7∆ Brother

1.8K 213 0
                                    

BTS - DNA

“Jangan biarkan hari kemarin merenggut banyak hal di hari ini!”

~~~~~~~

Ikhlaskan, sekeras apapun kamu berusaha, sekeras apapun kamu bertahan jika kehendak Tuhan tetap sama apa yang kamu lakukan? Tenanglah ketika Tuhan menghilangkan satu orang yang berarti, maka ia akan ganti dengan mereka yang lebih menghargai dan menyayangi.

Seolah dihantam batu besar, kerongkongan mulai tercekal, dada sesak, jantung berdebar kencang, mata perih dan, pikiran hilang. Se-menyakitkan itukah rasanya ditinggalkan?

“Lin! Diem aja dari tadi, ada masalah?” Arlin tersenyum dan menggeleng lemah. 

Ryan mengangguk dan duduk di sebelah Arlin. Mereka mengamati adik-adik tingkat yang sedang berlatih bela diri. Ya mereka sekarang berada di salah rayon pencak silat.

Mungkin jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi tidak menyurutkan semangat mereka untuk berlatih. Lelah, kotor, dinginnya angin malam dan teriakan dari kakak tingkat adalah makanan wajib mereka. Tahun ini siswa paling muda berumur 14 tahun, dan tertua 19 tahun.

Arlin mengikuti perguruan terbesar di Indonesia, dia mengikuti di desa. Jelas jika desa masih terasa aura-nya, oleh karena itu dia begitu menghormati aturan-aturan dan pantangan yang ada.

“Bulan depan ikut Lin?” Ryan memulai pembicaraan.

“Ikut, buat nambah koleksi. Targetnya belum nyampek nih,” Arlin melepas sandalnya sebentar dan melanjutkan perkataannya, “lagian suntuk juga di rumah, buat ngisi waktu yang kosong aja.”

“Targetnya berapa?”

“Seratus.”

Ryan yang semula mengangguk kemudian tersadar dan membuka mulutnya lebar-lebar.

“EDAN KOWE!”

“Hahahaha, kenapa sih? Kalau Valentino Rossi bisa, kenapa gue enggak?”

Arlin tergelak dan berjalan menjauh dari Ryan. Ia ingin melatih adik tingkatnya, apakah ada yang mau tanding persahabatan dengannya? Sedangkan Ryan menghitung berapa piala dan piagam yang sudah diperoleh teman seperjuangannya itu.

“Gilak berapa ya punya tu anak? Masak belum ada seratus?”

*****

Jika kalian bertanya siapa cewek yang berani berjalan sendirian di tengah malam, jika kalian bertanya siapa cewek yang berani menjinakkan singa liar di hutan, jika kalian bertanya siapa cewek yang berani berangkat ke luar negeri hanya dengan uang seratus ribu rupiah.

Jawabannya adalah Arlinda Putri Bagaskara.
Seperti sekarang, Arlin sedang berjalan santai menuju rumahnya melewati gang sempit, jalan terdekatnya menuju rumah. Sebenarnya gang ini sangat ramai jika siang hari, dipenuhi oleh anak-anak dari desa sebelah yang bermain, berbanding terbalik jika malam hari.

Dibekali headphone yang menggantung di leher dan satu lollipop yang sudah masuk kedalam mulutnya, Arlin.

“Suiiiitt.”

Sebuah suara siulan tidak mempengaruhinya.

“Suiiiitt.”

Arlin menaikkan headphone-nya ke telinga yang ditutupi oleh jilbab hitam instan.

“Suiiiitt.”

Tidak lama setelah siulan ketiga, terdengar suara seseorang berlari menuju ke arahnya. Dengan cepat Arlin menghindar ke samping dan menjulurkan sebelah kakinya untuk menghadang seseorang dari arah belakang tersebut.

l'm FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang