37∆ Start to the Near

1.6K 167 4
                                    

🔞

Happy reading
Ada typo langsung laporan ya…

~~~~~

Lauren Bennet – Party Rock Anthem

~~~~~

“Kepercayaan hanya bisa diberikan kepada mereka yang dapat dipercaya.”

~~~~~

Ada yang bilang jika seseorang yang sudah mengenal kita sejak dulu adalah sahabat sebenarnya. Benarkah? Bukankah mereka yang harus kita curigai pertama kali karena mereka tahu seluk beluk kita. Benar bukan?
Bahkan jika benar mereka teman sejati, seharusnya bisa menjaga rahasia saudaranya.

“Apa yang kau pikirkan?”

Arlin terlonjak kaget ketika bahunya ditepuk pelan seseorang, dia sedekit bergeser memberikan ruang kepada Alfin. Sudah lebih dari dua minggu dia kembali ke Jakarta sejak liburannya dengan Alfin. Mereka duduk di kursi taman rumahnya, tidak ada orang di rumah ini membuat Arlin mengenakan baju favorit miliknya. Apalagi jika bukan celana pendek dan baju longgar.

Memorinya kembali mengingat kejadian beberapa tahun kemarin, tetapi yang membuat Arlin menahan amarahnya adalah mereka masih berniat membelinya. Gila bukan?

Arlin mengelus kepala Alfin yang berbaring di pahanya, terlihat pria itu sedang memejamkan mata menikmati sapuan lembut tangan miliknya.

“Kakak percaya nggak manusia bisa diperjual belikan?”

Pertanyaan Arlin membuatnya membuka mata dengan perlahan. “Iya,” kata Alfin.

Arlin tersenyum mendengar jawaban suaminya. Mungkin jika neneknya menerima tawaran itu, sudah dipastikan dia dan Alfin tidak akan pernah bertemu. Siapa sangka jika orang yang kamu selamatkan tempo dulu sekarang menjadi suamimu? Aneh memang, tapi inilah kenyataannya.

Hidupnya seperti sebuah novel. Tidak mudah di tebak dan membuatnya seakan gila. Lebih gila lagi saat dirinya di bangku kelas 2 SMK diberi tawaran untuk penyerahan rahim.

“Kakak percaya aku hampir dibeli orang kaya dari Kanada?”

Melihat Alfin yang hanya diam membuatnya yakin bahwa pria itu ingin mendengarkan ceritanya. Arlin menghela nafas pelan, baiklah dia akan bercerita.

“Empat tahun yang lalu ada sebuah keluarga yang menawariku untuk menyewa rahim. Bukan tanpa alasan mereka menginginkan itu, mereka ingin mendapatkan cucu yang cerdas. Kakak tahu IQ aku kan?”

Alfin mengangguk.

“Selama tiga bulan penuh mereka mengejarku, menerorku dan mulai mengirimkan anak buah untuk menculikku. Mereka tidak ingin aku menikah dengan anak mereka karena aku muslim, dan hanya bersikeras untuk menyewa rahim.

Mendengar itu nenek, kakek, dan ayah naik pitam. Mereka mengirimkanku kembali ke Indonesia bersama Neja dan menyembunyikan keberadaanku. Aku akui mereka keluarga yang licik. Bisa Kakak bayangkan bagaimana seorang remaja berumur tiga belas tahun merasa takut dan tertekan?”

Arlin menghela nafas panjang. Dia tidak boleh memberitahukan Alfin bahwa orang yang mengincarnya sudah sampai di Indonesia.

“Perlu bantuan?” tawar Alfin.

Arlin hanya menggeleng dan menepuk pelan dada Alfin seolah berkata semua baik-baik saja. Alfin hanya diam, dia memejamkan mata menyusun rencana bagaimana dia bisa menemukan bajingan yang sudah membuat istrinya tertekan.

l'm FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang