33. Terluka dan terbuka

282 62 4
                                    


"Sha, ke cafetaria yuk!" ajak Chelyn. Shasha kembali menggeleng, sudah seminggu ini cewek itu selalu menolak jika diajak makan ke cafetaria.

Pio mencebikkan bibirnya. "Kita ada salah ya Sha?" tanyanya merasa Shasha seolah menarik diri dari dirinya dan Chelyn.

"Gak kok Pio! gue mau ke perpustakaan lagi, gue selalu merasa gak nyaman begini tiap mendekati ulangan. Ya.. biasalah!" jawab Shasha mengemasi buku-bukunya dan membawa kotak pensilnya hendak pergi ke perpustakaan lagi.

"Bener ya karena mau fokus belajar bukan karena ngejauhin kita?" yakin Pio.

Shasha tersenyum manis "iya Pio!!!" katanya.

Shasha menarik nafas dalam. Ia sengaja tidak makan di cafetaria lagi, biaya makan di sana cukup mahal dan Shasha lebih memilih berhemat saja karena keuangan keluarganya sedang tidak baik.

"Saga" batin Shasha merasa heran karena lagi-lagi cowok itu sudah menghilang dari bangkunya. Ya.. sebulan penuh ini Saga tampak sibuk pulang-balik ke ruang OSIS dan ruang musik. Ntah apa yang disibukannya?

---

Jay tersenyum simpul, ia sedang berjalan menuju ke perpustakaan. Satu minggu ini memang ia habiskan berada di ruang guru mengerjakan tugas-tugas dan ketertinggalan nilainya. Tapi syukurlah semua itu sudah selesai, sekarang Jay bisa leluasa kembali ke perpustakaan belajar bersama dengan Shasha di sana.

"Sha.." Jay tak jadi menyapa. Shasha tampak begitu lemas membaringkan kepalanya pada meja.

"tumben ketiduran di sini?" heran Jay seraya menarik kursi di sebelah Shasha dan ikut duduk menemani cewek itu.

"sk.. duh.." ringis Shasha dan Jay tahu ada yang salah dengan cewek itu.

Peluh mengalir dari pelipis Shasha. Tampaknya dari tadi ia tengah menahan sakit.

"Sha, lo baik-baik aja?" tanya Jay tapi Shasha hanya terus-terusan meringis tak kuasa menjawabnya.

"Ck!" decak Jay lalu menarik tangan Shasha dan mengalungkannya pada lehernya. "Ayo ke UKS!" ajaknya membopong tubuh Shasha.

.

.

"Maagnya kambuh" jelas perawat penjaga UKS ini.

Jay mendesis saja, sudah dua kali ia menemani Shasha saat maagnya kambuh begini. Tanpa pikir panjang cowok itu pergi ke kantin membelikan bubur untuk Shasha. 

Kedua alis Jay bertaut sekembalinya ia dari kantin. Mata Jay menyoroti tajam sosok cowok yang sudah duduk di pinggir tempat tidur sambil menggenggam tangan Shasha sesekali.

"Sha" panggil Jay pada Shasha tapi yang menoleh justru cowok itu.

Jay memandangi cowok hidung mancung itu begitu sinis. 

"jadi lo yang namanya Jay?" tanya si cowok yang notabenenya adalah kakak kelas Jay.

"Iya!" jawab Jay angkuh merasa cowok ini meremehkannya.

"Gue denger banyak kabar burung yang enggak-enggak tentang lo, awas aja lo kalo berani ngebuat adik gue nangis!" ingat Haris.

"HaH?" kejut Jay. "Adik?" ulangnya.

Tunggu-tunggu.

"Adik? kalian... saudara kandung?!" kejut Jay benaran baru tahu. Jay menjentikkan jarinya ia ingat Shasha pernah bilang kalau ia empat bersaudara dan merupakan anak bungsu terus satu-satunya pula anak perempuan di keluarganya.

Tapi.. Tapi.. Jay tak pernah menyangka kalau salah satu kakak lelaki Shasha ternyata satu sekolah dengan mereka!

"Bang, anu.. maaf.. tadi gue gak sopan. Kenalin bang, gue.."

[END] Antara Senin Dan Minggu [ft. Jay & Sunghoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang