Shasha tampak sibuk mencoret-coret di atas notebook kecilnya. Sementara Meldi dan Jake saling pandang saja karena dari tadi cewek itu begitu sibuk sendiri melupakan keberadaan mereka. "Jake, ini emang kita yang tembus pandang atau mata Shasha yang siwer?" tanya Meldi karena sudah 15 menit mereka duduk bertiga Shasha sama sekali gak menggubris mereka.
"Lahaula, selain mata rabun dia juga budeg ternyata. Ck ck ck kasian masih muda padahal" celetuk Meldi menyandarkan dirinya pada kursi. "ssst diam" tegur Jake tak ingin konsentrasi Shasha buyar.
Meldi melipat kedua tangannya di dada. "apaan? lo liat aja noh kelompok depan! mereka interaksi dan kerja samanya baik dan timbal balik. Lah kita?? diem-dieman mulu udah kayak ABG lagi ngambekan!" gerutu Meldi.
Shasha menghela nafasnya. Dia tahu Meldi menyindirnya dari tadi, terlebih posisi duduknya di tengah terapit kedua cowok itu. Seharusnya dengan posisi duduk begini dia bisa berkomunikasi dengan baik pada keduanya kan?
Shasha menggeser dua lembar kertas itu ke arah Meldi "Ini argumen punya lo udah gue koreksi, silahkan lo baca-baca lagi!" tukas Shasha begitu padat, singkat, jelas. Udah kayak slogan pemilu aja pokoknya.
"Oh ya yang argumen gue gimana Sha?" tanya Jake.
Shasha mendesis "Ssh.. yang argumen lo nomer dua kayaknya bakalan klop lagi kalau lo hubungkan dengan ketenagakerjaan deh. Ya.. kan kalau pabrik rokok pada gulung tikar yang ada ntar malah PHK dimana-mana terus pengangguran makin menumpuk deh" jawab Shasha dan Jake balas tersenyum kecil.
Yah.. sesuai prediksi Jake, Shasha ini diam-diam menghanyutkan. Udah kayak bom waktu aja anaknya, tinggal tunggu waktu yang tepat dan dia bakal meledak. Mmm kayaknya debat kali ini adalah waktu yang tepat bagi Shasha untuk meledak menunjukkan kemampuannya.
Setelah 15 menit diberikan waktu untuk persiapan dan diskusi internal masing-masing tim. Akhirnya debat yang ditunggu untuk membuka sesi debat mapel bahasa indonesia kali ini dimulai juga.
Saga sebagai pembicara pertama berdiri lebih dulu dan menjelaskan argumen-argumennya. Sejenak Shasha sempat teralihkan. Shasha termangu merenungi cowok itu! dari gayanya berbicara, sorot matanya, hingga gesture tubuhnya. Semuanya begitu mempesona bagi Shasha.
Saga menekankan kalimatnya dengan nada suara yang begitu tegas, membuat Shasha sadar kalau ini bukan saat yang tepat baginya untuk terpesona. Jelas-jelas cowok itu sedang menyudutkan timnya. Lagi pula Shasha juga sedikit kecewa dengan Saga. Ya.. Saat pembagian tim kemarin Saga malah memilih Sonya bukan dirinya. Aneh memang, Shasha memang tak pantas kecewa. Tapi nyatanya begitu, ia kecewa. Ia ingin Saga memilihnya.
Dia gak milih lo, karena dia gak yakin sama potensi lo. Dia masih ngeremehin lo. Tentu dia bakal milih sonya yang ranking 3 dari pada lo yang ranking 5. Batin Shasha mencoba membakar semangatnya untuk melahap tim lawan dengan argumennya.
Setelah Saga kini giliran Meldi yang bicara. Shasha mengangguk puas saat Meldi menyampaikan argumennya begitu tenang dan rasional. Fakta-Fakta yang Saga sampaikan pun berhasil ditepisnya dengan fakta bantahan. Membuat timnya sementara untuk saat ini masih 1-1 dengan tim Saga.
Shasha menegakkan posisi duduknya saat Sonya mulai berdiri menyampaikan argumennya. Shasha mendelik, ia tak menyangka Sonya akan membawa topik penutupan pabrik rokok secara massal sebagai turning point timnya. Jake menyenggol lengan Shasha, cowok ini juga merasakan kejanggalan itu.
"lebih cocok kalo lo ngebantah argumen dia pakai argumen gue!" bisik Jake ntah Shasha menguasainya atau tidak.
Shasha mendecak, untuk saat ini Sonya berhasil membuyarkan mentalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Antara Senin Dan Minggu [ft. Jay & Sunghoon]
Teen FictionEND- CERITA SUDAH SELESAI. [FOLLOW SEBELUM BACA!!!] 🌼🌼🌼 Pilih Saga atau Jaya? Shasha gak pernah menyangka kehidupan SMAnya akan terasa serumit dan semendebarkan ini. Memang benar, cinta sangat merepotkan. Shasha yang mulanya tak pernah mengenal c...