26 - Nggak Mau Pisah

8.3K 972 28
                                    

"Den jalannya bisa cepet dikit nggak?!"

Lea akhirnya geregetan dengan tingkah Arden yang terus menerus menempel pada dirinya, sejak tadi di mobil. Bahkan, saat ini mereka sedang berjalan dengan posisi Arden yang terus bergelayut maja di pundak Lea. Membuat langkah mereka sulit untuk untuk dibuat cepat.

Padahal, sedari tadi sampai di basement, Lea sudah mengeluh sakit perut, ingin cepat-cepat ke toilet.

"Iya sayang bentar lagi juga nyampe"

"Ya, kapan nyampenya kalo kamu gelendotan terus Den"

"Namanya juga kangen" Arden sedikit ngedumel karena Lea yang sepertinya risih pada tingkah manjanya. Padahal kan saat ini ia sedang menebus rasa rindunya yang terpendam lama. Salah sendiri mengapa Lea menjadi makhluk yang mudah dirindukan? Jika sudah begini, tetap saja ia yang disalahkan. Cih dasar tidak pengertian!

"Kangen-kangenannya dilanjut nanti bisa? Perut aku udah sakit banget"

Buru-buru Arden melepaskan diri, ia langsung mengambil langkah lebar mendahului Lea. Sampai di depan unitnya, ia langsung memasukan kombinasi sandi. Tanpa menunggu dipersilahkan oleh Arden, Lea sudah buru-buru nyelonong masuk.

"Di mana?"

"Belok kanan, bawah tangga Le"
Arden menjawab pertanyaan Lea sambil merebahkan badan di sofa empuk ruang utama apartemennya.

"Ah lega banget bisa rebahan" tanpa bisa dicegah, seluruh rasa lelah yang sedari tadi ditahan oleh Arden, kini keluar begitu saja. Membuat seluruh tubuhnya dipenuhi rasa pegal, juga kantuk yang tiba-tiba bergelayut di pelupuk matanya.

Arden tidak menyangka bahwa ia akan menjalani cinta konyol seperti ini. Ia tidak menyangka bahwa Lea yang menyebalkan bisa berubah jadi sangat manis, seperti saat ini.

Ah, sepertinya Arden sedang membayar karmanya, karena dulu sering mengetai Gerald sebagai budak cinta yang menggelikan.

Dulu, seluruh tingkah Gerald pada Melody selalu terlihat aneh dan tidak masuk akal di mata Arden. Tapi sekarang tidak lagi. Ia sungguh bisa mengerti, betapa perasaan bernama cinta mampu mengubah orang paling normal dan rasional sekalipun di muka bumi, mampu melakukan berbagai hal konyol yang bertentangan dengan akal sehat. Arden percaya hal itu karena ia sungguh telah membuktikannya. Ya, perasaanya pada Lea selalu seperti itu. Selalu tidak masuk akal, dan terlalu manis untuk disangkal.

Ah, Lea. Kenapa nggak dari dulu aja sih kita ketemu? Seenggaknya biar gue bisa ngerasain apa itu bahagia jauh lebih cepat dari sekarang.

♡♡♡

Lea tersenyum saat ia keluar dari kamar mandi dan mendapati Arden sudah tertidur pulas di sofa. Ia memilih untuk masuk pada salah satu kamar, mengangkat bed cover warna abu dari sebuag kamar, yang sepertinya bukan kamar Arden. Lea menganggap demikian karena tidak menemukan banyak barang disini.

Dengan telaten Lea memasangkan selimut ke tubuh Arden, berharap hal ini bisa membuat Arden jauh lebih hangat, dan nyaman dalam tidur.

"Sleep tight Arden Sarden kesayangan aku" usai mengucapkan kalimat tersebut tepat di depan wajah Arden yang sedang polos-karena terlelap, Lea mendaratkan satu kecupan singkat di pipi kekasihnya.

"Ya ampuuunnn malu bangeeeeeett!" Lea menutup wajah menggunakan dua telapak tangan, lalu cepat-cepat berlari kecil menuju kulkas. Sungguh, ia butuh minuman dingin untuk mengusir rasa panas yang tiba-tiba menyusupi dirinya. Menyadari apa yang baru ia lakukan pada Arden, membuat ia malu dan tersipu-sipu tidak jelas.

90 Days (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang