29. Tak menyangka

263 65 25
                                    


Cowok itu memainkan sepatunya. Menggesek-gesekkan sepatunya pada lantai selagi wali kelasnya bicara. Jay menghela nafasnya sesaat, sejujurnya ia mulai jengah juga dengan prasangka sepihak dari wali kelasnya ini.

"Jadi benar kamu gak mencontek?" Tanya Bu Siska sekali lagi memastikan.

Jay memelas "serius bu! Mau berapa kali sih saya bilang?! Apa perlu pas ulangan ibu pasang CCTV di sekitar saya? Astaghfirullah.. padahal CCTV Allah lebih menakutkan" sambar Jay mulai mendramatisir, soalnya kesal juga karena waktu istirahat makan siangnya jadi terbuang sia-sia begini. Ck... Mana tadi ada Shasha lagi yang menghampiri dia lebih dulu. Kan momen langka tuh?!

Jay memicingkan matanya berusaha menganalisis baik-baik ekspresi wali kelasnya saat ini.
"Kalau ibu masih ragu, apa perlu kita ulangan ulang di sini? Saya sih oke-oke aja" saran Jay sekaligus menantang.

Bu Siska menggeleng. "Bukan begitu! Ibu hanya masih gak menyangka punya murid sepintar kamu di kelas F!".

Jay tersenyum bangga "wihhh jelas!" Sombongnya.

"Duh mana kemarin waktu test ujian masuk kamu peringkat terakhir kan? Semakin membuat bingung saja?!" Sambung Bu Siska lagi.

Jay mencuatkan bibirnya "si ibu udah dipuji setinggi langit malah dibanting sampai ke inti bumi!" Cicitnya pelan.

"Coba kamu selesaikan soal ini!" Seru Bu Siska tiba-tiba yang notabenenya adalah guru matematika.

Jay tersenyum remeh. Setelah beberapa menit berkutat dengan soal itu, ia lalu balik menyodorkan buku itu pada Bu Siska. "Easy" angkuhnya.

Kedua alis wanita itu nyaris bersatu. "Ya ampun Jay?!" Kejutnya.

"Kenapa bu? Salah ya? Ya jangan dong!! Mana tadi saya udah terlanjur sombong!" Lirih Jay ikut-ikutan melirik pada jawabannya.

"Kamu tahu gak ini soal anak kelas 12?! Dan di kelas prestasi hanya Sagara Andromeda saja yang berhasil menjawabnya dengan waktu singkat sepertimu!" Takjub Bu Siska dan Jay memelototkan matanya.

"Jadi saya bisa langsung naik kelas 12 bu?!" Kejutnya salah menangkap poin utama dari omongan Bu Siska.

"Ya tidak instan begitu juga! Tapi satu hal yang pasti!" Yakin Bu Siska.

"Apa?".

"Kamu bisa jadi murid kelas reguler pertama yang berhasil naik ke kelas prestasi!" Seru Bu Siska sementara Jay tak tampak tertarik dengan ide itu sama sekali.

Cowok tengil itu balas mendengus. "Gak ah bu, makasih" tolaknya.

"Loh kenapa? Bukannya bagus itu? Banyak loh yang gak kesampaian mau masuk kelas prestasi?!" Heran Bu Siska menekankan bolpennya pada meja.

Jay tetap kekeh menggeleng. "Gak ah, kelas prestasi ngebosenin. Mana pulangnya lama sampai jam 4, ntar gak bisa main bola!" Tolak Jay dengan alasan yang membuat Bu Siska memijit pelipisnya kebingungan.

"Cuman karena gak bisa main bola kamu tolak kesempatan masuk kelas prestasi Jay?!" Kejut Bu Siska benar-benar tak habis pikir.

Jay mengangguk yakin "iya dong!" Tegasnya.

Melihat raut wajah wali kelasnya itu Jay tidak tahan lagi untuk mengungkapkan unek-uneknya.

"Wahhhh ibu terlalu meremehkan pemain bola nih kayaknya!" Seru Jay.

"Nih ya, ibu tahu Lionel Messi gak?" Tanya Jay dan Bu Siska balas menggeleng.

"Om saya itu bu" sambung Jay dan lagi wanita berusia 30-an itu hanya mengiyakan saja tidak protes sama sekali.

[END] Antara Senin Dan Minggu [ft. Jay & Sunghoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang