21. Tidak adil

293 67 14
                                    


Shasha masih menunggu mamanya dan kakaknya. Pembagian Raport untuk anak kelas 12 lebih memakan waktu lama. Karena selain bagi raport juga ada pemberitahuan rencana pembelajaran efektif mereka di kelas yang tinggal beberapa bulan saja, setelah itu mereka akan sibuk dengan try out hingga ujian akhir nanti. Maka dari itu orang tua diminta untuk memantau putra putri mereka.

Shasha merasa bosan, terlebih teman-temannya sudah pulang lebih dulu. Akhirnya Shasha memutuskan untuk berkeliling sekolah saja.

Shasha mengerutkan dahinya. Ia mendengar sayup-sayup suara dari kelas paling pojok di lantai dasar itu. Karena penasaran Shasha semakin melangkah mendekat.

Ternyata di dalam sana masih ada seorang guru dan satu muridnya. Dan ketahuilah, murid itu adalah Jay! Cowok itu tampak tak kuasa mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut wali kelasnya.

Shasha bersandar di sisi pintu, ia sedang menguping pembicaraan kedua orang itu.

"Kalau orang tuamu gak bisa datang, setidaknya kamu harus membawa wali muridmu! Kamu pasti punya kakek atau nenek kan?" Tanya wanita itu

"Dari sebelah papa sudah meninggal, dari sebelah mama tinggal di kampung" celetuk Jay.

"Om atau tante?".

"Gak punya mama saya anak tunggal, keluarga papa saya berada di luar kota" jawab Jay lagi tak kuasa.

"Saudara?".

"Saya anak paling tua bu, masa iya adik saya yang masih TK yang harus mengambil raport saya?!" Keluh Jay merasa wali kelasnya terlalu kaku. Padahal apa salahnya hanya mengambil raport sendiri.

"Ck.. ibu perlu bicara dengan kedua orang tuamu padahal berkaitan dengan nilaimu!" Decaknya memijit pelipisnya kebingungan.

Alis Jay berkerut. "Memangnya kenapa bu? Nilai saya rendah banget ya?" Tanya Jay.

"Justru sebaliknya, hasil nilai ulanganmu sebelum disatukan dengan nilai harian pembelajaran di kelas begitu tinggi terutama di bidang matematika, semua mapel IPA dan bahasa Inggris" jelas wanita itu dan Jay balas tersenyum bangga.

"Tapi mencurigakan Jay, nilaimu di kelas sangat rendah mustahil kamu bisa dapat nilai 100 di tiap pelajaran itu! Kamu gak mencontek saat ulangan kan Jay?!" Tanya guru itu akhirnya mengutarakan pendapatnya yang paling logis.

Senyuman di wajah Jay berubah hambar. Apa karena dia terkenal nakal di sekolah ini makanya nilai hasil usahanya sendiri pun dikira hasil mencontek?

Jay merotasikan bola matanya tak kuasa. Langkahnya lunglai berjalan keluar kelas. Tidak sampai ia melihat sosok Shasha di depan kelas. Dalam hitungan detik semangat Jay kembali terkumpul. Wajah cowok itu tampak berseri-seri dan ceria lagi.

"Shayang?" Panggilnya pada Shasha.

Shasha siap sedia mengangkat tangannya hendak memukuli Jay.

"Jangan galak-galak dong Shayang, gue lagi sedih nih!" Lirih Jay dan Shasha menurunkan kembali tangannya.

Shasha menarik nafas dalam. Setelah menguping tadi ntah mengapa ia merasa bersimpati pada Jay.

.

.

Saat ini keduanya sedang duduk di kantin bawah. Jay tampak lunglai membaringkan kepalanya pada meja sementara Shasha kelihatan bingung tak tahu harus menghibur cowok itu dengan kata-kata apa.

"Sorry, gue gak jago ngehibur orang" lirih Shasha.

Jay balas mendengus "bohong" katanya. "Kemarin gue liat lo ngehibur Saga di bawah tangga. Langsung senyum bahagia tuh Si Saga" sindir Jay.

[END] Antara Senin Dan Minggu [ft. Jay & Sunghoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang