat ini ada yang lebih penting dari menghubungi Arden, yakni mengambil keputusan untuk perasaanya. Untuk hubungannya dengan Arden.

Lea memaksakan diri bangkit dari temapt tidurn karena ponsel yang tadi ia letakan di nakas kini sedang menjeritkan nada dering-panggilan masuk. Beberapa detik kemudian mata gadis itu melotot saat akhirnya tahu siapa yang menelponnya.

Dengan spontan dirinya melempar ponsel ke atas kasur saat tahu bahwa panggilan tersebut berasal dari Anita-manajer Arden.

Lea belum siap menghadapi Anita, karena ia tahu bahwa wanita tersebut sebenarnya pasti sedang marah besar, akibat keributan yang ia, Arden, juga Gavin, sebabkan tempo hari. Hari itu, tidak sampai menunggu berjam-jam akhirnya kabar tentang pertengkaran mereka menyebar luas. Bahkan, sampai hari ini mereka bertiga masih menjadi pembicaraan hangat dimana-mana.

Lea adalah pihak yang paling banyak menerima hujatan karena dianggap telah menghianati Arden. Disisi lain, Arden juga mendapatkan beberapa komentar miring karena menunjukan  sikap kasar dan arogannya, ketika menyikapi kejadian tempo hari dengan main tangan. Rumit, keadaanya sangat rumit.

Bahkan Mami Lea dan Papinya, kini juga sedang perang dingin akibat kejadian pertengkaran tersebut. Mereka berdua membela 'jagoan' masing-masing dan terus saling menyalahkan. Membuat Lea bahkan lebih betah mengurung diri di kamar ketimbang turun ke lantai satu.
Semua ini membuat Lea semakin bimbang dengan perasaanya. Ia tidak pernah menyangka bahwa menerina tawaran pacaran kontrak dengan Arden akan menjadi satu hal konyol paling ia sesali. Ia tidak menyangka pertemuannya dengan Arden dalam sekejap membuat hidupnya jungkir balik dengan sangat mudah. Bersama Arden, selalu ada banyak hal tidak terduga yang menhampiri dirinya.

"Hallo kak Nita. Maaf aku tadi di kamar mandi" Lea berbohong. Akhirnya setelah melewatkan 3 panggilan tidak terjawab, Lea memutuskan untuk mengangkat panggilan dari manajer Arden. Ia tahu, Anita akan terus menelponinya sampai ia mengangkatnya. Dari Arden, Lea tahu bahwa Anita adalah wanita paling tegas dan paling kukuh pendirian.

"Lea, lo bisa ke Sumba sekarang gak?"
Lea diam. Ia sedang menebak-nebak tujuan Anita.

"Gue tau ini dadakan. Dan gue juga tahu, mungkin lo masih kesel sama Arden, jadi males buat ketemu sama dia. Tapi gue rasa lo juga tahu gimana kacaunya keadaan di luar gara-gara ulah kalian berdua-"

Anita menggantung kalimatnya. Lea hanya diam, ia tidak berani membantah karena ia memang salah satu penyebab keributan itu.

"Gue nggak peduli kalian berdua di luar kontrak ada hubungan apa. Demi tuhan Le gue gak peduli. Tapi, selama kontrak 90 Hari kalian masih belum berakhir, apapun yang kalian lakukan, itu semua masuk dalam urusan gue"

"Sorry kak" Akhirnya Lea bersuara meski dengan ragu-ragu dan penuh rasa bersalah.

"No need. Kalo lo emang merasa bersalah tolong bantu kita buat perbaiki berita di luar sana. Kirim foto ktp lo, gue siapin penerbangan ke Sumba yang paling cepet dari sekarang"

Setelah Lea menyetujui instruksi Anita, penggilan berakhir. Lea kemudian buru-buru menju lemarinya, mengeluarkan 2 stel pakaian. 1 piyama untuk tidur, dan satu lagi untuk ganti besok. Cukup, toh dia tidak akan berlama-lama di Sumba.

90 Days (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang