8. Lelaki kerdus

392 74 55
                                    

Shasha menghembuskan nafas berat, dia paling benci ke ruang kebersihan itu karena mau gak mau harus melintasi koridor kelas lain. Shasha malu jika lewat di depan gerombolan anak cowok itu, rasanya pengen balik aja karena takut digodain.

Shasha menaikkan sebelah alisnya, berbeda dengan saat mengambil sapu tadi. Justru sekarang cowok-cowok itu tampak diam saja tidak menggodanya. Shasha mengedikkan kedua bahunya, masa bodoh ajalah! Toh bagus kan kalau mereka berhenti menggoda Shasha.

"Apaan sih pakai ngata-ngatain gue segala lagi! Mulutnya sama bawelnya kayak ibu-ibu arisan! Cewek harus bisa beres-beres lah, pandai masak lah, apa lah! Ck.. kan semuanya butuh proses? memang kenapa kalau gue gak pandai beres-beres?" gerutu Shasha seraya membuka ruang kebersihan itu.

"Iya kamu bener. Cewek gak harus menguasai itu semua, toh gak semua cowok juga yang bisa membenarkan antena tv, menambal ban bocor atau mengurus air ledeng yang gak mau keluar" sahut cowok itu mengambil penyapu dari tangan Shasha dan menyimpannya di pojok ruangan.

Shasha menunduk malu, apa selama ini Saga mengekorinya? 

Ya ampun pantas saja tadi anak cowok-cowok di ujung tangga sana tak ada yang berani menggoda Shasha. Ternyata ada makhluk suci ini yang menemaninya.

"Lo.. lo denger semua keluhan gue?" tanya Shasha gak enakan dan Saga mengangguk. Shasha memalingkan wajahnya mengumpat, ah kacau.. berarti Saga tahu dong kalau dia gak jago beres-beres rumah, gak bisa masak juga! Isk.. bukan tipe calon istri idaman lah pokoknya.

"Walaupun sekarang kamu belum mahir beres-beres rumah dan memasak. Tapi kamu tetap harus belajar loh demi rumah tangga kamu nanti!" ingat Saga dan Shasha balas mengangguk cepat "pasti dong! tentu gue bakal jadi calon istri idaman!" sambarnya. Barulah setelahnya ia menyesal merasa perbincangannya bersama Saga terlalu ambigu.

Saga tertawa kecil melihat respon cewek itu. "Kamu sudah makan?" tanya Saga.

"Udah!" jawab Shasha dan sialnya perutnya gak bisa diajak kompromi karena tiba-tiba aja bunyi gemuruh di dalam sana begitu gaduh layaknya petir.

Saga menaikkan sebelah alisnya "tapi perutmu bereaksi lain loh" ujarnya. "Ayo makan bareng di cafetaria" ajak Saga.

"eh?" kejut Shasha.

"kenapa?" heran Saga.

"berdua nih makannya?" tanya Shasha lagi memastikan sebelum kepedean sendiri.

Saga mengangguk "kamu gak suka? mau ajak anak kelas yang lain?" tawar Saga tak enakan.

Shasha lagi-lagi menggeleng cepat "GUE SUKA!" sambarnya yang lagi-lagi sukses membuat Saga tersenyum.

Shasha merutuki dirinya lagi. Ah.. sebenarnya dia kenapa sih??? 

"Maksud gue gak gitu! gue gak suka keramaian dan.."

"kamu sukanya berduaan?" potong Saga memperjelas dengan senyum usil.

"Ih enggak gitu juga! Gue.."

Saga mengisyaratkan Shasha untuk mengikutinya. "Sudahlah, nanti lanjut bicaranya di cafetaria saja!" tukasnya dan Shasha mengangguk kecil seraya mengikuti derap langkah cowok itu dari belakang.

Sejujurnya Shasha masih merasa canggung bisa duduk berdua saling berhadap-hadapan begini dengan Saga. Iya! Sagara Andromeda cowok paling populer di sekolahnya sedang duduk tepat di hadapannya. Ck.. kalau boleh jujur Shasha lebih suka memandangi wajah tampan Saga dari pada harus menunduk menyantap mie ayam pesanannya ini.

"Sha" panggil Saga.

Shasha mendongak dengan kedua pipi yang menggembul. "mm-kena..pa?" herannya.

[END] Antara Senin Dan Minggu [ft. Jay & Sunghoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang