15∆ Problem

1.4K 177 1
                                    

WayV - Love Talk

"Jangan biarkan dunia merebut semua perhatiannmu, ingatlah bahwa akan selalu ada malaikat yang mencatat segala perbuatanmu!"

~~~~~

Tidurnya gelisah.

Dia kembali bermimpi tentang kenangan lama. Bayangan dimana dia dipandang dengan sebelah mata, dimana dia pernah menjadi korban perundungan dan bully. Masih terekam dengan jelas bagaima orang-orang yang pernah memperlakukannya dengan tidak manusiawi.
Keringat bercucuran deras dari dahi hingga lehernya, tangannya mencoba menggapai berbagai hal yang bisa dijangkaunya. Dia tidak bisa, dia tidak bisa!

Alfin bangun dari tidurnya dengan nafas tersengal-sengal, kepalanya begitu pusing hingga membuatnya ingin pingsan, ditambah dengan memori-memori lama yang kembali hadir di dalam mimpinya semakin memperburuk keadaan. Ingin rasanya dia menceritakan segala keluh kesahnya kepada seseorang, seserang yang mampu membantunya dalam keterpurukan. Tapi sayang, gengsi mengalahkan segalanya.

BRAKK

Disisi lain.

Arlin sedang menyelesaikan sketsa denah rumah makannya, ya akhirnya Arlin memutuskan untuk membuka usaha sampingan rumah makan. Jika dia tidak mendapat izin untuk melanjutkan kuliah, setidaknya masih ada aktifitas yang bisa ia lakukan.

"Alhamdullilah, akhirnya selesai."

Arlin menyadarkan badannya ke kepala ranjang, duduk berjam-jam membuat punggungnya merasa nyeri dan pegal. Baru saja ia akan memejamkan mata, terdengar benda jatuh kembali terdengar. Dengan malas Arlin mengayunkan kakiknya keluar dari kamar. Sebenarnya kenapa orang-orang di rumah ini suka sekali menjatuhkan barang?
Dari tangga terlihat Bi Suti dan pak Yatno berlari ke arah kamar suaminya, kening Arlin berkerut. Sebenarnya ada apa?

"Mang, mang. Ada apa?" tanya Arlin.
Yatno menoleh, "eh non, saya kebetulan juga nggak tahu. Ayo lihat non."

Arlin mengekor di belakang kedua pasangan suami istri tersebut, dengan perlahan Suti membuka pintu. Ketiga orang tersebut terkejut mendapati Alfin tergeletak di lantai marmer, jangan lupakan dengan guci besar yang ikut hancur di sekitarnya.

"Asstofirulohhallazim, den Alfin!!!"

"Pak, ayo bantu pak!" seru Suti yang sudah kelimpugan melihat genangan darah di lantai.
Arlin berdiri diam di ambang pintu, dia bingung harus melakukan apa. Bukankah mereka sudah berjanji untuk tidak melakukan skinship?

"Non! Ayo bantu aden non, cepet non."

Arlin tersadar ari lamunannya, dia membantu membopong Alfin untuk dipindahkan ke tempat tidur. Hijabnya terkena tetesan darah dari tangan Alfin yang begitu banyak. Yatno membenarkan letak Alfin, sedangkan Suti turun kebawah untuk mengambil kotak obat.
Arlin mengecek nafas Alfin, syukurlah bahwa nafasnya masih ada. Dia membuka sedikit mata Alfin dan mendesah lega, dia tidak mau menjadi janda di usia muda. Bahkan pernikahnnya dengan Alfin belum genap 24 jam!

"Non Arlin ini non, saya telpon dokter dulu." Suti menyerahkan kotak obat dan dengan cepat menambil ponsel miliknya.

"Nggak usah bi," Arlin menerima kotak obat dan duduk di samping Alfin, "kakak cuma pingsan, bibi buatin sup atau apapunlah kesukaanya dia. Bentar lagi juga bangun, kakak belum makan dari kemarin."

"Enggak non, ini...."

Setelah membersihkan serpihan kaca yang menempel di tangan Alfin, Arlin melilitkan kapas dan dilanjutkan dengan kain kafa.

"Bibi sama mamang duduk dulu sini lo." Suti dan Yatno menurut, meraka duduk di seberang Arlin yang sedang mengbati tuan mudanya.

"Kak Alfin ini sebenernya laper. Kemarin dia kan stres banyak pikiran, mikirin hidupnya yang udah nggak bebas karena sudah menikah. Dan cara dia ngelampiasinnya ke minuman, lambungnya kaget karena kemarin belum keisi makanan sama sekali," Arlin mengikat lengan Alfin dengan sedikit kuat, "udah jangan khawatir berlebihan, bentar lagi juga siuman."

l'm FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang