25. Percayakan padaku

281 62 16
                                    


Jay mendengus malas. Percuma udah tampil ganteng begini kalau pada akhirnya emang cuma disuruh jaga parkiran sama bapak-bapak komplek yang lagi ronda malam.

Jay memanyunkan bibirnya. Dia gak mengira kalau dari pagi sampai malam begini memang tugasnya hanya menjaga tempat parkiran ini yang berbeda gedung dengan gedung sekolah.

"Aaa gak bisa! Sampai kapan gue bakal begini? Lagi pula sejak kapan gue mau nurut sama aturan? Bodo lah!" Gerutu Jay mengambil jaketnya hendak meninggalkan parkiran ini.

"Pak, saya permisi kembali ke gedung sekolah dulu ya. Nanti teman-teman saya bakal gantiin saya di sini" pamit Jay.

"Yowes. Ini bawa gorengan untuk ngemil di jalan!" Titah Pak Hadi, teman baru Jay berbagi pengalaman hidup selama seharian ini.

"Eh gak apa-apa pak. Jangan repot-repot! Untuk bapak-bapak yang jaga di sini saja. Saya ada bawa bekal makanan kok!" Tolak Jay sopan.

Selama dalam perjalanan menuju sekolah, Jay tak henti-hentinya tersenyum sendiri bersenandung ria. Ia begitu tak sabaran ingin segera bertemu dengan Shasha.

"Loh??!" Heran Jay yang tak sengaja berpapasan malah bertemu dengan Saga dan Shasha tak jauh dari gerbang sekolah.

Jay segera berlari menghampiri mereka. "Ini Shasha kenapa?!!!" Paniknya.

"Kakinya terkilir" jawab Saga jutek.

Jay lalu berbalik badan menawarkan punggungnya. "Sini aja sama gue! Lo kan harus ngelapor lagi Sag ke pos 4!" Tawar Jay dan Saga tentu saja tak langsung menyerahkan Shasha pada cowok yang paling meresahkannya ini.

Shasha menghela nafasnya. Ia lalu menepuk pundak Saga. "Turunin gue Sag, Jay benar. Lo harus ngelapor ke pos 4!" Pinta Shasha.

Saga menggeleng. "Tidak apa-apa Shasha, aku bisa menggendong kamu ke ruang kesehatan dulu baru melapor nanti!" Tolak Saga.

"Jangan gitu Saga! Gue gak mau ngerepotin lo, lo harus mengikuti semua kegiatan dengan baik!" Ingat Shasha.

"Jay bantuin gue turun!" Pinta Shasha dan Jay mengangguk.

Jay membaca raut wajah khawatir Saga. "Yaelah tenang Sag! Gini-gini gue juga termasuk panitia. Shasha aman sama gue!" Yakin Jay dan Shasha mengangguk membenarkan. Setelah melihat anggukan dari Shasha barulah Saga mau melanjutkan perjalanannya ke pos 4.

Jay langsung berjongkok di depan Shasha. "Buruan naik!" Katanya.

Shasha tampak ragu.

"Anjir ngeselin! Tadi-tadi mau aja lo digendong Saga. Lah sama gue apa bedanya? Emang punggung Saga terbuat dari emas gitu?!" Kesal Jay.

"Ntar ada Kak Wina di sekolah. Gue takut kalau dia marah lagi!" Jelas Shasha.

Jay mendecak "kenapa marah? Gue dah lama putus kok sama dia!" Heran Jay.

"Ya tapi tetap aja..."

"Apa? Jadi lo lebih milih ngesot sendiri atau mau gue gendong?" Tawar Jay lagi dan Shasha meneguk liurnya pahit karena Jay tampak tak main-main dengan tawarannya.

Shasha akhirnya naik ke punggung Jay. "Udah, ayo jalan!" Katanya dan Jay tersenyum simpul lalu berdiri menggendong Shasha.

"Jangan kemana-mana ya tangan lo?! Awas aja lo!" Ancam Shasha, Jay balas mendengus.

"Cih.. lo kira gue cowok apaan?!" Keluhnya.

"Lah pake nanya?! Semua orang juga tahu kali kalo lo cowok tengil, playboy, suka godain cewek-cewek cantik!" Rutuk Shasha.

"Idihh.. emang lo cantik?! Siapa bilang? Perasaan standar aja tuh mukanya" ledek Jay.

"Kemarin waktu nganterin gue pulang, lo bilang gue cantik tuh!" Bela Shasha.

[END] Antara Senin Dan Minggu [ft. Jay & Sunghoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang