5∆ Angel

1.8K 243 8
                                    

NCT 127 – Kick It

“Karena sebuah hubungan bisa membuat orang dewasa menjadi remaja kembali. Itulah kenapa cinta sering dikambing hitamkan menjadi sumber kenapa orang menjadi bersikap kekanak-kanakan.”

~~~~~~~~

“Waahhh, gue suka nih yang kayak gini. Nantangin ya!”

Arlin tersenyum dan melirik kedua orang yang berada di belakangnya, “berani?” Chaca dan Denis mengangguk bersamaan.

Mereka bertiga berkelahi di tengah jalan yang cukup sepi, Arlin menghadapi tiga orang di depannya dengan semangat, sudah lama ia tidak menghadapi lawan sebanyak ini. Sedangkan Chaca mengeluarkan jurus karatenya dengan semangat, tidak lupa dengan teriakannya yang melengking.

“Kak Arlin, arah jam 5!” Denis berteriak dengan lantang ketika cowok dengan kulit sawo matang mengeluarkan sebuah pisau lipat di balik saku jaketnya.

Arlin yang belum sempat menghindar terkena sayatan di bagian punggung tangan yang cukup panjang dan mengeluarkan darah segar. Denis dengan cepat membantu Arlin setelah musuhnya tergeletak di tengah jalan.

Kesabaran Arlin mulai menipis, ia mengeluarkan jurus andalannya yaitu jurus tenaga dalam. Ia memusatkan pikiran dan menendang dada pemuda itu hingga tersungkur dua meter kebelakang.
Di lain tempat.

“Siapa sih yang teriak-teriak? Sakit telinga gue anjir!” Bagus menggerutu dengan kesal, ia berjalan menuju pintu keluar dan sedikit kaget dengan pemandangan yang dilihatnya.

Bagus berjalan terseok-seok menuju Alfin, “bos, gawat bos gawat. Di depan junior lagi berantem!”

“Biarin aja,” Alfin mengangkat sebelas alisnya kemudian bertanya, “kenapa?”

Bagus mengatur nafasnya, “bukan gitu bos. Ini masalahnya lawannya cewek, bos tau sendiri kalau cewek suka manggil polisi endingnya! Bisa gawat kalau markas ini ketahuan.” Bagus berbicara panjang lebar.

“Berapa orang?” tanyanya santai.

“Tiga bos, dua cewek satu cowok. Satunya pakek hijab, gilak cantik banget!”

Mendengar kata hijab, Alfin langsung berdiri dari duduknya dan berjalan keluar. Rendy yang kebetulan berada di sana mengangkat alisnya meminta penjelasan Bagus. Bagus mengangkat kedua bahunya pertanda ia tidak tau apa-apa.

*****
“Angel.”

Alfin menegang di tempatnya, didepannya sedang berdiri cewek yang menolongnya tempo hari. Lihatnya bahkan ia lebih baik yang ia kira. Warna merah mengalihkan pandangannya. Ia mengetatkan rahangnya marah, degan langkah lebar ia berjalan menuju anak buahnya yang telah berani melukai angelnya, malaikatnya.

Belum sempat berada di depannya, anak buahnya sudah tergeletak tak berdaya akibat tendangan angelnya. Ia sempat tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Shit!”

Pemuda itu mengeluh kesakitan merasakan dadanya yang terasa sangat sakit akibat tendangan Arlin. Mereka bertujuh tergeletak tak berdaya di tengah jalan.

Arlin menunduk dan membersihkan darah yang menetes dari punggung tangannya dengan ujung bajunya. Tiba-tiba ada yang membantunya membersihkan darah dengan sapu tangan, ia mendongak dan menatap siapa yang telah membantunya.

“Terimakasih.” Arlin melepaskan tangan berotot yang telah menyentuh tangannya dengan lancang. Setelah mengatakan itu, ia berbalik dan berjalan menuju truk.

“Tuan, tolong singkirkan anak buahmu. Kami hanya ingin lewat,” Arlin berbalik menghadap Alfin, “oh ya, untuk yang itu tolong periksalah ke dokter. Mungki tulang rusuknya patah tiga.”

Denis membantu menyingkirkan badan pemuda yang menghalangi jalan untuk truk. Setelah mendapat perintah dari Alfin, Rendy menendang mereka hingga ke tepi jalan, sedangkan Bagus menyeret junior-juniornya dengan tak berperi kemanusiaan, jalan lupakan pandangan Bagus yang tertuju kepada Arlin dengan mulut terbuka.

Bagus mengalihkan pandangannya ketika tangannya terinjak oleh seseorang, bahkan orang itu tidak meminta maaf kepadanya. Ia berjalan lurus ke Alfin.

“Kau dengar itu tuan! Ini bukan jalanmu! Walaupun kau tampan, kau tidak bisa bertindak seenakmu!”

Chaca berteriak dengan keras di depan Alfin, ia meluapkan segala emosinya. Bahkan kerudung yang ia sampirkan di pundak sudah tidak ada, karena apa? Ia gunakan untuk menyumpal mulut pemuda yang mengatakan bahwa dirinya jelek. Hei bahkan cowok yang belok, ketika melihat dirinya akan kembali lurus!

Alfin melirik cewek di depannya sebentar, karena atensinya di penuhi oleh Arlin. Cewek itu sudah menaiki truk dan duduk di sebelah supir, diikuti cewek di depannya yang menendang tulang keringnya cukup kuat, membuatnya meringis.

Bukan karena apa-apa, penyembuhannya belum total. Bagus yang melihat itupun bertindak, “heh, kurang ajar ya lo! Jadi cewek kok bar-bar banget sih?!”

Chaca tidak menghiraukan Bagus dan berjalan menuju truk, ia berbalik dan meninju perut Bagus secara tiba-tiba.

“Oii kak, ayo buruan udah telat nih!” Denis berteriak dari dalam bak truk.

Chaca menyahutinya dengan berteriak, “IYA IYA, OTW”

Alfin menyingkir diikuti Bagus ketika truk itu mulai berjalan kedepannya. Chaca masih sempat menjulurkan lidahnya ke Bagus yang dibalas umpatan darinya.

“Anjing tai kucing!”
.
.
.

Assalamualaikum, author kembali. Author mau bikin FF gitu readers, setuju? Komen dibawah ya.

Kurang panjang? Insyaaah part selanjutnya panjang deh.

Salam dari author istri sahnya papi Jimin!

Publish 2 Juni 2020
Draf 29 Juni 2020

l'm FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang