23∆ Affection

1.6K 181 0
                                    

Sebelum membaca part ini dipersilahkan untuk  membaca basmalah terlebih dahulu. Sudah? Oke, Amin!

~~~~~

NCT Dream – 7 Days

~~~~~

“Tidak ada yang salah disini. Hanya egomu dan raguku yang membuat kita seperti ini.”

~~~~~

Pagi ini Arlin membantu Suti untuk menyiapkan sarapan, tidak lebih tepatnya Suti yang membantunya. Karena yang memasak adalah dirinya, Suti mengurus rumah dan sebagainya, sedangkan soal urusan dapur dia yang mengambil alih.

Arlin meregangkan badanya yang terasa sangat letih. Dia tidak pernah melakukan pekerjaan berat, tetapi kenapa badannya terasa begitu lemas?

“Bibi udah bilang kalau Non harus istirahat.” Arlin menggeleng pelan mendengar ucapan Suti, dia berbalik dan duduk di meja makan dekat Suti berdiri.

“Arlin di kafe cuma duduk Bi. Masak duduk aja pegelnya kayak gini?” Setelah mengatakan itu Arlin memutarkan lehernya dan menarik lengannya ke belakang.

“Non Arlin ikut organisasi sosial, bisa saja lelahnya baru datang sekarang.”

Sret

Sebuah suara mengalihkan perhatian Arlin dan Suti. Arlin hanya menatapnya sebentar dan kembali menata makanan di depannya, sedangkan Suti menyiapkan makanan untuk Alfin.

“Gak mungkin lah Bi. Orang aku ikut organisasi udah dari lama, masaknya capeknya baru datang sekarang?”

Tangan Arlin berhenti di udara ketika dia mengingat sesuatu. “Atau mungkin kamar itu ada penunggunya ya Bi?!” tanya Arlin heboh.

Alfin hanya diam dan terus mengabiskan sarapannya. Ya dia hanya memakan satu dari dua buah roti yang disajikan, bahkan satu gelas susu yang selalu habis kini hanya terminum seperempatnya saja,  bagaimana tidak cepat habis.

“Aku berangkat.”

“Sarapannya Aden.”

“Sudah kenyang.”

Bi Suti mengangguk, sedangkan Arlin mengangkat satu alisnya bingung. Tumben.

“Hem ada yang aneh disini.” Gumaman Arlin terdengar jelas di telinga Suti.

“Bibi kayaknya aku harus selidiki kasus ini sendiri deh.”

“Bibi yakin Non pasti kecapekan.”

Arlin memakan tempenya dengan kasar. “Tidak Bibi. Aku yakin ini pasti sabotase, kalau memang benar ak kecapekan pasti berat badan aku turun. Ini berat badan gak turun tapi malah naik, dan setiap malampun dada rasanya sesak banget!”

“Tunggu nanti malam aja Bi. Kita lihat siapa yang benar disini.”

Suti menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Arlin. Pipi digembungkan, bibir mengerucut kesal, dan jangan lupakan dengan tangan yang menggegam erat sumpit itu seolah-olah menyalurkan rasa kesalnya.

“Non akhir tahun ini bibi boleh minta tolong?”
Arlin mendongak menatap Suti. “Boleh, ada apa?”

“Anak saya menikah sa-”

“Boleh yaampun boleh Bi! Di hari penting kok nggak ada, boleh boleh pake banget. Bibi tenang, rumah ini biar Arlinda Putri Bagaskara yang handle.” Arlin memotong ucapan Suti yang membuatnya sedikit kaget.

“Saya belum selesai bicara Non, lagipula nama Non Barack bukan Bagaskara.”

Arlin menggaruk pipinya yang tidak gatal, benar juga ucapan Suti.

l'm FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang