Mungkin Shasha sedang berada di luar akal sehatnya. Karena bukannya menemani Saga yang sedang bertamu ke rumahnya. Dia justru pergi keluar bersama Jay.
Dari tadi Shasha masih berdiam diri. Semenjak ia naik ke motor Jay, satu kata pun tak ada yang keluar. Ini saja hanya Jay yang asik bicara sendiri.
"Jay" tegur Shasha.
"ya?".
"besok-besok kayaknya lo harus mampir dulu deh ke rumah ketemu sama nyokap gue dan bicara baik-baik ke dia" pinta Shasha.
Jay mengernyitkan wajahnya "eh? kenapa memangnya? mau langsung lamaran nih?" celetuk Jay asal dan Shasha balas mencubit pinggangnya geram.
"Gue serius ya Jay!" kesalnya. "Nyokap gue tuh gak suka kalau gue pulang-pergi sama lo tapi lo nya gak izin baik-baik ke dia!" jelas Shasha.
Jay mencibir "Ya Allah, kenapa deketin lo rasanya udah setara kayak deketin anaknya kyai yang punya pondok pesantren ya Sha?" celetuknya lagi.
"Ya udah kalau gitu jangan antar-jemput gue lagi! gue bisa pergi sendiri kok! toh tinggal beberapa hari lagi aja kan kita les kilatnya?" Pinta Shasha.
Jay menggeleng. "Jangan dong!" katanya terlebih cuma ini satu-satunya modus yang bisa ia lancarkan untuk berduaan dengan Shasha. Ya.. berduaan di atas motor saja untuk saat ini sudah cukuplah bagi Jay.
"Oke Shayang, nanti gue bakal ketemu langsung sama nyokap lo!" janji Jay padahal ia sendiri masih ragu karena ini pertama kalinya ia bertemu dengan orang tua dari cewek yang ia dekati. Selama ini walaupun berpacaran Jay gak pernah bicara empat mata dengan orang tua dari cewek-cewek yang ia pacari.
---
Anak-anak sudah kembali bersekolah. Shasha meneguk salivanya begitu memijakkan kaki di kelas. Ia lihat kali ini Saga sudah lebih dulu berada di kelas. Seperti biasa, cowok beralis tebal dengan hidung mancung itu tampak tenang membaca buku di mejanya.
Shasha bergumam di dalam hati. Ia harap Saga tidak menyadari kedatangannya. Karena keadaan di rumahnya waktu itu cukup canggung. Shasha pergi begitu saja bersama Jay, sementara Saga sedang berada di rumahnya. Hari itu wajah Saga tampak menekuk tak suka, selepas kejadian itu pun Saga tak pernah berbalas pesan lagi dengannya. Yang mana semakin menambah jarak pada keduanya setelah kemarin disibukkan dengan hal masing-masing.
"Saga, tolong bantuin gue selesaiin soal yang ini!" pinta Sonya menduduki bangku Jake yang tadinya kosong.
Saga teralih dari bukunya saat Sonya menyapanya. Kebetulan Shasha sedang lewat di depan bangkunya. Shasha tersenyum canggung pada Saga, begitu pula Saga yang hanya menaikkan sebelah alisnya dengan senyuman irit yang ntahlah bisa dibilang senyuman atau hanya memiringkan bibirnya saja.
Shasha tak mau memikirkan kecanggungan hubungannya dengan Saga. Begitu pula Saga yang tampak tak ambil peduli dengan hal itu. Keduanya lebih memilih fokus dengan ulangan kenaikan kelas dan mengerahkan kemampuan terbaik mereka untuk mendapat nilai sempurna.
2 minggu berlalu begitu saja. Tidak ada yang spesial, anak-anak kelas prestasi sudah seperti robot saja yang datang mengerjakan soal lalu kembali belajar di rumah atau di akademi les mereka untuk persiapan ulangan keesokan harinya. Orang tua mereka yang menuntut nilai tinggi pun semakin tegas mendisiplinkan putra-putri mereka selama masa ulangan kenaikan kelas kemarin.
Akhirnya kegiatan yang paling dinanti anak-anak pun tiba. Apalagi kalau bukan class meeting?! kegiatan menyenangkan dan seru untuk menghilangkan rasa stres setelah ulangan. Class meeting kali ini berbeda bagi Shasha. Jika kemarin ia santai-santai saja menonton teman kelasnya berlomba. Kali ini Shasha justru aktif mondar-mandir ke ruang OSIS menjalankan tugasnya sebagai ketua bidang minat dan bakat siswa. Jadi tugas Shasha lah mengontrol semua perlombaan dan memastikan tidak ada hambatan apa pun selama penyelenggaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Antara Senin Dan Minggu [ft. Jay & Sunghoon]
Teen FictionEND- CERITA SUDAH SELESAI. [FOLLOW SEBELUM BACA!!!] 🌼🌼🌼 Pilih Saga atau Jaya? Shasha gak pernah menyangka kehidupan SMAnya akan terasa serumit dan semendebarkan ini. Memang benar, cinta sangat merepotkan. Shasha yang mulanya tak pernah mengenal c...