38∆ Accident

1.9K 160 0
                                    

Happy reading
Ada typo langsung laporan ya…

~~~~~

Denny Caknan – Sugeng Dalu

~~~~~

“Siapa sangka orang terdekatmu adalah musuhmu yang sebenarnya.”

~~~~~

Beberapa orang terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Ada yang memasak, mengantar makanan, membuat minuman dan masih banyak lagi.

Arlin bersyukur usahanya berjalan dengan lancar. Otak pintarnya tidak sia-sia selama ini, terbukti dengan bisnis marketingnya yang pintar, panti asuhan yang semakin berkembang, dan baru-baru ini dia sedang menyelesaikan urusan gedung sekolah untuk anak-anak yang membutuhkan.

Matanya dari dalam ruangan gelap melihat salah satu karyawannya sedang berbicara dengan seseorang. Dia menghela nafas melihat siapa yang berada di sana. Tidak berubah, orang itu tidak berubah sejak 4 tahun yang lalu. Matanya mengikuti pegawai tadi berjalan menuju Dewi, tidak lama setelah itu Dewi masuk ke dalam ruangannya.

“Bos, ada yang minta bertemu.”

Arlin menganggukkan kepalanya dan berjalan keluar dengan tenang. Dia harus bersikap biasa menghadapi mereka. Arlin duduk di hadapan wanita sosialita sombong dengan seorang pria tampan yang menatapnya tanpa berkedip.

“Sudah lama tidak bertemu Nyonya.” Arlin berbicara menggunakan bahasa Inggris dengan lancar, bagaimanapun juga dia lahir dan besar di Kanada.
Terlihat wanita yang dipanggilnya dengan sebutan ‘Nyonya’ tadi tersenyum. Senyuman meremehkan?

“Ya, sudah lama tidak bertemu Arlin. Sekitar empat tahun bukan?”

Arlin hanya diam, matanya mengedar melihat pengunjung kafe yang telah menyelesaikan makanannya mulai berlalu meninggalkan kafe.

“Bisa saya bantu? Menu makan di sini pasti aman dan enak, saya buatkan dengan segera.”

Kekehan suara berat mendominasi, Arlin hanya melirik sekilas pria bermata biru itu. Dia sangat merasa risih dengan tatapannya.

“Kau semakin cantik sayang.” Arlin menarik tangannya dengan cepat ketika pria itu akan menyentuhnya.

Pria itu menggeleng melihat reaksi Arlin. “Kelinci kita sudah berani memberontak Mom, kita apakan sebaiknya?”

Sungguh, Arlin ingin melayangkan pukulan keras ke wajah tampannya.

“Jangan bertele-tele Arlin, kau tahu apa maksudku datang kesini.”

Helaan nafas lelah terdengar. “Maaf Nyonya, keputusan saya dan keluarga tidak bisa diganggu gugat. Carilah wanita lain yang lebih pintar, lebih cantik dariku. Saya yakin masih banyak di luaran sana.”

Arlin menaikkan satu alisnya melihat kedua orang di depannya hanya diam, terlihat satu sudut bibir mereka terangkat.

“Aku hanya menginginkan dirimu sayang.”

“Anakku hanya menginginkanmu Arlin, bukankah kau juga dengar?” wanita itu mengeluarkan sebuah cek dari bank ternama dari Kanada. “lagipula apa susahnya mengandung sembilan bulan? Setelah itu kau bisa membeli apapun yang kau mau,” lanjutnya.
Arlin tersenyum getir.

“Maaf saya terlalu sibuk jika hanya meladeni omong kosong ini, permisi.”

Arlin berdiri dan sedikit menyampirkan hijab ke bahunya. Kedua orang itu hanya diam menatap punggung kecil Arlin berlalu. Sang ibu mengelus bahu anaknya dengan tenang.

l'm FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang